Sebuah Janji

431 57 2
                                    



Alter sudah bertukar posisi kembali dengan Arthur. Setelah memastikan kematian Diana, Arthur berjalan mendekati mobil yang sudah hangus terbakar. Dia menghampiri koper besar yang digeletakkan Diana tak jauh dari mobil itu.

"Tampaknya kau berhasil," ujar Ralph dari earphone yang masih tertempel di telinga kirinya. "Setelah ini, aku yakin mereka akan berusaha mati-matian untuk mencarimu. Kau harus bersiap-siap, Arthur."

"Kurasa begitu. Aku akan menyambut mereka dengan Murasame jika mereka benar-benar datang padaku," ujarnya santai. "Berhati-hatilah. Setelah ini kehidupan kita tidak akan sama lagi seperti biasanya. Port Mafia akan terus memburu kita."

"Kau terlalu jauh berpikir Ralph. Hadapi saja apa yang ada di depan mata, urusan nanti biar diri kita di masa depan yang memikirkan caranya," Arthur mulai membolak-balikkan koper yang berada di tangannya. Ternyata koper itu terkunci. "Aku hanya memperingatimu, Arthur."

"Aku tau..." ujar Arthur malas. "Daripada kau memikirkan hal itu, kita pikirkan saja apa yang ada di dalam koper ini. Menurutmu apa isinya? Terasa cukup berat saat kuangkat tadi," Arthur menggoyang-goyangkan gembok yang mengunci koper itu. "Aku tidak tau. Mungkin sesuatu yang berharga sampai wanita tadi mempertaruhkan nyawanya untuk mengeluarkan koper itu dari dalam mobil."

"Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya," Arthur kembali mengeluarkan Murasame dari sarungnya. Dengan sekali tebasan, gembok itu terbelah menjadi dua dan jatuh ke tanah. Arthur kembali berjongkok, lalu membuka pengait koper itu. Matanya membulat seketika saat melihat isi di dalam koper itu.

"Kau melihatnya bukan? Isinya adalah seorang anak kecil," Arthur menatap miris seorang anak kecil yang berada di dalam koper tanpa mengenakan benang sehelai pun. "Tidak salah lagi, anak itu adalah salah satu korban perdagangan manusia. Mungkin mereka membawanya untuk dijual," ujar Ralph yang melihat sosok anak itu melalui kamera inframerah di mata kiri topeng yang dipakai Arthur.

Seketika emosi Arthur meningkat drastis. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat lalu meninju udara kosong untuk melampiaskan kemarahannya. Arthur lalu melepaskan topeng kucing yang dia kenakan, mengangkat keluar Taehyung dari dalam koper dan membaringkan anak itu di atas pangkuan Arthur.

Tangan Arthur meraba leher anak itu untuk memeriksa denyut nadinya. Meskipun lemah, Arthur masih dapat merasakannya. Setelah itu, Arthur membuka sedikit mulut Taehyung. Mendekatkan hidungnya ke mulut anak itu, mengendusnya sebelum menjauhkannya kembali.

"Klorofom. Dia pingsan akibat klorofom. Keadaannya cukup lemah akibat kurangnya oksigen selama berada di dalam koper," ujar Arthur berspekulasi. "Jadi, apa yang akan kita lakukan padanya?"

"Memangnya kau ingin melakukan apa kepada anak kecil itu? Kita tidak bisa membawanya Arthur. Itu akan merepotkan kita, lagipula berbahaya membawanya pergi."

"Walaupun begitu, aku tidak bisa meninggalkannya sendirian di sini."

"Jangan bilang kau ingin membawanya?! Apa kau bodoh. Aku sudah bilang berbahaya..."

"Akan kulakukan itu meskipun nyawaku sebagai taruhannya!!!" seru Arthur dengan suara yang sedikit dinaikkan, memotong perkataan Ralph. "Aku akan tetap membawanya. Aku tidak mau kejadian waktu itu terulang kembali. Sudah cukup aku berlari sendirian tanpa melihat mereka yang tertinggal di belakangku mati mengenaskan. Aku tidak akan meninggalkannya dan membiarkannya mati begitu saja," Arthur jadi teringat waktu dirinya lari menyelamatkan diri sendirian dan membiarkan yang lainnya mati terbakar di mantion Jason waktu itu.lph seketika terdiam, perkataan Arthur terdengar tegas dan serius saat mengatakannya tadi. Dia jadi tak kuasa untuk menantang dan membiarkannya membawa anak kecil itu. Ralph jadi penasaran dengan masa lalu Arthur.

ALTERWhere stories live. Discover now