Epilog

2K 59 28
                                    

Genggaman tanganmu membuatku tak bisa pungkiri
Walau kau selalu di hatiku ingin kau disini
Tak mau bayangkan yang akan terjadi
Tanpamu oh tanpamu..

GAC - Cinta


Note: Hai yang sudah pada lupa alur cerita ini (termasuk authornya juga lupa). Mohon, baca sampai habis ya! Ada sedikit konflik dan kejutan hehe.

-Awal Bulan Mei 2018-

"RA, buruan keluar! Kasian orang kelamaan nunggu, tuh."

Teriakan ibuku langsung menyadarkanku agar segera bergegas keluar kamar.

Aku langsung memoles lip tint favoritku, dan menyampirkan sling bag ke bahu. Aku lantas keluar dan menutup pintu kamar.

Hingga saat mata kami bertubrukan, bibirku lantas tertarik keatas, tapi seperdetik kemudian aku mencoba biasa saja.

Setelah pamit pada ibuku, aku langsung menghampirinya dan menerima helm putih yang biasa kupakai.

Tau aku kesulitan memakai helm, ia pun membantu, aku tersenyum dari balik masker.

"Dah, yuk nostalgia!"

Dari kalimatnya kalian pasti bisa menebak, kan siapa dia?

"PELAN-PELAN, Ra." Aris memegang tanganku erat saat kami menyebrangi jembatan menuju Setu.

Kami pun berjalan pelan hingga sampai di ujung jembatan.

"Ngeri banget, dah. Setapak gitu, jatoh malu kali ya," kataku sembari melepaskan pegangan erat tangannya.

"Ya, aku tinggal kamu," ledeknya.

"Bodo amat. Gue tinggal pesen Grab." Aku lantas berjalan mendahuluinya.

Ia pun tertawa sambil berlari mengejarku, "Yaelah, ancemannya galakan dia."

Akhirnya kami pun naik bebek-bebekan. Mengenang tiga setengah tahun yang lalu. Tepatnya, Januari 2015.

"Kamu inget waktu pertama kali kita jalan? Aku ajak kamu kesini sebenernya iseng aja tau. Eh, taunya kamu mau." Ia mulai mengayuh sambil pikirannya menerawang ke masa itu.

Bibirku langsung tersenyum perlahan, "Ya, gimana ya. Abis, aku lagi bete banget mikirin you know lah. Dari pada gagal move on, mending coba jalan sama yang lain."

Ia mengangguk, paham orang yang aku maksud adalah Esa.

"Tapi sekarang udah move on, kan?" Tanyanya seakan memastikan.

"Ya, kalo belom ngapain gue sekarang di samping lo naek bebek-bebekan di Setu panas-panas begini."

Ia tertawa, "Iya juga. Abisan elo, eh-"

Aku langsung menengok ke arahnya dengan mata yang melotot lebar. "Elo?"

Ia terkekeh. "Lagian kamu ngomong lo-gue mulu. Jadi kan aku kebawa juga."

"Yeh, gapapa kalo aku yang ngomong, mah. Tapi, kamu jangan."

Ia mencubit hidungku, "Yeh, egois."

Aku hanya tertawa.

"Heh, kamu keenakan, ya. Aku dari awal yang ngayuh, kamu senderan aja leha-leha," tegurnya gemas.

Choco Berry [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang