Pagi Hari Sebelum Pertarungan

435 57 12
                                    



Hari ini, Arthur berencana untuk menghabiskan harinya bersama dengan Marvin dan Fritz. Memang, tidak ada rencana khusus untuk berpergian. Arthur hanya ingin berada di dalam kamar sembari menikmati waktu dengan mereka berdua.

Arthur bangun pukul setengah tujuh pagi bersamaan dengan Fritz. Dia menatap tempat tidur yang Marvin tempati. Ternyata, Marvin masih tertidur nyenyak di sana. Arthur lantas menyuruh Fritz untuk mandi terlebih dahulu, sementara dia pergi keluar untuk membeli sarapan untuk mereka berdua.

Arthur membeli dua porsi bubur yang dibungkus dengan sterofom karena tak ada penjual makanan lain di sekitar sana. Dia membawa bubur itu kembali ke rumah sakit untuk dimakan oleh Fritz dan dirinya.

Sesampainya di kamar, Arthur langsung mengambil handuk dari dalam lemari dan berlalu menuju kamar mandi di dalam sana untuk mandi. Fritz yang sudah selesai mandi mengambil dua buah gelas yang diisi air putih dan menyiapkan bubur itu untuk dimakan bersama Arthur setelah mandi.

Mereka berdua makan bersama-sama. Arthur memang sengaja tak membelikan bubur untuk Marvin karena Marvin akan mendapatkan makanannya sendiri dari pihak rumah sakit.

Sembari makan, Arthur mulai bercerita apa yang telah terjadi sehingga membuat Marvin menjadi seperti itu. Fritz menatap tidak percaya saat mendengar Freddie lah yang sudah mengurung Marvin selama beberapa hari dan menyiksanya di sebuah gudang.

Arthur menceritakan semuanya, bahkan sampai pada perasaan yang dia miliki untuk Marvin. Fritz sempat terdiam, dia mencoba mencerna apa yang Arthur katakan. Ada perasaan tidak terima ketika Arthur memberitahukannya jika dia menyayangi Marvin.

Egonya ingin memiliki Arthur sendirian. Tapi saat Fritz menatap Marvin yang masih terbaring di tempat tidurnya, akhirnya Fritz melunak. Dia tidak mungkin meminta Arthur untuk memilih dirinya saja.

Walau bagaimanapun, Marvin sudah lebih lama bersama Arthur. Bahkan Fritz sempat tak menyangkan jika ternyata mereka berdua bersaudara.

Dirinyalah yang menjadi orang ketiga di sini. Jadi Fritz memutuskan menerima kondisi mereka saat ini, dengan syarat Arthur harus bersikap adil kepada mereka berdua. Tentu saja Arthur langsung mengangguki persyaratan Fritz tanpa pikir panjang.

Selesai sarapan, Fritz yang mengambil alih untuk membereskan perkakas makan mereka. Dia memasukkan sterofom bekas bubur yang sudah habis buburnya ke dalam kantong plastik untuk dibuang. Fritz juga membawa gelas kotor ke bak cuci piring dan mencucinya hingga bersih.

Suara pintu yang diketuk menyita perhatian Arthur dan Fritz. Fritz yang posisinya lebih dekat dengan pintu berjalan menghampiri pintu tersebut dan membukanya.

Ternyata orang yang mengetuk itu adalah seorang suster rumah sakit. Sepertinya dia tengah membagikan sarapan untuk para pasien dengan kereta dorongnya.

Fritz menerima sepiring makanan yang terdiri dari beragam lauk pauk sembari tersenyum. Setelah mengucapkan terima kasih, Fritz menutup pintunya kembali dan menghampiri Arthur yang duduk di sofa. Fritz meletakkan sarapan untuk Marvin di atas meja di hadapan mereka lalu duduk di samping Arthur.

"Lalu Arthur, siapa anak kecil itu?" tanya Fritz yang merasa penasaran dengan anak kecil yang tertidur dengan berbagai macan selang yang masuk ke dalam tubuhnya.

"Ouh... benar juga. Aku belum memberitahumu ya..." Arthur baru ingat dia belum menceritakan tentang Rick padanya. "Dia Rick, adik Ralph..." ujar Arthur sembari berjalan mendekati Rick. Dia berhanti di tengah-tengah tempat tidur Rick dan Marvin.

"A-adik Ralph?" ujar Rick mengulang sembari berjalan mendekati Arthur dan berhenti di sampingnya. Arthur mengangguk, mengiyakan.

Fritz menatap Rick dengan intens. Dia tidak mengerti apa yang terjadi dengan Rick yang terbaring itu. Jika dilihat sekilas, Rick terlihat seperti anak kecil pada umunya. Tak ada luka serius di tubuhnya, tapi Fritz tak mengerti kenapa ada begitu banyak selang dan mesin bantu yang tertempel di tubuhnya.

ALTERWhere stories live. Discover now