Kau membuatku jadi diriku sendiri.
Aku tambah yakin kepada kamu, kamu, kamu...Isyana Sarasvati Ft Rayi - Kau Adalah yang Terindah
-Bulan Agustus 2016-
"MAAF, yang. Aku udah enek sama dia lagian. Udah, ya. Gak usah dibahas terus, yang udah-udah mah biarin aja, ya," rayu Aris lagi seraya memegang tanganku.
Sedari tadi, memang aku hanya diam. Marah, kesal, atau apapun itu. Iya, aku tau aku kekanakan. Aku selalu membahas masa lalunya, aku selalu menjadikan itu senjata untuk memojokkannya.
Tapi, jujur. Aku masih belum bisa menerima masa lalunya dengan Aya.
Entah kenapa, pedihnya masih terasa, memang lukaku telah berhenti berdarah. Tetapi, belum berarti lukaku telah sembuh. Pedih dan sesaknya masih terlalu kentara.
Aku tau, tiada manusia yang sempurna. Aris memang telah membuat kesalahan yang cukup fatal, tetapi dengan bodohnya aku masih memaafkan dan menerimanya kembali.
Setelah mendiaminya cukup lama, akhirnya aku mengangguk. Rasanya terlalu 'lebay' jika aku marah hanya karena Aya yang menambahkanku via Line. Entah maksudnya apa, tapi tak ku respon.
Saat aku menunjukkannya, Aris pun langsung menolak dan memblokir undangan penambahan kontak itu.
Aku kesal, karena menurutku ia terlalu berlebihan. Aku takut, dibalik sikapnya itu ia masih menyimpan rasa untuk Aya.
Jujur, kepercayaanku padanya sedikit pudar setelah Aris dan Aya menjalin hubungan.
"Lagian ngapain, sih dibiarin aja, yang? Yang ada kamu panas terus, emosian juga ke aku." Aris lagi-lagi mempengaruhiku.
"Iya, yaudah. Besok-besok aku langsung blokir, deh. Tapi, bukannya kesannya kayak aku 'cemen' banget gitu, Ris?"
"Ah, peduli amat, yang. Udah ya, gak usah bahas dia mulu, kamu juga yang panas, kan?"
Aku pun mengangguk dan memasukkan sesendok es krim stroberi kemulut.
Andai, kamu ngerti, Ris. Forgotten not easy then forgiven. Gumamku pelan, nyaris tak terdengar.
•
SETELAH Aris pulang ke rumahnya, aku langsung masuk ke dalam juga tak lupa mengunci pintu luar.
Sesampainya di kamar, rasa sesak itu datang lagi. Kenapa? Apa yang salah denganku? Mungkin saluran pernapasanku? Atau kurangnya aliran udara segar di kamarku?
Aku pun mencoba mengalihkan pikiranku, karena takkan ada habisnya menyalahkan masa lalu. Aris juga manusia, tak selamanya ia benar.
Aku bukan bermaksud membelanya, hanya saja aku ingin mencoba menyikapinya dengan dewasa.
Ya, dari pada aku terus menyalahkannya dan mengingat semua hal pahit tentangnya. Lebih baik aku memikirkan kisah manis tentang aku dan Aris. Contohnya saat ia menuruti keinginanku di bulan Ramadhan kemarin.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Masuk, Har!" Kata ibu dan ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Berry [COMPLETED]
Teen FictionZahra, seorang siswi yang gagal move on hingga dua tahun lamanya. Di lain sisi, ada seorang siswa yang terus memperhatikan gerak geriknya menunggu saat yang tepat untuk maju dan mendobrak pintu hati Zahra. Apakah Zahra bisa membuka hatinya yang suda...