"Tanyalah Mingyu, dia yang merencakan semuanya."
Ambisi Lisa semakin menjadi untuk meninju Mingyu ketika pria itu kembali. Kepalan tangannya telah mengeras.
"Hah? Jelaskan padaku dengan mulutmu sendiri! Ayo cepat!" desak Lisa pada laki-laki yang bernama Jungkook itu.
Jungkook hanya bungkam. Dirasa ia orang yang sungguh irit bicara.
Bambam hanya mampu menatap keduanya. Jungkook yang sibuk memakan makanan yang Lisa belikan—tentu saja dengan paksaan Jungkook—dan Lisa yang memandang Jungkook melahap makanannya.
"Apa kau sangat lapar?" tanya Lisa menyadari laki-laki itu sangat lahap.
"Aku belum makan kemarin malam. Karena itu aku sangat lapar." Tidak terlalu jelas karena pria itu yang sedang mengunyah makanan, tapi gadis dihadapannya mampu mendengar ucapannya.
"Memangnya sesibuk apa, sampai kau tidak membawa uang, kau lupa untuk makan."
Jungkook menaikkan bahu—yang sebenarnya dia sama sekali tak tertarik pada topik pembicaraannya.
"Dan dimana Mingyu? Kemana bocah sialan itu," lirih Lisa.
Suara pintu café terbuka. Akhirnya orang yang dicari pun datang. Mingyu membawa seorang perempuan—dengan rambut potongan bob, dan rupa yang sungguh imut hingga Lisa seakan overdosis memandangnya.
"Mingyu dengan siapa?" tanya Lisa sedikit berbisik tapi masih terdengar oleh Jungkook. Pria bermarga Jeon itupun menolehkan kepalanya.
Ia memutar kedua bola matanya malas. Lantas kembali melahap santapannya.
"Eunha. Jung Eunha."
***
Orang mungkin dapat berdusta melalui lidahnya, namun perlakuan dan arti pandangannya tak bisa membohongi siapapun, bahkan Bambam sekalipun yang mengerti Lisa terlihat lesu.
Bayangkan saja, ia diusir seperti gadis yang baru saja dipakai oleh Mingyu. Bukankah itu sangat menjengkelkan? Jika tidak ada gadis yang Lisa anggap imut, hal itupun takkan terjadi.
Gadis itu tahu Mingyu sangat menyukainya. Tapi kata-katanya beberapa jam yang lalu sungguh keterlaluan!
Seoul terlihat sangat indah ketika seseorang menatap gedung-gedung tinggi itu dari atas. Dengan semilir angin yang memanjakan kulit lembut Lisa, juga udara sejuk yang Lisa tak bisa pungkiri kenikmatannya. Hal itu sedikit meredakan amarah yang menggebu didalam hatinya.
Ponsel BamBam berdering.
"Ada apa?"
"Pulanglah cepat! Ayo bantu aku mengerjakan tugas!"
"Tidak bisa. Aku sedang bersama teman,"
"Apa dia Lisa? Perlukah aku berteriak kalau kau menyukainya?"
"Eh?"
"Cepatlah pulang!"
"Arasseo.. arasseo.."
"Lisa-ya, mianhae. Adikku merengek memintaku pulang. Hubungi aku kalau ada kesulitan nanti."
Lisa tersenyum simpul, dilanjutkan dengan BamBam yang bergegas lari meninggalkannya sendirian menatap Seoul.
Lantai teratas café adalah yang terbaik karena disini terdapat beberapa sofa merah, lalu payung diatasnya, dibagian depannya terdapat meja. Namun ia memutuskan duduk bersila didepan pagar yang membatasi.
Langkah kaki terdengar mendekat.
Orang itu duduk tepat disamping Lisa.
Dari ekor matanya, Lisa menemukan Jungkook duduk disisinya. Ia seperti sebelumnya—memancarkan raut dingin pada orang-orang yang baru ia kenal. Keduanya sama-sama menatap Seoul dari kejauhan.
"Indah, bukan?" tanya Lisa. "Kota yang telah berubah banyak, menurutku."
Lisa melanjutkan. "Selama aku disini sejak usiaku 15 tahun, aku telah jatuh cinta pada negara ini. Kuharap aku juga bisa mencintai orang-orangnya."
Gadis itu menghela nafas pelan. Sedari tadi Jungkook hanya mendengarkan ucapan Lisa, kalau tidak embusan nafasnya. Kalau tidak gerak kelopak mata Lisa.
"Jungkook-ssi, dimana Mingyu dan Eunha?" Laki-laki itu tetap diam dengan kelakuan dinginnya.
"Jungkook-ssi, apa kau selalu mengacuhkan pertanyaan orang lain?" tanya Lisa tanpa berkontak mata dengan lawan bicara.
Jungkook mulai angkat bicara. "Apa kau tersakiti saat Mingyu melontarkan kata-katanya tadi? Apa kau tidak dendam padanya?" tanya Jungkook membahas hal lain.
Lisa menatap heran laki-laki di hadapannya. "Tersakiti mungkin iya. Kesal pun iya, tapi aku tidak berniat menyatakan perang pada seseorang."
"Lalu apa hatimu tidak merasa teriris saat ini?"
"Untuk apa? Aku baik-baik saja. Sungguh."
Jungkook berpikir sebentar.
Dia pun beranjak dari duduknya.
Awalnya gadis itu kira Jungkook beranjak dari duduknya karena ia tak tahan dengan sengatan matahari.
Faktanya ia mengulurkan tangan pada Lisa. Gadis itu menatap uluran tangan penuh tanda tanya. "Kenapa Jung?"
"Menghabiskan waktu bersama. Kupikir dengan cara ini kau benar-benar bisa melupakan kata-katanya. Aku yakin itu menusuk hatimu."
"Sounds cheesy, Jung."
"It's alright."
Lisa membalas uluran tangannya. "Jadi, mau kemana?"
"Apa kau suka taman bermain?"
***
Hatinya tidak karuan. Roller coaster yang tak lama lagi akan meluncur membuatnya mulai ketakutan.
"Kau takut?" tanya Jungkook. Lisa mengangguk yakin. "Kemarilah," Jungkook menyematkan jari-jarinya pada jari-jarinya Lisa.
"Merasa lebih baik?"
Lisa menggeleng pelan.
"Kalau begitu genggam lebih erat tanganku. Jangan dilepas. Ah, kalau perlu pejamkan matamu."
© chainsther
KAMU SEDANG MEMBACA
Fugitive
Fanfiction[ WRITTEN IN INDONESIA ] Lisa hanya ingin kehidupannya kembali sederhana. Namun ia terlanjur masuk ke dunia Jeon Jungkook. Tentang Jungkook, dia bukan orang biasa dan dia tidak lemah. Masalah semakin rumit dengan Lisa yang tidak bisa berhenti menci...