Arthur masih terduduk di lantai kamar Federick. Dia mengecam ketidak berdayaannya saat melihat Taehyung dibawa pergi oleh Mikael. Ini sudah kedua kalinya dia gagal menyelamatkan anak itu. Pertama dengan Cliffreed, lalu sekarang dengan Mikael.
Federick dan yang lainnya sudah pergi entah kemana, meninggalkannya sendirian di dalam kamar yang sudah hancur ini.
"Sial!!!" dengan kesal, Arthur meninju lantai kamar yang dipenuhi serpihan kaca dengan kuat. Rasa sakit dari kaca yang menusuk jari-jari tangannya tak dia perdulikan. Arthur hanya ingin melampiaskan rasa kekesalannya.
"Aku gagal menyelamatkannya!!" seru Arthur begitu lirih. Kepalanya sengaja dia tundukkan. Sepertinya saat ini dia merasa sangat menyesal.
"Hentikan Arthur! Kau hanya akan melukai dirimu sendiri," Alter memperingati dari dalam. "Kita masih bisa menyelamatkannya. Yang harus kita lakukan adalah pergi menuju dermaga dan mengambil mereka berdua kembali."
"Kau benar," Arthur mengangguk setuju. Dia belum benar-benar gagal, masih ada harapan. "Ayo, kita pergi ke dermaga. Masih ada tiga jam sebelum tengah malam. Kita pasti akan mengalahkan mereka dan merebut Taehyung dan adiknya kembali," Alter mengangguk mengiyakan perkataan Arthur.
Arthur bangkit berdiri, luka goresan dikakinya sudah sembuh sepenuhnya. Dia tak lagi merasakan sakit akibat luka yang diberikan Mikael.
"Apa akan semudah itu?" tanya seseorang dari luar kamar saat Arthur hendak pergi dari sana.
Arthur mendengar suara langkah kaki seseorang di lorong. Siapa itu? Apa Federick dan anak buahnya kembali lagi? Meskipun Arthur belum tahu siapa yang berbicara barusan, dia sudah mengambil ancang-ancang untuk menyerang.
"Lawanmu bukan hanya Port Mafia, loh. GOD juga terlibat. Apa kau yakin bisa mengalahkan kedua organisasi itu hanya dengan seorang diri?" suara langkah kaki itu kian mendekat dan saat pemilik kaki yang membuat suara itu muncul di ambang pintu, Arthur pun terhenyak.
"Oliver?!" tanya Arthur tidak percaya karena bertemu kembali dengan pria itu di sini.
"Yo!" Oliver tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya kepada Arthur. "Kita bertemu lagi."
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Arthur langsung karena merasa heran dengan kehadiran Oliver. "Tentu saja untuk bertemu denganmu. Memangnya apa lagi?"
"Bertemu denganku?" ulang Arthur menunjuk dirinya sendiri. "Ya, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Bisa ikut aku ke suatu tempat?"
Arthur mengerutkan keningnya tak mengerti. Saat ini dia tengah dilanda kebingungan karena Oliver.
"Aku tidak bisa. Aku harus segera pergi ke dermaga," tolak Arthur.
"Apa kau benar-benar ingin pergi ke sana?"
"Tentu saja! Aku tidak akan membiarkan mereka melakukan sesuatu yang buruk pada Taehyung dan Taehyang!!" seru Arthur. "Sebaiknya kau tidak menghalangiku, Oliver!"
"Aku tidak. Aku hanya ingin memberitahukanmu satu hal. Jika kau tetap ingin pergi, kau akan mati. Kau terlalu meremehkan mereka, Arthur. Lihat saja saat ini, kau bahkan hampir saja terbunuh."
"Lalu aku harus apa?! Menutup telinga dan seolah-olah tak pernah melihat penderitaan yang mereka?! Jangan bercanda! Aku tidak mungkin melakukan itu. Meskipun nyawaku sebagai taruhannya, aku akan tetap pergi ke sana. Apa kau menyuruhku duduk berdiam diri dan membiarkan mereka berdua menderita begitu saja?"
"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk diam saja!" bantah Oliver. Pria itu berdecak kesal karena Arthur tak mau mendengarkan perkataannya sampai habis. "Makanya jangan potong dulu perkataanku!"
YOU ARE READING
ALTER
Ficção Geral[BOOK 2 OF 8 Fate Grand Order Series] Aksi Arthur belum selesai. Dengan bantuan Alter, Arthur mulai menyasar orang-orang yang tak terikat oleh hukum untuk dibunuh. Warna merah dan bau darah sudah menjadi favoritnya. Arthur sudah seperti serigal...