Yuki berjalan riang sembari mendengungkan lagu dango kesukaannya. Collin dan Lily tak terlihat bersamanya, pasti Yuki diam-diam pergi dan berbuat seenaknya lagi.
Saat Yuki tengah berjalan tak tentu arah, telinganya mendengar suara keributan dari dalam gudang penyimpanan kapal. Seperti ada orang yang sedang bertarung di dalamnya.
Tanpa berpikir dua kali, Yuki mengganti arah jalannya menuju gudang yang dimaksud.
Tapi sepertinya, pertarungan itu telah usai saat Yuki tiba karena matanya melihat tubuh seorang wanita berbujur kaku tanpa kepala dengan seorang anak kecil seumurannya duduk di atas mayat wanita itu.
Lion menatap Yuki yang mengamatinya di ambang pintu dengan tubuh yang bersimbah darah. Tidak, itu bukan darahnya. Melainkan darah Cristine yang terciprat ke seluruh tubuhnya. Sementara kepala wanita itu tergeletak di antara kedua kaki Lion.
"Ingin bermain?" tanya Lion dengan senyum polosnya. "Lion punya bola di sini," ujar Lion sembari mengangkat kepala Cristine lalu menunjukkannya kepada Yuki.
Yuki tampak berpikir sejenak, sebelum menggelengkan kepalanya. "Tapi Yuki tidak suka bermain bola. Bola untuk laki-laki, Yuki lebih suka bermain boneka..."
Lion mengernyitkan keningnya, bingung karena perkataan Yuki. Bola untuk laki-laki.' Bukannya, dia juga seorang laki-laki?
Tapi meskipun begitu, Lion menganggukkan kepalanya. Dia melemparkan kepala Cristine ke belakang dan berpikir apa yang bisa mereka mainkan berdua.
"Tapi Lion tidak memiliki mainan yang lain di sini," ujar Lion sembari menatap sekitarnya. Hanya ada tubuh Cristine dalam gudang yang kosong itu. "Apa tidak ada yang bisa dipakai untuk bermain?" tanya Yuki.
"Ah, Lion punya ide!! Kita bisa bermain bersama!!" seru Lion setelah beberapa saat berpikir."Namamu Yuki bukan? Aku Lion!"
"Ya... Jadi, apa yang kita bisa mainkan, Lion?"
"Kemarilah, Lion akan membisikannya pada Yuki," dengan isyarat tangannya, Lion menyuruh Yuki untuk mendekat kepadanya.
Yuki pun menurut. Dia berjalan mendekat pada Lion tanpa curiga sedikit pun.Lalu....
CLAAARRKKK!!
Tiba-tiba Lion menebaskan sabitnya yang dia letakkan di lantai tepat mengenai perut Yuki.
Yuki berteriak kesakitan, tubuhnya terpental beberapa meter ke depan. Luka yang dibuat Lion berbentuk horizontal. Melintang dari sisi kiri perut Yuki. Darah mengalir keluar dari tubuh Yuki, membasahi lantai dan membuat genangan di sekitarnya.
"Yuki, ayo kita main dokter-dokteran. Lion yang akan jadi dokternya, sementara Yuki yang menjadi pasien yang Lion bedah!!"
[ALTER]
"Mau sampai kapan kalian bersembunya di sana," suara Ken tertelan oleh bunyi mesin senjatanya. Ken terus membom-bardir tembok yang menjadi tempat persembian Arthur dan Oliver dengan gutling gun.
"Apa tidak ada yang bisa kuta lakukan selain bersembunyi seperti ini?" tanya Arthur.
"Selama dia masih menghujani kita dengan peluru seperti ini, yang bisa kita lakukan hanyalah bersembunyi," jawab Oliver. "Sabarlah... kita akan menyerang balik setelah pelurunya habis. Tapi kita membutuhkan seseorang untuk memberitahukannya. Aku akan mencoba menghubungi Arash."
Oliver menekan tombol kecil di ear phone yang terpasag di telinga kirinya. Terdengar bunyi sambung selama beberapa detik sebelum suara Arash yang memanggil, disusul oleh suara tembakan.
"Olie? Ada apa?" selain suara tembakan, Oliver juga dapat mendengar suara nafas Arash yang tak teratur.
"Kau sedang dalam pertarungan?!" tanya Oliver langsung.
YOU ARE READING
ALTER
General Fiction[BOOK 2 OF 8 Fate Grand Order Series] Aksi Arthur belum selesai. Dengan bantuan Alter, Arthur mulai menyasar orang-orang yang tak terikat oleh hukum untuk dibunuh. Warna merah dan bau darah sudah menjadi favoritnya. Arthur sudah seperti serigal...