Keyakinan

416 58 10
                                    



"Kau yakin?" tanya Ralph ketika berada di luar.

"Apa?" Arthur bertanya balik karena tidak mengerti apa yang ditanyakan Ralph.

"Tentang kau yang akan menyelamatkan adiknya."

"Ouh... tentu saja," mereka berdua berjalan berdampingan menuju kamar Ralph. "Bukannya tidak baik membuat janji seperti itu padanya. Kau tau sendiri bukan kemungkinan terburuk yang menimpa adiknya saat ini? Kematian."

"Aku tau," balas Arthur singkat. "Sesuatu yang paling tidak kuinginkan adalah berpikir bahwa diriku tidaklah berguna. Meski itu hanya tersisa sepuluh persen kemungkinan aku dapat menyelamatkannya. Beberapa persen yang tersisa bukanlah soal siapa yang tak adil, tapi soal siapa yang bisa mengubahnya menjadi keberhasilan," Arthur berhenti sejenak, melihat jam yang ada di poselnya.

"Sudah pukul 05:00, lebih baik aku buat sarapan saja. Kau ingin apa sebagai sarapanmu, Ralph?" tanya Arthur pada Ralph yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya. "Terserah kau saja," jawab Ralph singkat.

"Baiklah kalau begitu," Arthur beralih berjalan menuju dapur minimalis milik Ralph. Tapi baru beberapa langkah Ralph memanggilnya kembali. "Arthur...."

"Iya?" balas Arthur menoleh ke arah Ralph kembali. "Kau bodoh....." dengan cepat Ralph membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali. Arthur tak terlihat kesal sama sekali dikatai bodoh, dia malah terkekeh pelan.

"Mungkin kau benar. Aku memang bodoh," ujar Arthur kemudian berjalan menuju dapur, membuat sarapan untuk mereka bertiga. Ralph harus sekolah beberapa jam lagi, dia juga harus menjemput Marvin nanti sore karena hari ini Marvin sudah diperbolehkan pulang. Mungkin nanti Arthur akan membawa Taehyun ikut bersamanya, mengingat tak ada orang di apartemen ini nanti.

Di dalam kamar, Ralph masih bersandar di balik pintu. Arthur tidak menyadari kalau Ralph mendengar perkataannya terakhir. Ralph menundukan kepalanya dalam-dalam. Menggumamkan sesuatu.

"Kau memang bodoh....... tapi entah kenapa, aku menyukaimu karena kebodohanmu itu."


[ALTER]


"BRENGSEEK!!!" umpat Federick di dalam ruangannya. Dia membanting apa saja yang ada di atas meja. Beberapa barang pecah karenanya.

Kabar akan kematian Diana dan Wilburn sudah sampai padanya pagi tadi. Itulah yang menyebabkan Federick mengamuk saat ini. Dia tidak menyangka bahwa mereka berdua bisa dikalahkan dalam sekali waktu.

Tubuh Diana ditemukan remuk akibat benturan sementara kepala Wilburn terbelah menjadi dua setelah terlepas dari tubuhnya. Terlebih, Taehyung yang dibawa mereka pun raip entah kemana. Semua itu tentu saja membuatnya murka.

"Boss, kau tidak apa-apa?" tanya Nolan. "Bagaimana mungkin aku tidak apa-apa setelah mendengar ini?!!" bentaknya. Nolan langsung bungkam seketika. Saat ini sepertinya bukan waktu yang tepat untuk mengkhawatirkan bossnya itu.

Dengan kasar, Fedrick menjatuhkan diri di kursinya. Tangannya masih terkepal kuat, sementara kepalanya menunduk memikirkan bagaimana caranya melenyapkan tikus itu. Ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi, tikus itu sudah membuatnya rugi dan menewaskan dua anak buahnya. Federick harus bertindak tegas saat ini.

"Suruh semua orang untuk mencari anak itu. Kita harus merebutnya kembali. Tikus itu pasti yang membawanya. Bunuh dan seret bangkainya ke hadapanku," perintah Federick dengan nada dingin dan tajam.

"Baik Boss!" ujar Nolan sebelum pergi melaksanakan perintah Federick.

"Sial!! Berani-beraninya tikus itu mengusikku. Tidak akan kubiarkan dia lolos," Federick menggebrak mejanya dengan keras sebelum berdiri dan pergi dari sana. Tujuanya kali ini adalah Taeyang, adik Taehyung yang raip saat akan dijual oleh Diana dan Wilburn. Federick ingin melampiaskan kemarahannya kepada anak itu.

ALTERWhere stories live. Discover now