Maret 2015

1.8K 143 31
                                    

Semua yang ku rasa kini, tak berubah sejak dia pergi. Maafkanlah, ku hanya ingin sendiri ku disini.

Raisa - Terjebak Nostalgia


"BU, Ara berangkat ya? Doain UTS-nya gampang," pamitku pada wanita separuh baya yang sangat cantik dan tetap awet muda. Ya, ia ibuku. Wanita yang berperawakan putih, mungil dan bermata bulat itu tersenyum sembari menyambut uluran tanganku untuk mengalaminya.

"Iya, Ra. Doa ibu mah nggak pernah putus. Asal jangan buru-buru ngerjainnya. Kamu mah kebiasaan sih kalo lagi ulangan gini, pengennya ngumpulin duluan mulu."

"Ya, namanya juga murid teladan, bu," jawabku asal seraya berbalik dan berjalan meninggalkan rumah.

Aku langsung melangkahkan kaki ku ke rumah Anita untuk bertemu dengan teman-teman SMP ku yang kini bersekolah SMK sama denganku, dan semuanya mengambil jurusan yang berbeda. Kami biasa bertemu di rumah Anita, untuk berangkat bersama ke sekolah naik angkutan umum.

"Ra, lo kok akhir-akhir ini sering pulang bareng Haris, ya?" Tanya Anita saat kami baru menduduki bangku di angkutan umum.

"Yailah, cuma jemput doang. Lagian gue kan akrab dari SMP," jawabku tanpa mau membuat gosip.

"Iya tau, Ara mah sama Haris dari SMP udah deket banget tugas kelompok bareng, sering lari-larian, cubit-cubitan, ke rumah juga buat belajar bareng, dan banyak lagi, deh," sambung Lala, temanku yang selalu sekelas denganku dimasa SMP, jadi dia tau kedekatan aku dengan Haris.

"Hm, yakin tuh gak bakal ada acara baper-baperan?," tanya Adelina meledek.

"Yailah Ara, bagus dong berarti. Ngapain juga masih mikirin yang udah lewat. Yang pasti-pasti aja, Ra. Ara tuh harus ngeliat kedepan, jangan kebelakang mulu," ujar Nana, kembarannya Lala.

Ck, kalian enak ngomong. Lirihku dalam hati.

SEPERTI biasa aku mengumpulkan ujian paling awal lagi, entah kenapa aku selalu cepat membaca tetapi malas mengoreksi. Jadi, kalau udah yakin, ya udah kumpulin. Hasil akhir tinggal berserah diri sama Allah. Cetek banget kayaknya pikiran gue dulu, sekarang juga masih, sih.

Adelina B
Ra, udah keluar?
Balik bareng gak?

Zahra Rabbani
Udah, nih.
Ayu bareng.
Ketemu dibawah ya, otw.

Disepanjang perjalanan selama kami didalam angkutan umum aku menceritakan tentang hubunganku dengan Haris, aku suka saat menceritakan kisahku dengan Adelina, karena dia tipikal orang yang cerdas, logis dan ceplas-ceplos, cenderung tidak menahan apa yang ingin ia pikirkan atau katakan. Btw, dia sahabatku sejak SMP, dia humoris, pintar, giat, selfie addict.

"Iya, Del. Sesek banget gak si lo? Udah nangis ala drakor kesayangan lo itu, eh taunya gak jadi pindah. Itumah nge-test gue doang kali, ya?" Tanyaku pada Adel.

"Haha, si cengeng gue emang. Tuhkan lo udah baper? Kocak banget lo, Ra. Kebanyakan muna si lo, ah!" Ujarnya.

"Btw, kenapa emang si Haris gak jadi pindah, Ra?" Tanya Adel.

"Hmm, katanya sih bokapnya gak jadi di pindahin ke Batam, jadinya di Bayoran," jawabku dengan malas.

"Haha, asli sumpah? Itumah boong benga dia, sumpah, Ra lo kena aja lagi."

Choco Berry [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang