15

5K 532 4
                                    

Orang-orang akan menyebutnya Bad Bloods. Pertarungan yang menyangkut banyak gadis-gadis petarung. Lisa masuk kedalamnya, dan menjadi salah satu yang paling diincar.

Lisa sadar akan sesuatu, kalau Jungkook bukan orang biasa, dia bukan pribadi lemah. Dia berbeda dengan tampangnya yang terlihat imut.

Dari kecil banyak wanita berkarir mengincarnya. Entah mengincar harta sang ayah, atau menjadikan Jungkook sebagai pasangan putrinya di masa yang akan datang.

Tapi tak satupun berhasil. Lalu hadir seorang gadis bernama Jung Eunha—sahabatnya sedari kecil. Mereka sangat dekat. Eunha sangat mengenal Jungkook, lebih dari Jungkook mengenal gadis tersebut.

Laki-laki itu hanya tidak tau bahwa Eunha telah terjerumus dalam dunia penuh perkelahian. Selama ini berita-berita yang beredar bahwa suatu komplotan telah merusak kota adalah gangnya, juga gang Jihyo.

Orang-orang tau seberapa kedekatan mereka—hingga Eunha lengah terhadap keadaannya. Karena banyak pekerjaan yang menumpuk untuk kehidupan gangnya. Kau tau streetfighter? Seperti itulah mereka menyebut diri mereka.

Seseorang yang mengenal Jungkook pasti mengira dia akan hidup bersama Eunha. Tapi alur cerita berubah, kawan. Seorang gadis yang beranjak dewasa bernama Lalisa Manoban telah menggantikan posisi di hati Jungkook yang mungkin akan Eunha dapatkan sebentar lagi.

Karena itu, perempuan biasa laksana Lisa telah berhasil memenangkan hatinya dengan sekali pertemuan. Pertanyaannya adalah, apa mereka akan tetap bersama? Menyadari mereka menyandang status kakak adik. Bukankah itu sedikit menyebalkan?

Bayangkan kau tak bisa hidup bersama laki-laki yang kau cintai. Ciuman pertamamu tidak mungkin didapatkan bersamanya. Kau tak bisa memandang matanya penuh cinta sejenak saja. Karena saat Lisa memandang netra hazel itu, rasanya dia bisa tenggelam didalamnya.

Ia memeluk dirinya sendiri saat angin malam menyelimutinya. Lisa akan mengepak beberapa pakaiannya agar tinggal di rumah sakit tuk menemani sang ibunda.

Sudah berkali-kali Jungkook melarangnya untuk pergi mengepak pakaiannya malam-malam. Tapi Lisa keras kepala dan beralasan 'semakin cepat semakin baik'

Perempuan itu juga melarang keras Jungkook membuntutinya karena dia mempergoki Jungkook mengikutinya.

Terdengar suara kaleng-kaleng bekas bergelinding tertiup angin. Lisa hanya berjalan karena beberapa meter lagi dia sampai pada rumah mewahnya.

Jalan yang biasa ia lewati untuk sampai pada rumah mewahnya pun tiba-tiba disegel, terdapat tulisan 'Tidak Boleh Dilewati'

Aneh juga memang karena tidak biasanya pemerintah akan membiarkan hal itu terjadi. Membuat banyak orang harus melewati jalan yang lebih jauh lagi, atau paling tidak alur sempit sebagai jalan pintas.

Netranya menangkap sosok bayang hitam dengan sebilah pisau di tangan kanannya. Dia memakai tudung hitam dan masker hitam, pakaiannya serba hitam. Dia berdiri disana, lumayan dekat dengan Lisa.

"Berhenti." Dia berkata dengan suara aneh.

Seketika tubuh Lisa menegang, ketakutan. "K-kau siapa?"

"Aku adalah kematianmu,"

Lisa membelalakkan matanya, nafas serasa tercekat, bulu kuduk berdiri, hingga dia mundur beberapa langkah dengan sangat pelan. Dalam hitungan tiga, perempuan yang beranjak dewasa itupun melarikan diri darinya—entah siapa itu.

Dari ekor matanya, Lisa dapat melihat orang asing tadi memburunya seakan ingin menerkamnya. Dia memperbesar langkah kakinya dan mempercepat larinya.

Telinganya menangkap deru mobil dibelakangnya. Mobil itu berlaju kencang hingga mendahului Lisa.

Sebuah senjata panjang mengarah padanya, seorang perempuan bersurai coklat gelap bersiap melontarkan pelurunya pada sang sasaran melalui mobil jeep-nya. Penembak itu sangat berpusat pada sasaran, dia melihat sasaran melalui mata senjatanya, dia menggunakan pistol AR15.

"Fire!" (Tembak!)

DOR! DOR! DOR!

Suara letusan dari pistol yang dikenakan perempuan bersurai coklat itu memekakkan telinga Lisa. Mobil itu berhenti setelah perempuan bersurai coklat gelap itu melontarkan pelurunya.

Tapi gadis itu tidak terkena apapun, Lisa pun menoleh kebelakangnya, terlihat sang pemburu terseret terseret akibat kakinya yang tertembak peluru.

Mobil itu berhenti disertai asap mobil yang mengepul melalui knalpotnya. Perempuan yang hampir saja membunuh Lisa dengan pistolnya itu turun dari mobil dengan sekali loncatan. Dia memakai jaket denim, skinny jeans, serta masker hitam yang menutupi wajahnya.

"Long time no see, my friend?" sapa perempuan tersebut sembari membuka penutup wajahnya. Raga Lisa serasa sudah hilang saat melihat siapa yang hampir membunuhnya sekaligus menyelamatkan nyawanya.

"Apa ini benar kau?"

Dia mengangguk. "Uh-huh."

Lisa mengangakan mulutnya.

"Bagaimana kau bisa membunuh orang itu dengan senjata semacam itu? Dan.. d-darimana kau tau keberadaanku?"

Perempuan itu tiba-tiba menodongkan pistolnya dengan kedua tangannya tepat didepan wajah Lisa. Gadis itu—Lalice—hampir saja ingin melawannya hingga perempuan itu berkata sesuatu.

"Jangan bergerak," katanya.

Kedua tangannya menyingkir dari wajah Lisa, lalu mengarahkan pistol pada apa yang dibelakangnya.

DOR!

Perempuan yang berada dihadapan Lisa menyunggikan senyumnya. Dia segera memasukkan pistolnya pada sarung pistol yang menempel di pinggulnya. "Daerah ini akan segera dipenuhi para polisi. Ikut atau tidak?" tawarnya.

Lisa mengangguk cepat tanpa ragu. Karena dia pun tau polisi akan segera berdatangan. Itu terketahui dari suara sirene mobil mereka. "Kalau begitu kau akan bertemu dengan teman-temanku."

Perempuan itu berlari menuju mobilnya, diikuti dengan Lisa dibelakangnya. Lisa naik tanpa menggunakan pintu mobilnya, melainkan memanjat dengan bantuan tangan perempuan itu.

"Rosé," panggil Lisa.

Perempuan bernama Rosé itu menoleh.

"Terima kasih."

Rosé terdiam sejenak.

Keheningan dipecahkan dengan seseorang yang berada didepan, bertugas sebagai pengendara. "Sudah, sudah. Aku muak dengan kata terima kasih maafkan aku dan hal hal yang murahan. Omong-omong, aku Jennie Kim. Salam kenal."

Pandangan Lisa beralih pada seseorang yang duduk berdampingan dengan Jennie. "Lalu yang satu lagi?"

"Oh, dia?" tanya Jennie sambil menunjuk seseorang yang duduk disampingnya. "Dia sepupuku, Kang Seulgi," lanjutnya. "Jangan ajak dia bicara, dia sulit berkenalan," lanjutnya lagi.

© kakeisu

FugitiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang