Kakak Beradik

421 64 11
                                    



Arthur membulatkan matanya, menatap Sun Xiang tidak percaya. Pikirannya langsung tertuju pada Ralph. Sebenarnya dia sama sekali tidak mau mempercayai apa yang dikatakan, namun dari kepercayaan diri yang Sun Xiang tunjukkan, Arthur mau tidak mau ikut mempercayainya.

"Ralph.... mati?" gumam Arthur pelan. "Tidak mungkin...." seketika itu pula bayangan Ralph berputar-putar di dalam kepalanya. Bagai kaset rusak, menampilkan berbagai macam kenangan dengannya.

"Namanya Ralph, kah? Sayang kau tidak bisa melihat jasadnya untuk yang terakhir kali. Karena kau akan mati disini," Sun Xiang tiba-tiba berlari ke arah Arthur dengan dua buah amok di tangannya. Arthur yang terlambat merespon akhirnya terkena sayatan amok itu di perut bagian kanannya.

Belum puas dengan itu, Sun Xiang melanjutkan serangannya. Wanita itu terus mengarahkan amoknya ke Arthur, membuat Arthur terpojok. Arthur cukup kesulitan menghindari serangan Sun Xiang itu. Beberapa kali Arthur melangkah mundur sembari menahan serangn Sun Xiang dengan Murasame. Suara dentingan besi dari benturan Murasame dengan amok Sun Xiang terdengar memenuhi ruangan.

"Teruslah seperti itu sampai aku berhasil memisahkan kepala dari tubuhmu," Sun Xiang menghantamkan kedua amoknya pada Murasame. Terjadi saling adu di antara mereka. Namun kali ini, Arthur lah yang menang. Dengan menggunakan kakinya, Arthur menendang bagian perut Sun Xiang dengan telak hingga wanita itu mundur beberapa langkah.

Saat Arthur hendak maju dan menghunuskan Murasame pada Sun Xiang, seseorang tiba-tiba menendangnya dari belakang. Arthur tersungkur dan jatuh cukup keras ke lantai karena tendangan itu. Arthur segera bangkit dan menatap siapa yang menendengannya barusan. "Akhirnya kau muncul juga bocah. Xiang, apa kau kewalahan hanya melawan bocah seperti dia?"

"Maaf Kak Jian, aku hanya sedikit lengah," ujar Sun Xiang sembari berjalan mengambil pistolnya yang terlempar oleh Arthur tadi lalu menghampiri kakaknya.

Arthur menatap mereka berdua bergantian. Dia gagal membunuh mereka satu per satu. Sekarang, dua di antara mereka tengah berdiri di hadapannya. Pertarungan ini akan semakin menyusahkan. Ditambah lagi, luka yang dia terima dari hunusan Sun Xiang tadi mulai megeluarkan banyak darah. Rasa perih dari lukanya bertambah parah karena Arthur sejak tadi banyak bergerak.

"Alter, apa kau tidak bisa menyembuhkannya dengan lebih cepat?" tanya Arthur, sebelah tangannya memegang lukanya, mencoba menghentikan aliran darahnya keluar meskipun gagal. "Bersabarlah, aku tidak bisa meningkatkan fisikmu sekaligus mengobati lukamu. Kau harus mengulur waktu sampai lukamu sembuh, butuh beberapa menit untuk itu. Jangan terlalu banyak bergerak apalagi menyerang mereka selahgi aku menyembuhkan lukamu."

Arthur mengangguk mengerti, jadi selama beberapa menit ke depan dia hanya harus berdiam diri sembari mengulur waktu untuk Alter menyembuhkan lukanya. Mungkin terdengar mudah, tapi akan sulit untuk melakukannya.

"Apa yang harus kita lakukan padanya Xiang?" tanya Sun Jian. "Apa kita harus menghajarnya sampai mati seperti anak di apartemen itu?"

Emosi Arthur tiba-tiba berada di puncaknya saat Sun Jian menyinggung soal Ralph barusan. Dia menguatkan cengkraman tangannya pada gagang Murasame. Jika Alter tidak menenangkannya dan menyuruhnya menunggu beberapa menit lagi, mungkin saat ini dia sudah menerjang Sun Jian.

"Oh ya, apa orang yang kami bunuh di apartemen itu adalah temanmu? Apa kau marah karena kami membunuhnya? Dia sangat lucu sekali, dia seperti percaya kalau ada orang yang akan menyelamatkannya. Maaf ya, karena telah membunuhnya."

Arthur sudah tidak tahan lagi mendengarnya, dia sudah terlanjur terbakar emosi. Tanpa mendengarkan peringatan Alter lagi, dia melangkah cepat ke arah Sun Jian. Sun Xiang yang berdiri di belakang Sun Jian beberapa kali menembak ke arah Arthur yang tengah menghampiri mereka dengan cepat, namun Arthur dapat menghindarinya dengan mudah.

ALTERWhere stories live. Discover now