Merebut Kembali

505 66 18
                                    


Marvin merasa dirinya sudah berakhir. Di sini, tempat yang tak pernah terpikirkan olehnya. Menjadi budak pemuas nafsu orang-orang tak berperasaan itu. Mungkin sampai menjelang ajalnya, dia akan terus seperti itu. Tak ada yang menolongnya dari tempat yang sudah membuatnya tersiksa beberapa hari terakhir.

Dengan keterbatasannya, kesempatannya untuk lolos dari tempat ini semakin kecil. Marvin tidak bisa berbicara karena pita suaranya dirusak oleh Arthur. Dia jadi tak bisa memohon ampun pada mereka yang telah membuatnya menjadi seperti sekarang ini, apalagi berteriak meminta tolong agar orang-orang di luar sana bahwa di tempat ini ada seseorang yang membutuhkan bantuan.

Yang bisa Marvin lakukan adalah bersabar, menunggu keajaiban yang mungkin saja akan terjadi. Tapi saat keajaiban itu tak kunjung datang, Marvin mulai mempertanyakan bagaimana nasibnya kelak.

Marvin menatap nanar langit-langit ruangan yang gelap, air matanya keluar begitu saja saat dia tengah memikirkan kondisinya saat ini. Tubuhnya terasa sakit semua, terutama di bagian lubangnya. Marvin yakin bahwa lubannya sudah terkoyak akibat penis-penis yang masuk dengan kasar dan tak berperasaan ke dalam tubuhnya.

Bau tak sedap campuran antara keringat, darah, dan sperma tak lagi dia hiraukan. Aroma tubuhnya sudah tak penting lagi untuk dipikirkan saat ini.

Selama berhari-hari berada di sini, Marvin hanya diberi makan sebuah roti bungkus yang biasa di jual di warung-warung kecil di pasar. Dengan ukurannya yang tak seberapa itu, tentu saja tenaga yang dihasilkannya tak akan cukup untuk satu hari penuh. Hal hasil, tubuh Marvin menjadi sangat lemah dan kekurangan tenaga. Bahkan untuk berdiri saja dia tak akan bisa.

Hal itu dilakukan agar Marvin tak bisa melarikan diri meskipun tanpa diikat atau diborgol karena tak memiliki tenaga yang cukup. Untuk minumnya pun sangat jauh dari kata bersih. Dia hanya boleh meminuma air seni dari para preman yang ingin buang air kecil. Tak ayal mulutnya menjadi pengganti peespot. (Ini bener gk sih tulisan peespotnya gini?)

Seperti saat ini, Marvin mendongak dengan mulut yang terbuka untuk meminum air seni dari seorang preman yang tengah menembakkan air kencingnya tepat mengenai wajah Marvin. Berkali-kali preman itu mempermainkan Marvin dengan cara menggoyang-goyangkan penisnya kesana kemari, membuat Marvin harus mengikuti aliran air yang terpancar dari penisnya itu.

Setelah puas, preman itu meninggalkan Marvin setelah memberikan pandangan yang menghina padanya. Preman itu berlalu begitu saja dan kembali menutup dan mengunci satu-satunya pintu keluar di sana.

Marvin kembali membaringkan tubuhnya. Setidaknya tenggorokannya sudah tak merasakan sakit lagi karena kehausan.

Akhir-akhir ini, Marvin jadi teringat masa lalu. Hidupnya bisa dikatakan bahagia. Masa dimana ayah dan ibunya masih hidup adalah hal yang sangat dirindukannya.

Dia pernah bertanya pada Tuhan. Apa ini adalah karma karena keluarganya pernah memperlakukan Arthur dengan sangat buruk, bahkan sampai menjual anak itu untuk mendapatkan uang?

Jika iya, dia benar-benar menyesal. Dia berharap, Tuhan segera mencabut nyawanya dan melepaskan karma ini karena dia sudah tak sanggup untuk menjalaninya. Dia ingin cepat-cepat bertemu dengan orang tuanya. Entah akan di tempatkan di surga atau neraka dia nanti, Marvin hanya ingin bertemu dengan mereka untuk melepaskan rindu walau sesaat.

Andai bisa seperti itu.

Saat Marvin lelah membandingkan keadaannya saat ini dengan yang lalu, suara teriakan tiba-tiba terdengar dari luar. Terdengar juga suara makian dan umpatan setelah suara teriakan tersebut. Orang-orang sangat ribut sekali di luar sana. Beberapa kali suara tembakan juga terdengar.

ALTERWhere stories live. Discover now