Inginku mengejar dirimu
Menggenggam erat tanganmu
Sungguh ku tak relaVierratale - Kepergianmu
-Awal Bulan Maret-
UJIAN kompetensi dimulai esok hari. Ya, ini adalah penentuan skill setelah hampir tiga tahun kami menuntut ilmu di bidang yang kami tekuni.
Setelah melewati sebulan latihan yang begitu berarti dan menyita banyak waktu bagai pekerja lembur, akhirnya esok hari kami telah sampailah pada puncaknya.
Sedari tadi aku masih berkutat dengan lembaran-lembaran kertas yang hampir memenuhi ranjangku.
Aku pun membanting tubuhku dan memandang langit-langit.
Besok gimana, ya? Gue nggak pernah rasanya se-desperate ngadepin ulangan apapun dari SD. Lirihku dalam hati seraya memejamkan mata, menikmati kusutnya otakku yang dengan teganya tak menerima materi apapun dari tadi.
Badanku berguling, hingga kini posisi tengkurap dengan tangan yang menopang dagu.
Ah, aku jadi teringat Bu Nawa. Ia memang santai dan begitu remaja-able di usianya yang mungkin telah sampai pada kepala tiga, tapi ia tidak suka bila ada murid yang memperhatikannya sembari bertopang dagu.
Saat itu, Zaky yang duduk tepat didepan ku, sedang bertopang dagu sembari menahan rasa kantuknya.
Saat Bu Nawa melihat, Bu Nawa pun langsung menghempaskan tangan kanan yang menjadi tumpuannya, seketika itu kepala Zaky pun sukses kepentok meja.
"Duh!" Teriak Zaky.
"Lagian kamu, kepala kecil aja segala nopang dagu. Emang berat apa? Kebo aja yang palanya berat kaga nopang dagu." Bu Nawa pun memberi kritik pedasnya.
Kami pun menahan tawa sembari membayangkan kerbau yang begitu gagahnya terlihat menopang dagu.
"I-iya, Bu. Maaf, kaga lagi, dah." Zaky pun menunduk seraya menyatukan telapak tangannya di depan kepala.
Bu Nawa hanya tertawa kecil seraya mengangguk.
"Hah, kapan belajarnya gue? Ya ampun." Aku meringis sembari menggaruk kepalaku gemas.
Aku pun kembali membuka lembaran memusingkan itu lagi. Dan mulai menghapalkan cara pembuatan krim malam dan emulsi minyak ikan.
Saat mulutku sedang berkomat-kamit, semua pergerakkanku terhenti saat dua chat masuk secara bersamaan membuyarkan konsentrasi belajarku.
Aku pun meraih ponsel dan menatap nanar layar ponsel yang menampilkan chat dari orang-orang yang tak kuharapkan saat ini.
Haris Aryadi
Semangat belajarnya, yang.
Nanti aku kasih hadiah deh sama aku ajak jalan-jalan. Oke?Tanganku pun tergerak membuka chat yang lain.
Ashilla Layla
Semangat, kak Ara!!
Jangan males2 oke? Supaya nilai kakak bagus ya!
Nanti aku ajak jalan-jalan deh sama kak Aris juga hihi.Lagi-lagi sesak itu datang. Aku menghela napas jengah dan mengabaikan pesan mereka. Aku melempar ponsel asal, entah sampai di planet mana ponselku itu, biarkan saja.
Mood belajarku hancur tak bersisa. Aku pun memegang dadaku yang sesak seraya memejamkan mata menahan desakan air mata yang memaksa keluar.
Jangan nangis, please! Gue kalo nangis, susah berhentinya. Kataku dalam hati sambil mengipaskan mataku dengan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Berry [COMPLETED]
Teen FictionZahra, seorang siswi yang gagal move on hingga dua tahun lamanya. Di lain sisi, ada seorang siswa yang terus memperhatikan gerak geriknya menunggu saat yang tepat untuk maju dan mendobrak pintu hati Zahra. Apakah Zahra bisa membuka hatinya yang suda...