Port Mafia

579 67 13
                                    



"Pria Brengsek!! Berani-beraninya dia menolak proposal yang kuajukan. Kalau begitu, aku tidak punya pilihan lain kecuali menyiapkan rencana untuk merebut semua saham itu!!!" seru Frederick kesal disusul dengan gebrakan meja. "Nolan! Panggilkan Ada dan suruh menghadapku sekarang juga!"

"Baik Boss!" angguk Nolan, patuh. Pria itu langsung keluar dari ruangan itu untuk menjalankan printah.

Frederick menghela nafas, menenangkan dirinya agar tidak lepas kendali. Dia tidak mau apa yang dia punya saat ini menghilang karena kecerobohannya. Dia harus memikirkan cara yang matang sebelum bertindak. Apapun yang dia mau harus menjadi miliknya, termasuk saham itu.

Tangan Fredrick mengambil botol vodka lalu membuka tutup botolnya dan menuangkan isinya pada gelas di mejanya. Hanya dalam sekali tegukkan, vodka itu habis tanpa sisa. Saat hendak menuangkannya lagi, tiba-tiba seorang wanita cantik muncul dari pintu yang terbuka. Ada berjalan mendekati Fredrick hanya dengan memakai bra dan celana dalamnya saja.

"Boss memanggilku?" tanya Ada yang langsung duduk pada kursi di hadapan Frederick. "Kemana pakaianmu?" Frederick balas bertanya, menatap Ada dengan sebelah alis terangkat.

"Aku hendak having sex saat Nolan mengetuk pintu kamarku. Jadi jangan salahkan aku jika aku kemari seperti ini, Boss yang menyuruhku agar cepat menghadap, bukan?" Ada mengedipkan matanya untuk menggoda Federick. "Apa Boss terangsang melihatku seperti ini?" tanya Ada bangkit berdiri lalu mendekati Federick di balik meja.

"Singkirkan tanganmu Ada, aku ada misi untukmu," ujar Federick datar saat Ada mulai menempeli dirinya. Meskipun merengut, Ada menurutinya. Dia melepaskan tangannya di tubuh Federick dan kembali ke tempat duduknya semula.

"Misi? Baiklah... katakan saja padaku," ujar Ada santai sembari memperhatikan kuku-kukunya. "Ada seorang pria busuk di Manchester yang memegang beberapa saham yang kuinginkan. Dia menolak penawaranku, kau tau bukan aku tidak suka jika keinginanku ditolak?"

"Jadi, Boss ingin aku menghabisinya?" Federick bangkit dari kursinya lalu berjalan menuju jendela besar tidak jauh dari meja kerjanya. Dia melempar padangannya keluar jendela, menatap matahari yang tengah kembali pada peraduannya.

"Ya, habisi dia. Apapun caranya dapatkan saham itu untukku," Federick tersenyum licik, sedangkan Ada mengangguk patuh. "Detail orang tersebut akan kukirimkan lewat email padamu."

"Serahkan saja padaku," tangan Ada meraih botol vodka yang ada di atas meja, lalu menuangkannya di gelas yang dipakai Federick tadi sebelum menyesapnya pelan-pelan. "Aku menyerahkan misi ini padamu. Aku tau kau tidak akan menyecewakanku, bukan? Karena kalau kau gagal, aku akan menyuruh semua anak buahku untuk mencicipi vaginamu," Ada mendengus jijik mendengarnya.

Pintu ruangan kembali terbuka, kini menampilkan seorang wanita berbaju lengkap dengan jaket kulit berwarna hitam, celana jeans hitam serta sepatu boot yang tengah membawa sebuah koper berukuran besar di tangannya.

Wanita itu menatap jijik pada Ada yang hanya memakai pakaian dalamnya saja. "Boss!!" seru wanita itu senang, lalu berlari untuk memeluk Federick saat melihat pria itu. Federick hanya diam saja saat wanita itu memeluknya, sama sekali tidak membalasnya. "Diana, kau sudah mendapatkannya?" tanya Federick Diana melepaskan pelukannya.

"Tentu saja," jawab Diana mantap lalu kembari berjalan ke depan pintu untuk mengambil koper besar yang tadi dia letakkan. Setelah sampai di hadapan Federick, Diana membuka koper itu dan muncullah dua orang anak laki-laki setengah sadar karena obat bius yang terbaring meringkuk di dalam koper. "Bagaimana dengan orangtua mereka?"

"Tuan Yong sudah kubakar hidup-hidup beserta istrinya. Sahamnya yang di Korea sudah jadi milik kita. Seperti yang kukatakan, aku membawa anak mereka sebagai oleh-oleh. Boss suka anak Asia bukan?"

ALTERWhere stories live. Discover now