Aku selalu bahagia
Saat hujan turun
Karena aku dapat mengenangmu untukku sendiri.Utopia - Hujan
-Awal Bulan Januari-
"IKY, mau gak bang Aris kasih duit buat beli sate?" Tanya Aris pada Rifky.
Ya, kini kami sedang duduk lesehan bersama dengan hanya beralaskan karpet tipis bergambar tokoh-tokoh jebolan kartun Disney agar celana kami tidak basah karena rumput yang baru saja tersiram air hujan. Di taman perkarangan rumahku, kami sedari tadi terus melempar gurauan dan tawa tanpa henti.
Balik lagi ke dialog absurd mereka, Rifky pun langsung tersenyum sumringah, "Mau, bang."
Aris pun tersenyum miring, "Tapi ada syaratnya, Ky."
Rifky mengernyit, "Yah, pake syarat-syarat amat, bang. Susah gak, nih?"
Aku langsung memiliki firasat yang tak enak dan mencubit lengan Aris, "Jangan iseng, ah!"
"Tenang aja, yang. Gampang ini, serius."
Aku memutar bola mata jengah.
"Nih, Ky syaratnya Iky sekarang ke musolah, terus aki-aki yang lagi selawatan, tuh Iky rebut mic-nya. Terus Iky siarin, dah."
Rifky pun bertanya, "Siarin apaan, bang?"
Aris terlihat menahan tawa seraya berkata, "Gini, 'ibu-ibu bapak-bapak amal naek. Yang tadinya amal serebu, naek jadi dua rebu. Yang kaga amal, usahain amal lah.'"
Tawaku dan Rifky pun sontak pecah. Aku pun mencubit lengan Aris gemas karena lawakan recehnya.
"Ah, bang Aris, mah kaga bisa serius." Rifky pun berhenti tertawa seraya memegang perutnya yang sakit.
"Enggak, nih. Coba apa bayangin, orang nyiarin amal naek." Aris pun tertawa lagi dengan mata yang menyipit.
Karena kesal, aku berniat menarik tangan Rifky untuk meninggalkannya saat ia sedang tertawa dengan mata menyipit nyaris terpejam itu.
Saat aku bangkit dari duduk, matanya pun membuka lebar.
"Hayo, mau kemana?" Tanyanya sembari memegang lenganku.
Rifky hanya cengengesan, aku pun kembali duduk diantara mereka dengan mencebikkan bibir kesal.
Aris pun tersenyum puas seraya membisikkan sesuatu padaku, "🎵Jangan pergi-pergi lagi, aku tak mau sendiri."
Bibirku berkedut menahan tawa mendengar ia menyanyi lagu Vierratale yang berjudul Kesepian.
"Makin aneh aja suara kamu, Ris." Aku tertawa mengejek.
"Aneh gini juga, kalo nggak ada kamu bakal kangen." Ia menaik turunkan alisnya.
"Au, ah gelap."
"Gelap hidup kamu kalo nggak ada aku, ya?"
"Malah gelap kalo ada lo, Ris." Aku menatapnya sinis.
"Ya, iyalah gelap kalo ada aku. Kan kamu yang ngajak gelap-gelapan mulu."
Aku langsung mencubit dadanya gemas, ia pun mengaduh kesakitan sambil terus tertawa.
Aku pun menengok ke Rifky, ia hanya menaikkan alisnya bingung lalu mengendikkan bahunya.
Ah, untung lo belom paham, bang. Kataku dalam hati seraya memerhatikannya yang kini fokus pada game di ponselnya.
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Berry [COMPLETED]
Teen FictionZahra, seorang siswi yang gagal move on hingga dua tahun lamanya. Di lain sisi, ada seorang siswa yang terus memperhatikan gerak geriknya menunggu saat yang tepat untuk maju dan mendobrak pintu hati Zahra. Apakah Zahra bisa membuka hatinya yang suda...