Melebur Menjadi Satu

469 49 3
                                    



Malam harinya hujan turun dengan lebatnya. Arthur pulang dengan berhujan-hujanan di bawah pengaruh alkohol. Pakaian yang dipakainya basah kuyup oleh air. Arthur berjalan sempoyongan menuju kamarnya.

Tapi saat sudah berada di lantai dimana kamarnya berada, Arthu malah mengetuk pintu kamar Fritz yang bersebelahan dengan kamarnya. Arthur mengetuk-ngetuk pintu itu beberapa kali sebelum sosok Fritz muncul dari dalam pintu yang terbuka.

"Arthur?" saat itulah Arthur kehilangan keseimbangannya, dia jatuh di hadapan Fritz.

Dengan sigap Fritz menangkap Arthur yang terjatuh. Kulitnya langsung dingin karena bersentuhan dengan Arthur yang basah kuyup. Fritz tampak bingung apa yang harus dilakukannya. Ini sudah menjelang tengah malam, jika Arthur ketahuan baru saja pulang pasti dia akan dihukum karena tidak mentaati peraturan panti.

Setelah menoleh kanan kiri, Fritz memasukkan Arthur ke dalam kamarnya. Beruntung Roher sedang tidak ada di tempat, teman sekamarnya itu tadi meminta izin untuk menginap di rumah temannya. Ingin mengerjakan tugas kelompok katanya.

Fritz membaringkan tubuh Arthur di tempat tidurnya, merelakan kasurnya basah karena Arthur. Dia lalu melangkah menuju lemari pakaiannya, mencari handuk kering. Setelah mendapatkannya dia segera menghampiri Arthur kembali.

Fritz mulai melucuti pakaian Arthur, melepas baju yang dikenakannya hingga terlepas. Susah payah Fritz menelan ludahnya sendiri saat melihat tubuh atletis Arthur. Dada Arthur sangat bidang, dilengkapi dengan beberapa pack yang terukir jelas di tubuhnya. Terlihat menggiurkan di mata Fritz.

Meskipun begitu, Fritz cepat-cepat menggelengkan kepalanya beberapa kali. Dia tidak boleh memikirkan hal yang tidak-tidak disaat yang seperti ini. Niatnya baik ingin membantu, dia tidak mau mengotori niatnya itu.

Setelah mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kembali, Fritz mulai mengelapi tubuh Arthur yang basah dengan handuk yang dipeganggnya. Tangan Fritz bergerak mengikuti lekuk tubuh Arthur. Mulai dari dada, kemudian turun ke perut dan pusarnya. Meskipun terhalang dengan handuk, tangan Fritz bisa merasakan betapa tonjolan-tonjolan di tubuh Arthur.

Selesai mengelap tubuh bagian atas Arthur, Fritz kemudian menatap celana jeans yang dikenakan Arhtur. Celana itu juga basah, jadi Fritz berpikir untuk melepaskan celana itu juga.

Tangan Fritz meraih kancing pengait celana jeans Arthur. Membukanya lalu menurunkan resleting cenala itu dengan perlahan. Beruntung Arthur mengenakan boxer, jadi Fritz tidak perlu tergoda lebih jauh dengan keadaan Arthur saat ini. Setelah melepaskan celana itu, Fritz meletakkannya begitu saja di lantai.

Saat Fritz ingin membereskan pakaian Arthur yang berserakan di lantai kamarnya, Arthur tiba-tiba melingkarkan tangannya di perut Fritz lalu menariknya, membuat Fritz tersungkur ke atas kasurnya sendiri bersama dengan Arthur.

Tidak sampai disitu, Arthur kemudian menindih Fritz hingga anak itu kesulitan bergerak karena bobot tubuh Arthur. "Arthur! Apa yang kau... Arthur," Arthur langsung saja membungkam mulut Fritz dengan bibirnya. Fritz langsung membulatkan matanya karena terkejut. Tangannya mencoba mendorong Arthur agar menyingkir dari atas tubuhnya, tapi Arthur dengan sigap mencengkram kedua tangan Fritz dengan tangannya.

Arthur mencium Fritz dengan ganas, bibir Fritz digigitnya karena anak itu tak mau membuka mulut. Fritz terpekik perlahan, mulutnya sedikit terbuka. Arthur memanfaatkan kesempatan itu untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Fritz. Fritz tak kuasa menolak lidah Arthur yang menerobos masuk ke dalam mulutnya.

Rasa bir yang kuat langsung dapat dirasakan Fritz. Jadi inilah kenapa Arthur bertingkah membingungkan dan menyerangnya saat ini. Itu semua karena Arthur tengah mabuk.

ALTERWhere stories live. Discover now