Oliver menerjang Alter, mengarahkan mata pisaunya tepat ke dada bagian kanan, tempat dimana jantungnya berada. Alter yang mengetahui niat Oliver itu langsung menghindar ke belakang, sembari mengacungkan Murasame ke depannya.
Mereka berdua terdiam sejenak. Saling berhadapan satu sama lain dengan jarak lima meter yang membentang di antara mereka. Nafas Oliver sudah putus-putus, staminanya sudah terkuras sejak pertarungan ini dimulai setengah jam yang lalu. Sementara Alter tidak terlihat lelah sama sekali.
Alter tak mengira melawan Oliver akan sesulit ini. Pria itu sungguh tangguh. Dia tau kapan harus menyerang dan kapan harus bertahan. Oliver bukan seorang amatir, dilihat dari teknik dan kejelian saat menyerang saja dia tau bahwa Oliver sudah berpengalaman dalam hal seperti ini.
Beberapa kali Oliver mampu melukai dirinya, bukan luka yang parah memang, hanya sekedar sayatan. Sementara Alter belum mampu menggores bagian tubuh Oliver sedikit pun. Hal itu membuatnya kesal.
Baik serangan dan pertahanan Oliver sungguh sempurna. Padahal senjatanya hanya sebuah pisau sepanjang 20 cm. Tapi Alter tahu, semua itu akan berakhir. Oliver tidak akan mampu mempertahankan ritme pertarungannya lebih ama lagi. Karena dia sudah berada pada batasnya.
"Kau ternyata orang yang gigih juga ya," ujar Alter bermaksud memuji. Sementara Oliver yang mendengar itu hanya bisa terkekeh pelan. "Terimakasih... aku senang mendengarnya."
Alter mendengus tak suka. "Tapi saat ini, kau sudah mencapai batasmu. Kau tidak bisa terus menerus bertahan dan menyerang seperti itu. Aku hargai usahamu, tapi kali ini aku tidak akan melepaskanmu."
Oliver sebenarnya benci untuk mengakuinya, tapi apa yang dikatakan Alter memang benar. Saat ini dia sudah kelelahan. Dia tidak akan mungkin menyerang dan bertahan secara terus menerus seperti tadi. Apa dia memang sudah mencapai batasnya?
"Tidak..." ucap Oliver mantab. "Aku masih belum mencapai batasku," ujarnya lagi, membuat Alter menaikkan sebelah alisnya. "Kau tidak bisa menetapkan batasan seseorang, karena hanya orang itu yang tahu batasannya sendiri. Dan saat ini, aku belum mencapai batasku. Aku masih bisa melawanmu, bahkan mengalahkanmu."
"Terserah kau berkata apa. Aku hanya mengingatkan untuk tidak menyesal di akhirat sana karena terlalu memaksakan diri," Alter kembali siap menyerang.
"Kau tak perlu khawatir padaku. Sebab kaulah yang akan menyesal karena bertarung melawanku," mereka berdua kembali menerjang satu sama lain. Menghunuskan senjata mereka masing-masing untuk melukai lawannya.
Alter yang merasa diuntungkan karena jangkauan Murasame lebih luas daripada pisau yang Oliver gunakan. Dia terus mendesak Oliver dengan cara menghunuskan Murasame terus menerus ke arah Oliver.
Oliver hanya bisa menahan serangan itu dengan tenaga yang tersisa. Berharap akan ada peluang untuk menyerang balik Alter. Namun sepertinya Dewi Fortuna sama sekali tidak berpihak padanya.
Alter dengan piawai menyerang Oliver tanpa memberikannya celah untuk menyerang balik. Dia tidak boleh gegabah, Oliver bukanlah lawan yang mudah untuk ditakluki. Jadi pada setiap serangannya, dia sangat berhati-hati.
Sampai akhirnya Oliver tidak sengaja tersandung akar sebuah pohon saat tengah melangkah ke belakang. Dia terjatuh dengan bokong yang menghantam tanah lebih dulu.
Alter tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia langsung berdiri di hadapan Oliver dan siap menghunuskan Murasame ke arah Oliver yang terduduk dengan kepala yang mendongak menatap pedang yang akan membelah dirinya beberapa detik lagi.
Saat Oliver merasa bahwa hidupnya akan segera berakhir, di situlah keajaiban muncul.
Setelah beberapa detik berlalu, Alter sama sekali tak kunjung menghunuskan Murasame pada dirinya. Oliver yang terdiam menatap gelagat Alter yang aneh itu pun kebingungan. Pasalnya, seluruh tubuh Arthur yang dikendalikan Alter tiba-tiba bergetar hebat.

YOU ARE READING
ALTER
General Fiction[BOOK 2 OF 8 Fate Grand Order Series] Aksi Arthur belum selesai. Dengan bantuan Alter, Arthur mulai menyasar orang-orang yang tak terikat oleh hukum untuk dibunuh. Warna merah dan bau darah sudah menjadi favoritnya. Arthur sudah seperti serigal...