Arthur menatap dua buah makam di depannya tanpa berkedip. Sebenarnya hanya ada satu makam disini, hingga beberapa hari yang lalu Arthur kembali membuat makam baru di samping makam yang lama. Kedua makam itu adalah milik Zeo dan Ralph.
Mereka berdua sengaja Arthur kuburkan di suatu bukit tak berpenghuni, jauh dari perkotaan. Mengingat Ralph sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Rick adiknya, jadi Arthur memutuskan untuk mengubur Ralph di samping makam Zeo. Semoga dengan begitu Zeo tidak sendirian lagi karena ada Ralph yang menemani.
Zeo dan Ralph adalah orang-orang yang memiliki tempat tersendiri didalam hidupnya. Jika Zeo adalah cinta pertamanya dan maka Ralph adalah sahabat seperjuangannya. Dan sekarang, setelah kematian Ralph, dia kembali berjuang sendirian. Sama seperti sebelum Ralph datang menawarkan bantuan padanya.
Merasa kesepian memang, tapi di dunia ini, tidak banyak orang yang bisa dipercaya seperti Ralph. Arthur benar-benar merasa kehilangan sahabatnya itu.
Setelah memandangi kedua makam itu selama satu jam tanpa henti, Arthur menghela nafas pelan. Dia tidak boleh terpuruk seperti ini terus. Masih ada hal yang harus dia lakukan. Yaitu menghancurkan Port Mafia. Ralph sudah berusaha keras menyalin semua data yang dia butuhkan untuk menghadapi Port Mafia, dia tidak boleh menyia-nyiakan pengorbanan Ralph. Arthur bertekad di dalam hatinya akan membalaskan dendam Ralph dan memenuhi tujuannya itu.
Arthur memutuskan menyudahi acara diamnya itu di hadapan makam Zeo dan Ralph, mengalungkannya kembali kalung yang terdapat cincinnya bersama Zeo di nisan kayu milik Zeo dan berlalu pergi. Arthur melangkah menuju sebuah gubuk tua yang letaknya tak jauh dari sana.
Gubuk itu lah yang menjadi tempatnya dan Taehyung bersembunyi beberapa hari terakhir dari kejaran Port Mafia. Meskipun hanya memiliki satu ruangan di salamnya yang dipakai untuk tidur oleh mereka berdua, setidaknya gubuk itu adalah tempat teraman yang mereka miliki saat ini.
Arthur membuka pintu kayu yang sudah lapuk itu lalu masuk ke dalamnya. Matanya menatap Taehyuhng yang tengah duduk berdiam diri di pojok ruangan. Meskipun beberapa hari telah berlalu, Taehyung tampak murung. Dia terus saja menyalahkan dirinya atas kematian Ralph.
"Aku akan keluar sebentar untuk membeli bahan makanan. Apa kau mau ikut, Taehyung?" Taehyung tidak menjawab pertanyaan arthur dengan suara. Di hanya menggeleng untuk menolaknya.
"Baiklah jika begitu," ujar Arthur. Meskipun khawatir meninggalkan Taehyung sendirian di tempat ini, tapi dia tak mau memaksa anak itu. "Aku hanya akan pergi sebentar. Jangan kemana-mana, tunggu aku di sini, oke?" Taehyung pun mengangguk.
Sebelum pergi, Arthur sempat mengusap kepala Taehyung. Meskipun belum lama bersama Taehyung, sudah tumbuh rasa sayang dalam diri Arthur untuk anak itu. Bahkan Arthur sudah menganggap Taehyung sebagai adiknya sendiri. Mungkin karena memiliki masa lalu yang sulit seperti dirinya yang membuat Arthur begitu memperhatikan Taehyung.
Ada perasaan aneh yang mengganjal saat meninggalkan Taehyung. Entah kenapa hatinya merasa tak tenang. Tapi Arthur terus meyakinkan dirinya bahwa tak akan terjadi apa-apa pada anak itu saat dia pergi.
Arthur mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Melaju di antara rimbunan pohon pinus di dalam hutan. Mungkin keputusannya membawa Taehyung bersembunyi di sini kurang tepat. Kasihan anak itu, hanya bisa merenung setiap harinya. Arthur berencana membawa Taehyung ke tempat lain jika situasinya membaik.
Satu jam kemudian pemandangan di luar sudah mulai berganti. Tidak ada lagi pohon pinus yang berjajar rapi di pinggir jalan. Hanya ada hamparan rumput liar di sisi kiri dan kanan jalan. Butuh setengah jam lagi untuk mencapai kota terdekat.

YOU ARE READING
ALTER
Fiksi Umum[BOOK 2 OF 8 Fate Grand Order Series] Aksi Arthur belum selesai. Dengan bantuan Alter, Arthur mulai menyasar orang-orang yang tak terikat oleh hukum untuk dibunuh. Warna merah dan bau darah sudah menjadi favoritnya. Arthur sudah seperti serigal...