Awal Tahun 2016

1K 83 39
                                    

Senyum membawa tawa, tawa membawa cerita. Cerita kasih Indah tentang kita. Terkadang ku ragu, kadang tak percaya.
Tapi ku yakin kau milikku.

Yura Yunita - Berawal Dari Tatap


-Awal Bulan Januari-

JAM dinding di kamarku menunjukkan pukul sembilan pagi. Btw, aku terbiasa bangun jam lima untuk melaksanakan solat subuh. Lalu membaca cerita dilibrary wattpad-ku hingga jam tujuh lalu tertidur. Kini aku baru bangun, lagi.

Dengan langkah gontai sembari mengucek mata, aku melangkah menuju dapur dan menyelesaikan tugas rumah. Ya, apa lagi yang dilakukan anak remaja perempuan di pagi hari libur kalau bukan untuk berbenah.

Seperti biasa, aku menyuci pakaian dan piring. Lalu, dilanjutkan menyapu dan mengepel. Bila sempat, aku mengelap kaca rumah agar tetap mengkilap.

Mungkin bagi beberapa diantara kalian ada yang berpikir atau bertanya, Sebenernya lo anak apa babu sih, Ra? Aku dengan tegas akan menjawab, Gue anaklah. Justru itu, gue dididik supaya mandiri dan nggak membiasakan memanjakan diri buat bermalas ria dirumah. Gue nggak ngerasa ini beban, justru gue ngerasa ini ajang pembiasaan diri buat hidup gue kedepannya nanti, berumahtangga contohnya.

Dapur rapi, cucian beres, lantai dan kaca bersih mengkilap. Aku pun langsung menyandarkan tubuhku yang pegal disofa ruang tamu.

Ku lirik jam dinding, tepat pukul setengah sebelas aku selesai mengerjakan semua tugas rumah. Dan kini, waktuku menonton acara di stasiun TV swasta yang paling kutunggu di hari libur. Ya, bila diplesetkan, sebut saja Ulook. Aku suka melihat para model itu memperagakan tips berbusana dan merias wajah. Ya, walaupun aku tak pernah sekali pun mengikuti tips mereka untuk memoles segala kosmetik itu di wajah, setidaknya aku suka. Ya, mungkin kalian juga suka, yang cewek ya maksudku.

"Kak, berbenahnya udah selesai?" Tanya ibuku.

"Udah, mamih," jawabku seraya memalingkan wajah dari TV dan memperhatikan ibu yang sedang memakai henna warna merah maroon. (pacar kuku yang diperbolehkan untuk melaksanakan solat)

"Nih, tadi ibu abis beli donat. Kalo laper langsung makan nasi, ya. Ibu udah masak tadi, sekarang mau leha-leha dulu," ujar ibu dengan mata yang tetap fokus pada henna yang ia poleskan dikuku tangannya.

"Hm, iya. Ara belom laper, bu. Ntar aja pas acara ini abis, nih. Ibu udah makan?" Aku pun meluruskan kaki dan melahap donat dengan isian selai stroberi ditengahnya.

"Kamu mah kebiasaan, gak bisa sarapan pagi. Udah ibu, mah."

"Ra, si Haris kok jarang kesini lagi?" Tanya ibu memalingkan wajahnya dari kukunya dan fokus menatapku.

"Hm, gak tau, bu."

"Lah, kok gak tau? Putus, Ra?"

"Nggak. Gimana putus, pacaran aja nggak, bu. Dia, mah nggak usah diarepin. Tau-tau juga nanti dateng, tanpa diundang, tanpa ngabarin." Jawabku mencoba santai diiringi kekehan yang dipaksakan.

"Nggak pacaran gimana? Jalan-jalan mulu, telponan tiap malem. Ibu denger loh, kak." Ujar ibu, entah serius atau candaan. Tapi, pipiku memerah. Malu, ke-gap ibu sendiri.

Choco Berry [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang