"Jadi, sekarang kalian tulis cita-cita atau impian kalian di buku. Nanti kumpul ke saya," suruh guru Bahasa Indonesia Sakha. Semua murid hanya mengangguk tanda mengerti. "Kalian bisa tulis tentang impian, apa yang ingin dilakukan saat dewasa nanti, dan sebagainya. Seperti Aghta, anak kelas sebelah," lanjut guru itu.
Spontan anak perempuan kelas Sakha menatap Sakha tajam. Pemuda itu hanya memasang tampang bingung dan memutuskan untuk segera menulis. "Lo pacaran sama Aghta?" tanya Gio. "Percaya sama anak cewek, musrik lo, G," Sakha menjawab pertanyaan Gio dengan berbisik.
Sakha kemudian mulai mencoretkan tinta pulpen di buku tulisnya.
Nama: Sakha Arshana Samudra
Mengudara dan mengantarkan jiwa banyak orang adalah impian saya. Berkelana bersama burung besi keliling Indonesia tiap hari pasti akan menyenangkan. Memegang kendali pesawat sambil menatap awan yang bergulungan dan menyaksikan alam Indonesia yang memiliki banyak keindahan.
Tragedi 6 tahun silam membuat saya bertekad menjadi seorang pilot. Ibu yang tiada dalam tragedi pesawat terbang lah yang membawa saya pada mimpi ini. Saya ingin mengudara dan mengenang ibu.
Dana adalah salah satu faktor utama jika saya masuk ke sekolah pilot. Tapi, uang bisa dicari, yang penting adalah kemauan. Jika kita memiliki ambisi, rintangan seperti apapun akan terlewati.
•
Sakha menutup buku tulisnya dan melirik buku Gio. 'Anak ini keren juga' pikir Sakha.
Nama: Giordano J.
Saya Giordano, bisa dipanggil Gio supaya gak ribet. Atau nama keren saya G. Ngerap dan beatbox adalah passion saya. Cita-cita saya tidak muluk-muluk, hanya ingin menjadi Rapper dan beatboxer yang mungkin tampil di pinggir jalan bersama komunitas saya. Sekarang saya hanyalah anak berandal yang belum bisa membanggakan orang tua saya. Tapi saya yakin, jika saya serius dengan hobi ini, mama dan papa bisa bangga. Jangan pandang rapper sebelah mata, banyak orang terkenal yang lahir dari ngerap.
"Segitu aja, G?" tanya Sakha. "Anjay. Lu liat?" Gio tersentak. Sakha mengangguk. "Kerenlah bosque, ajakin gua dong kalo perform," Sakha mengacungkan jempol. "Lu bisa ngerap?" tanya Gio. "Kagak. Beatbox bisa. Laki gak bisa beatbox cupu lah."
"Kuy lah. Lu ngebeat, gua nyanyi. Ntar malem di kafe tempat gua biasa," ajak Gio. "Lu bisa nyanyi?" tanya Sakha. "Abang ganteng masa gak bisa nyanyi. Ya bisalah. Tapi gak usah ajak cewek lu," kata Gio. "Kasih alamatnya ke gua, ntar gua dateng. Jam berapa?"
"Gua tunggu jam 8."
•
Sakha mengendarai mobilnya ke kafe tempat biasa Gio perform. Sebenarnya ada perasaan bersalah saat Sakha mengendarai mobil dan dia belum punya SIM. Butuh waktu 40 menit untuk sampai di sana. Sakha memarkirkan mobilnya dan memasuki kafe. Ada Gio yang telah menunggunya.
"Sup bro," sapa Gio. "Gua beatbox kan?" Sakha memastikan. Gio mengangguk. "Kenalin dulu, nih, temen-temen gua. Ada Aldi, Angga, sama Miko, guys ini nih temen gua," Gio memperkenalkan Sakha. "Sup guys, gua Sakha," Sakha tersenyum ramah. "Siap, beatboxer baru nih. Gua Aldi, panggil Al aja," Aldi menyambut Sakha dengan senang hati. Begitu pula dengan yang lainnya.
Tidak perlu waktu lama untuk berbaur dengan teman barunya ini. Sakha memberikan microphonenya kepada Miko setelah dia selesai perform. "Ajib sih elu, gila lah. Beatnya apaan?" puji Miko. "Kalo lu mau ntar gua kirimin deh beatnya," kata Sakha. Saat Sakha masih seru dengan geng barunya ini, ponselnya berdering. "Ntar ya, abang gua nelpon."
"Halo, Bang Vid?"
"Halo dek. Kamu dimana?"
"Kafe. Aku ngebeatbox tadi, ntap kan. Kenapa Bang?"
"Abang kerumah kamu, tapi kosong. Gabut nih."
"Datenglah kesini. Biar aku kirim alamatnya."
"Yaudah, sip."
•
09.30 p.m
"Vid!" Angga memanggil seseorang yang baru saja masuk ke dalam kafe. Orang itu mencari asal suara. "Eh, elu, Ga," itu David. "Kok lu kenal?" tanya Sakha. "Temen gua ini mah, Ka," kata Angga. "Anjay, ini pacar kakak gua," Sakha tertawa. "Ternyata kamu main sama Angga ya, Ka."
"Haha iyalah, Bang." kata Sakha. "Vid, Sakha adek lu?" tanya Gio. David mengangguk. "Kita disini langsung panggil nama aja, Ka. Biarpun junior sama senior. Bebas." jelas Gio. "Bebas lah bebas."
Perkumpulan ini begitu menyenangkan. Umur bukanlah batasan, memang kesannya tidak sopan, tapi ini seru. Sakha menemukan kegiatan yang lebih menyenangkan daripada main game. Ini hidup, men. Kita harus pilih apa yang kita suka. Kadang menjadi liar memang sadis, tapi ini pilihan.
Mungkin mulai sekarang, jadi anak malam adalah pilihan Sakha. Hidup gak seru kalau selalu begitu. Daripada sendiri di rumah, lebih baik ngebeatbox di kafe sambil berbagi ilmu dengan sesama.
•
Ada yg gatau beatbox? Beatbox itu kek bikin suara drum dll pake mulut. Yg BTK gitu. Kalo mau jelasnya cari di yutub.
Anyway ada yg main minecraft pocket edition (MCPE) ajakin gue main bareng dong. Gw player lama tapi baru bikin akun microsoft. Gamer tag gue ada di multi media ya. Ada yg tau server skywars mcpe ga?
![](https://img.wattpad.com/cover/96052514-288-k551716.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pride
Fiksi RemajaMenjadi pilot bukan sekedar cita-cita untuk ku. Tapi adalah impian agar bisa selalu dekat dengan ibu dan menikmati ciptaan Tuhan dari atas. Mengantarkan ratusan hingga ribuan jiwa ke tempat tujuan, juga akan menjadi kebanggaan tersendiri buatku. -Sa...