Suara ledakan pun terdengar, menghancurkan sisi depan mobil dan meninggalkan api yang menyala. Sayang, sang sopir tidak sempat menyelamatkan diri. Dia mati terkena ledakan barusan.
"Menjauh dari mobil!!" teriak Wilburn melihat mobil yang terbakar sudah mengeluarkan asap hitam, pertanda akan meledak. Wilburn segera merebut koper besar yang Diana bawa lalu mendorong wanita itu menjauhi mobil.
BLAAAAAAAAMMMMMMM!!!!
Mobil yang mereka tumpangi pun meledak. Serpihan mobil itu terlempar ke segala arah. Beruntung ketiga orang yang selamat tidak terkena serpihan mobil yang terlempar akibat ledakan itu.
"Sayang sekali. Kukira, setidaknya dua orang akan terkena ledakan itu."
Wilburn dan Diana berdiri dengan susah payah. Meskipun asap dari mobil menghalangi pandangan mereka, tapi dapat dilihat dengan jelas sosok Arthur yang memakai topeng berdiri di lantai dua sebuah bangunan.
"Maaf jika tidak sesuai perkiraanmu," ujar Diana sinis. "Kau tak perlu meminta maaf. Aku tidak berpikir ini akan mudah kok," Diana berdecih. Tangannya mengambil dua buah Killer7 dari dalam pakaian yang dia kenakan, bersiap untuk menyerang.
"Kami pikir kau tikus. Ternyata kucing," Wilburn sudah bersiap-siap dengan shoutgun dari balik tubuhnya. "Hei bung, bukan keinginanku memakai topeng kucing ini. Aku jadi terlihat konyol."
"Konyol sekali," Diana menimpali. Arthur menghela nafas dalam-dalam. "Sudah kubilang, bukan? Aku akan terlihat konyol memakai topeng ini?!" bisik Arthur pada Ralph. "Diam dan kenakan saja. Aku tidak ingin mereka sampai tau identitasmu," Arthur pun mendengus pasrah.
"Apa kau berhasil mengidentifikasi mereka?" tanya Arthur dengan suara pelan. "Ya, pria yang memiliki bekas luka di pipinya dan wanita itu adalah pemegang pangkat yang tinggi di Port Mafia. Namanya adalah Diana Koevalen dan Wilburn Kenneth. Aku sudah katakan sebelumnya bukan, jika kau ingin menyerang Port Mafia, kau harus menyingkirkan para petingginya terlebih dahulu. Jadi tugasmu sekarang adalah bunuh mereka berdua."
"Lalu bagaimana dengan barang bawaan mereka?"
"Barang bawan mereka?"
"Sebuah koper besar yang dipegang wanita itu."
"Koper itu mungkin sesuatu yang bernilai jual tinggi. Jika memungkinkan, rebut saja. Uangnya akan berguna untuk kita nantinya."
"Aku mengerti. Kau dengar itu Alter?" tanya Arthur. "Bunuh mereka semua dan ambil kopernya. Tunggu apa lagi!" tangan Arthur mulai merogoh sakunya untuk mengambil bom lainnya. "Hei!! Daripada kau berbicara sendiri seperti itu, bagaimana jika kita memulai pestanya!" seru Diana.
"Tentu saja, tapi kalianlah yang akan menjadi bangkai di akhir acara," Arthur menarik pengait granatnya lalu melemparkannya ke tengah-tengah mereka bertiga, lalu berlari menaiki tangga untuk menuju lantai berikutnya.
"Kau lah yang akan jadi bangkai!!" seru Diana kesal. Setelah menghindari bom lemparan Arthur, mereka bertiga segera memasuki gedung tempat Arthur berada. Menaiki tangga demi tangga untuk mencapai lantai berikutnya.
Tapi saat mereka bertiga menaiki tangga untuk menuju lantai keempat, sebuah granat lagi terlempar ke depan mereka. Diana segera berlari ke atas, sementara Wilburn memilih turun ke bawah. Ledakan itu menewaskan satu orang lagi dan mengakibatkan tangga yang mereka lewati hancur.
"Wilburn!!" teriak Diana ke bawah. "Aku tidak apa-apa. Kau pergilah lebih dulu. Bunuh kucing itu lalu bawa pulang kepalanya. Aku akan mencari cara untuk ke atas. Diana mengangguk patuh, dengan kaki telanjangnya dia menaiki tangga kembali menuju lantai teratas tapi lebih berhati-hati karena takut sewaktu-waktu Arthur akan melemparkan geranat lagi.
YOU ARE READING
ALTER
General Fiction[BOOK 2 OF 8 Fate Grand Order Series] Aksi Arthur belum selesai. Dengan bantuan Alter, Arthur mulai menyasar orang-orang yang tak terikat oleh hukum untuk dibunuh. Warna merah dan bau darah sudah menjadi favoritnya. Arthur sudah seperti serigal...