Lisa akan mulai belajar lagi hari ini. Kau tau, pergi ke kampus, menemui pengajar, mendapat ilmu. Dari pukul sembilan pagi hingga sepuluh malam. Seperti itulah sistem belajarnya. Dia merasa sedikit lelah.
Tapi untuk mendapatkan hasil terbaik pasti berawal dari kesusah payahan. Dirinya heran tatkala tadi pagi saat dia akan berangkat melihat Jungkook dengan santainya duduk di sofa meneguk secangkir kopi panas sembari membaca koran di ruang tamu.
Namun apa yang lebih mengejutkannya lagi adalah jawaban salah satu pelayan, saat dia bertanya mengenai pendidikan Jungkook.
Pelayan itu menjelaskan dengan mudahnya, "Ia telah selesai dalam pendidikannya, dia memang laki-laki yang kecerdasannya terlalu. Tuan Jungkook selain bersekolah di sekolah elit dia juga sering belajar setiap pagi butanya, sekitar pukul dua pagi dia bangun mulai belajar. Dengar-dengar juga IQ nya tinggi, saya tidak tau berapa. Tapi kenyataannya memang begitu. Dulu dia memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
"Intinya, Nona, Tuan Jungkook itu sempurna. Saat kecil dulu sering mengikuti kegiatan bela diri sampai mendapatkan sabuk hitam, dan berpatisipasi dalam banyak perlombaan juga olimpiade. Yang saya dengar sih begitu, dia saat itu sudah pindah ke rumah sepupunya, jadi kami kehilangan berita tentangnya. Dia bisa menggambar, bernyanyi, tubuhnya pun atletis, dia jago berkelahi. Nona beruntung memiliki kakak seperti dia."
Lisa selalu teringat kalimat terakhirnya. Sebenarnya, dia merasa sangat tidak beruntung Jungkook menjadi kakaknya. Rasanya malah tersiksa. Siapa yang bilang dia biasa saja, dia ikut tersakiti. Bukan hanya Jungkook.
Dia hanya tidak ingin terlihat lemah, seperti para perempuan umumnya. Karena itu dia terlihat bahagia. Tapi, menangis didalam kapanpun hatinya meremuk.
***
Lisa baru saja akan memberhentikan taxi, namun ponselnya berdering. Tertera nama Jungkook di layarnya.
"Apa?" Suaranya datar malas.
"Cepatlah kerumah sakit!"
Lisa memutar bola matanya. "Jangan mengerjaiku. Jangan bohong."
"Aku tidak bohong. Sungguh!"
"Memangnya siapa yang terluka? Temanmu? Pacarmu? Simpananmu?"
"Ibumu, bodoh!"
Lisa diam sejenak. Berusaha mencerna apa yang terjadi.
"IBU?!"
Dia otomatis berlari kencang. Bukannya mencari tumpangan, dia malah berlari. Beruntung dia tidak memakai high heels. Lagipula gadis itu memang tidak nyaman memakai sepatu semacam itu.
Kaki macam apa yang kuat berlari tanpa henti dalam jarak jauh? Kaki Lisa. Gadis itu-entahlah dia diberi banyak kelebihan oleh Tuhan.
Sampai dirumah sakit, dia cepat-cepat menyebutkan nama ibunya. Sang ibu dirawat di kamar utama. Kamar paling mewah diantara kamar utama lainnya, dan dirumah sakit ternama.
Dia berhenti didepan pintunya. Lalu mengatur nafasnya terlebih dulu.
Dia geraikan rambutnya yang sedari tadi ia kucir, dan membenarkan letak poninya. Tangannya membuka pelan kenop pintunya. Nafasnya tercekat memandang ibunya yang terbaring. Sudah berapa kali nasib buruk menimpa dirinya dan ibunya?
Bahkan untuk bernapas saja memerlukan alat. Membuat gadis itu semakin ingin menangis memandang keadaan ibunya. Dan saat tangan Lisa mengenggam tangannya, rasanya dingin. Bibirnya pucat.
Jungkook keluar dari kamar mandi.
Lisa berbalik menghadapnya dan segera mendorong kasar laki-laki itu menuju dinding, tapi tak berhasil. Tenaganya kecil jika dibandingkan laki-laki itu.
"Apa kau sengaja membuat ibuku seperti ini?!" tanyanya penuh amarah, dengan lengannya yang menahan dagu Jungkook agar kepalanya mendongak keatas langit kamar.
Laki-laki itu menyengir dan mengggaruk pelipisnya. Tidak habis pikir gadis itu begitu agresif, bagaimana jika diranjang. Wow.
"Ingat ini rumah sakit, adikku."
Lisa menjauhi Jungkook, dan mundur beberapa langkah dengan wajah sebal. Pandangannya beralih pada Yanika. Dia berjalan pelan-menuju sang ibu. Matanya berair, karena dia lelah. Lisa si gadis Thailand yang mengabdi pada Korea menyatakan bahwa dirinya lelah. Jeon Lalisa.
Jeon sebagai putri, bukan pasangan hidup laki-laki bermarga Jeon. Kau mengerti kan apa yang dimaksud.
Dia memegang kepalanya yang berdenyut, sakit. Semuanya terlalu kompleks. Hingga kegelapan mengambil alih dirinya, dunia seakan berputar, terjatuh dalam rengkuhan Jungkook.
Telinganya menangkap Jungkook memanggil-manggil namanya. "Lalice, Lalice, kau kenapa lagi? Aish."
Jungkook mengangkat tubuh Lisa menuju sofa. Prediksinya daya tahan tubuh gadis itu menurun. Dia hanya butuh air dan istirahat yang cukup.
***
"Sasaran pertama selesai. Sekarang giliran sasaran kedua. Lalisa Manoban," tutur sang kawan bernama Dahyun pada pemimpin komplotannya, Jihyo.
Gadis remaja itu tersenyum. "Kerja bagus, Dahyun. Semakin banyak keluarga Jeon yang lumpuh, semakin mudah bagi kita untuk mengalahkan pria itu. Kelemahannya adalah keluarganya. Kita lukai dulu mereka."
"Jangan Jungkook," sela gadis berambut pendek yang tiba-tiba datang dengan kelima temannya. "Berani kau menyentuhnya, kupisahkan kepala dan badanmu itu." Gadis itu mengancam.
Jihyo menyeringai. "Aku tidak janji. Pikirkan Jung Eunbi, apa Jungkook akan membalas kebaikanmu itu?" tanyanya diikuti dengan tawa kecil. "Carilah lelaki lain. Dia akan segera menemui Tuhannya." Jihyo tertawa keras.
"Kalau begitu, akan kubalas ini pada keluargamu juga. Aku juga dapat mengambil Yugyeom darimu dengan sangat mudah, muka Thomas. Jangan macam-macam."
Jihyo mengepalkan tangannya keras. "Dia-milikku, gadis pendek."
"Kalau begitu jauhi Jungkook."
"Aku tidak janji."
"Baiklah, itu maumu kan?"
Eunha mengambil ponsel di saku celananya, dan mencari kontak seseorang. Dan saat itu tersambung ia mulai angkat bicara. "Yugyeom-ssi, apa kau ada acara malam ini?"
Jihyo merampas ponsel dari tangan gadis itu. Eunha hanya mengedikkan bahu. "Kau dengar kan? Aku bisa saja berkencan dengannya malam ini. Dan membunuhnya di tepi jembatan Hangang. Hal itu mudah."
"Tidak kupercaya kau gadis licik, Eunbi. Kukira kau gadis pada umumnya, yang jatuh cinta pada seorang laki-laki. Tapi nyatanya berbeda."
"Dulu mungkin ya. Tapi sejak kenal dengan kawan-kawanku ini. Aku tidak lemah seperti yang orang terdekatku mengenalku.
"Terutama saat kau mendekati Jungkookie-ku. Kau akan berhadapan denganku."
© kakeisu
eunha jjayangie :"(
KAMU SEDANG MEMBACA
Fugitive
Fanfiction[ WRITTEN IN INDONESIA ] Lisa hanya ingin kehidupannya kembali sederhana. Namun ia terlanjur masuk ke dunia Jeon Jungkook. Tentang Jungkook, dia bukan orang biasa dan dia tidak lemah. Masalah semakin rumit dengan Lisa yang tidak bisa berhenti menci...