God, Please

3.7K 265 2
                                    

Sakha berjalan keluar bioskop bersama Giselle sambil tertawa. Tangan kanan Sakha menggandeng sampah popcorn yang akan dibuangnya. "Makan dulu mau ga?" tawar Sakha. "Kuy. Tapi bayar sendiri-sendiri ya, aku ga enak kamu bayarin gitu," kata Giselle. Sakha mengangguk.

"Udah bilang mama? Ntar gua dimarahin," tanya Sakha. "Belom sih. Duduk situ dulu kuy, gua mau nelpon," ajak Giselle. Sakha mengangguk. Sementara Giselle menelpon, Sakha membuka ponselnya.

2 panggilan tak terjawab
Pesan baru.

Itu yang tertulis di lockscreen Sakha. Dia kemudian cepat-cepat membuka pesan tersebut.

David Perwira: Ka, abang baru dpt info. Katanya iya, itu pesawat kaka km naikin :(

Sakha Samudra: beneran bang? Terus aku harus ngapain?

David Perwira: km ke apart abg aja. Biar kalo ada info lg kita langsung cuss

Sakha Samudra: yaudah. Aku kesana deh.

"Sel," panggil Sakha. Giselle mengangguk. "Yang tadi itu, emang beneran kaka gua," kata Sakha pelan. "ANJIR demi apa?!" Giselle kaget. "Iya. Sekarang kita beli makan aja, nanti gua anter lu pulang,"

"Kan lu lagi kena musibah, Ka. Yakin mau makan? Bawa pulang aja ya, gua yakin lu khawatir."

Setelah mengantar Giselle dan memastikan gadis itu masuk rumah dengan selamat, Sakha dengan cepat mengendarai mobil ke apartemen David. Sakha memarkirkan mobilnya dan duduk di lobby sambil menelpon David.

Pilot ganteng itu akhirnya turun ke lobby dan menghampiri Sakha. "Kamu naik apa kesini?" tanya David. "Mobil," jawab Sakha. "Kita ke rumah temen abang sekarang. Keluarganya juga korban."

Entah bagaimana perasaan seorang Diajeng Kartika Putri malam ini. Duduk bersama beberapa orang asing yang beberapa hari kedepan akan menjadi keluarga barunya. Diguncang ganasnya ombak laut malam membuat hatinya tak karuan.

Pesawat yang ia naiki tadi sore telah jatuh entah dibelahan dunia mana. Seragam basah dan pelampung yang masih menempel di tubuh membuatnya merasa dingin. Seorang anak kecil tengah menangis di lengannya. Kartika hanya bisa menenangkannya dengan belaian lembut di kepala anak itu. 

Anak itu tidak pergi bersama orang tua. Dia naik pesawat sendiri. Sungguh besar nyalinya. Sudah 30 menit mereka terombang-ambing tak jelas. Dingin malam menusuk tubuh. Perlahan air mata jatuh membasahi pipinya. 

"Ini gimana mbak?" tanya seorang pemuda. Tampaknya dia anak kuliah. "Saya gak tahu mas. Kita tunggu pagi, dan semoga tim SAR segera menemukan kita," semoga jawaban yang Kartika berikan bisa memuaskan hati penumpang. Pemuda itu hanya mengangguk tanda mengerti.

Syukurlah orang-orang yang berada di perahu karet bersama Kartika sebagian besar laki-laki. Ada 3 orang wanita, dan untungnya wanita tersebut bukan ibu-ibu histeris.

"Bang Bay, yang di pesawat itu siapanya Bang Bayu?" tanya Sakha kepada Bayu. Bayu adalah teman David yang keluarganya juga menjadi korban. "Adek perempuan Abang. Kakak kamu yang pramugari ya? Pacar David?" tanya pria berkacamata itu. Sakha mengangguk.

"Adek Bang Bayu kuliah?"

"Iya. Sedih ya, Dek."

"Banget lah, Bang. Gak kebayang deh, nanti aku tinggal sama siapa di Jakarta. Harus mandiri lah."

"Mama Papa?"

"Ibu Bapak ku udah gaada. Ibu kecelakaan pesawat, dan Bapak ditembak teroris di jantungnya."

"Turut berduka ya. Maaf kalo udah bikin kamu sedih."

"Makasih, Bang. Kesedihan itu harus kita lawan. Jangan larut-larut kalo sedih, sih," Sakha mencoba tersenyum.

"Guys, kuy cabut!" ajak David tiba-tiba. "Ke?" tanya Bayu. "Soetta. Stay disana aja. Kalo ada info biar cepet dapet."

Sakha mengangguk dan bangkit dari duduknya. Tiga pemuda itu berjalan keluar rumah menuju mobil Sakha. Mobil hitam itu melaju cepat menuju Bandar Udara Soekarno Hatta. 

Hanya hening yang menemani mereka bertiga di mobil sekarang. Hati Sakha selalu berdoa tanpa henti. Gelisah dan ketakutan akan menjadi temannya malam ini. Hati yang tidak tenang serta pikiran yang selalu bekerja keras juga akan menemaninya.

Sakha belum memberitahu keluarga di Jogja, karena dia belum siap. David memarkirkan mobil. Mereka lalu turun, dan berjalan menuju tempat informasi. Terlihat kerumunan orang disana. Bisa dipastikan itu keluarga korban. 

Untung saja David sudah kenal dengan penjaga pusat informasi. Jadi dia bisa lebih mudah mengetahui info. "Cel, ini gimana nih yang info pesawat jatoh itu?" tanya David kepada seorang wanita penjaga pusat informasi, yang diketahui namanya adalah Rachel. 

"Eh, Mas David. Tim SAR udah dikirim ke lokasi sih, Mas. Semoga cepet ketemu ya. Emangnya siapa, Mas yang korban?" tanya Rachel. "Pacar gue. Ini gue sama adeknya trus ada temen gue yang adeknya korban juga," jelas David. "Sabar ya, Mas. Saya bantu doa. Kalo ada info saya WA Mas David," Rachel tersenyum. "Thanks ya."

Hai! Terimakasih yang udah baca dan vote cerita ini. Btw doain Medan ya gais, kmrn tgl 14 kita kena gempa 6 kali sehari :(

My PrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang