BAB 1

10.9K 651 11
                                    

hey girl, feel my sweater, know what it's made of? boyfriend material - flirtory on instagram

***

Udara di bandara Frankfurt pukul 1 siang terasa sangat menusuk kulitnya. Jaket yang melekat ditubuhnya tidak membantunya merasa hangat. Ini blunder, ia kira bulan ini adalah waktu yang tepat untuk pindah ke Jerman tapi ternyata ia salah. Akhir Oktober sudah masuk ke dalam musim gugur. Baginya yang berasal dari negara di bagian selatan bumi dan tinggal di kota sepanas Jakarta, suhu 13 derajat celcius sudah sangat dingin.

Ia menarik kopernya dan menuju pintu kedatangan internasional, ia sudah memiliki janji dengan temanny­­a-Sebastian yang akan mengantarkannya ke hotel. Frankfurt memang bukan tujuan utamanya, karena tujuannya adalah Düsseldorf. Tetapi Sebastian menyarankannya untuk melanjutkan perjalanan esok hari, karena ia yakin Chiara masih merasa jetlag dan kelelahan. Di pintu kedatangan, Chiara melihat seorang pemuda yang tingginya 184cm dan berambut pirang memegang kertas bertuliskan namanya. Pemuda tersebut membuka tangannya ketika ia melihat Chiara dan gadis itu langsung menghambur kepelukannya.

Sebastian dan Chiara sudah berteman selama 5 tahun. Tahun 2010 mereka bertemu di Interpals dan Sebastian menceritakan tentang pengalamannya selama berlibur di Indonesia pada tahun 2009, saat itu ia juga bertanya banyak hal mengenai Indonesia karena ia memutuskan akan memilih jurusan studi Asia Tenggara di Johann Wolfgang von Goethe Universität . Sejak saat itu komunikasi mereka terus berlanjut dan Sebastian sering berlibur ke Indonesia. Terkadang ia pergi seorang diri dan kadang pula teman-temannya ikut serta.

Menurut Chiara, Sebastian adalah sosok yang ramah dan humoris. Selama yang Chiara dengar orang Jerman tidak bisa diajak bercanda, terlalu serius, individualis dan terlalu kaku. Lagi-lagi Chiara tidak percaya pada 'omongan orang', menurutnya sifat seseorang tidak ditunjukkan oleh darimana ia berasal atau apa yang mereka makan. Di lain sisi, menurut Sebastian, Chiara adalah orang yang sangat ramah, sabar, suka menolong dan kuat. Sebastian sudah memberi Chiara label sebagai 'orang paling tidak egois' yang pernah Sebastian temui.

"Hai girl, bagaimana perjalananmu?" ucap Sebastian setelah mereka mengurai pelukannya.

"Baik, tetapi aku merasa sangat lelah. Aku butuh berendam dengan air hangat, makan yang banyak dan tidur yang lelap tanpa diganggu," keluh Chiara panjang lebar. Ia jujur, karena ini perjalanan lintas negara pertamanya dan memakan waktu hampir 20 jam.

"Haha, aku tahu. Itulah sebabnya mengapa aku selalu menghabiskan hari pertamaku di Jakarta dengan beristirahat di hotel. Tapi kau terlalu bawel dan selalu mengajakku berjalan-jalan dan menikmati kemacetan Jakarta, Chiara kamu itu jahanam!" Sebastian bersungut-sungut.

Ia memang bisa sedikit-sedikit berbahasa Indonesia karena ia mengambil jurusan studi Asia Tenggara dan mendapatkan pelajaran bahasa Indonesia selama 3 semester. Ia juga suka menonton film Ada Apa Dengan Cinta. Menurutnya Dian Sastro mempunyai kecantikan wanita Indonesia yang sangat khas dan ia tergila-gila padanya.

"Kau konyol Tian, untungnya ucapanmu tadi itu berbahasa Indonesia dan orang-orang disekitar kita tidak mengerti. Bagaimana jika orang tahu dan menganggapku sebagai orang jahat?" Chiara mengomel dan memaju-majukan bibirnya.

"Sudahlah, apakah kau mau terus berdiri disini? Karena aku mau pergi sekarang."

"Ah ya, benar. Aku sampai lupa." Lalu mereka tertawa dan berjalan menuju mobil Sebastian.

***

Hotel tempatnya menginap berada di pinggiran kota Frankfurt dan berjarak 4 blok dari apartemen Sebastian. Sebenarnya pria itu menawarkan apartemennya untuk Chiara menginap, tetapi Chiara menolak karena hanya terdapat 1 kamar tidur di apartemen milik Sebastian dan ia tidak enak membiarkan Sebastian tidur di sofa.

Chiara mempersilahkan Sebastian untuk masuk ke kamarnya, karena ia mempunyai oleh-oleh untuk Sebastian. Dalam perjalanan menuju hotel tadi, Sebastian mengantar Chiara membeli nomor baru, gadis itu akan membutuhkan nomor Jerman karena ia akan menetap disana selama setahun. Mereka juga berhenti di salah satu restoran cepat saji karena Chiara sudah sangat kelaparan.

"Tian, tunggu sebentar disini. Aku akan menelpon ibuku dan memberi kabar kepadanya. Ibu mengirim banyak sekali pesan di Whatsapp dan ia akan terus mengomel jika aku tidak langsung menelponnya," Ijinnya kepada Sebastian.

"Silahkan, tapi aku juga ingin berbicara dengan ibu Aini karena aku rindu kepadanya," Ucapnya sambil tersenyum.

Chiara memutar bola matanya dan menuju ke dekat jendela, sebelum ia menelpon ibunya ia menoleh ke arah Sebastian yang sedang duduk di tepian ranjang. "Oh ya, di tas ranselku ada cemilan Kuku Macan. Kau boleh memakannya."

"Danke, Eneng," Ucapnya sambil berbinar-binar dengan logatnya yang lucu saat mengucapkan kata 'Eneng' dan langsung meraih ransel milik Chiara.

Sebastian memang bule yang unik, semenjak kunjungan pertamanya ke Indonesia saat berumur 19 tahun, ia langsung jatuh cinta dan sebisa mungkin menghabiskan waktu liburan musim panasnya di Indonesia. Menurutnya, Indonesia adalah 'dunia mini' baginya, karena di Indonesia ia bisa menemukan hampir semua tempat wisata yang ada di seluruh dunia. Well, kecuali wisata yang berhubungan dengan salju.

Chiara membuka aplikasi Whatsapp-nya dan langsung menelpon ibunya, di Indonesia ini sudah hampir jam 9 malam, karena perbedaan waktu Indonesia dan Jerman adalah 5 jam (6 jam saat memasuki musim dingin).

"Chiara? Kamu udah sampai nak? Gimana di jalan? Kamu mabok ga? Tian jemput kamu kan di bandara? Kamu sekarang dimana? Oleh-oleh yang ibu udah siapin untuk Tian udah dikasih?" Cecar ibunya saat ia mengangkat telepon.

Chiara shock dengan semburan ibunya dan beberapa detik kemudian, ia baru menjawab "Ya, ya gitu, ga, ya, hotel, belum," Ucapnya cuek.

"Ya ampun nak, jadi itu jawaban kamu sama ibu? Padahal ibu khawatirin kamu setengah mati, kalo kamu mabok dan kena orang kan yang malu ibu!" Mulai, ibunya mulai dramatis.

"Ibu jangan lebay deh, aku baik-baik aja kok. Aku tutup ya bu telponnya. Aku mau bongkar koper dan kasih oleh-oleh yang ibu udah siapin buat Tian sebelum isi koperku rusak," Putusnya.

"Baiklah, kamu hati-hati ya," Pesan ibunya.

"Iya bu, oh iya katanya Tian mau ngomong tapi biarin aja deh, dia berisik kalo udah ngobrol sama ibu dan pasti bakal makin lama ada disini," Chiara benar-benar istirahat sekarang, ia merasa lelah setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang.

"Kamu ini, titip salam ya untuk Tian," Ibunya mengerti.

"Iya bu," Lalu ibunya mengakhiri telepon.

Chiara duduk di lantai dan membuka kopernya. Tian ikut bergabung dan terlihat sangat antusias. "Apa kau membawa oleh-oleh untukku, Neng?" Tanya pria itu penasaran.

"Ya, Rengginang, Emping dan bawang goreng. Aku harap kau langsung terkena kolesterol setelah memakan semua ini," Chiara memasang wajah datarnya sambil memberikan 1 kilo Rengginang, setengah kilo Emping dan seperempat bawang goreng.

"Ahh! Aku sangat sayang padamu dan keluargamu! Muucih ea!" Sebastian langsung memeluk bungkusan tersebut seperti sedang memeluk seorang kekasih, sangat erat.

"Sudah kan? Sekarang cepat pulang dan jangan menggangguku," Usir Chiara.

Ia memang sudah lelah sekali. "Iya, sama-sama. Aku menjemputmu di bandara karena bu Aini memaksaku," Sindir Sebastian karena sudah diusir oleh Chiara. Ia tahu jika gadis itu hanya bercanda dan ia juga mengerti jika gadis itu kelelahan.

Ia pamit dan sebelum keluar kamar, ia menoleh ke arah Chiara, "Nanti jam 7 malam aku akan menjemputmu lagi, kita akan menikmati suasana Frankfurt di malam hari sambil makan malam. Tidak ada bantahan, awas saja kalau berani membantah. Oh dan jangan lupa pakai syal, aku tidak ingin mengurusi orang sepertimu terserang hipotermia, merepotkan," Lanjutnya dengan nada meremehkan.

Chiara melirik Sebastian dengan tatapan malas, "Ya, ya, ya. Sudah sana."

Sepeninggal Sebastian, Chiara langsung menuju kamar mandi dan berendam. Ia meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku setelah duduk dalam waktu yang lama, ditambah aromatherapy yang ada di kamar mandi ini membuatnya rileks. Setelah berendam selama 1 jam, ia membuka ranselnya dan mengambil cemilan yang disiapkan ibunya kemudian tertidur.

***

11 Februari 2017

Liebe, ChiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang