Siapa yang menyalakan cinta birahi pada Jungkook? Siapa yang harus disalahkan? Seorang insan? atau Sang Pencipta? Semua hanya membungkam mulutnya. Terkecuali Lucian. Pria yang sekarang duduk disisi Yanika, menggenggam erat tangan dinginnya. Yanika berhasil diselamatkan. Sementara putrinya--Lalisa--tidak mengetahui hal ini.
Wanita tersebut mengerjapkan matanya. Nyawanya telah terkumpul. Gerakan jari-jemarinya menyadarkan Lucian.Ia terkejut mendapatkan Lucian menenggelamkan wajahnya sembari terus mengenggam tangan sahabatnya tersebut.
"Dimana Lisa?"
Seorang ibu, tentu saja. Takkan pernah lupa mengenai keluarganya, terutama anak-anaknya. Disini Yanika menanyakan keadaan putrinya, sementara Lisa tidak tahu menahu mengenai keadaan ibunya. Hyoyeon--wanita yang membuat kesepakatan dengan Lisa--mengirim seorang mata-mata ke tempat dimana Yanika dirawat.
Bagi Lucian, hanya Yanika yang tersisa untuknya. Karena yang dia tahu, Lisa telah bunuh diri. Tapi nyatanya tidak, bukan? Itu bagian dari rencana Lisa. Sementara kawan-kawannya berduka untuk Lisa, terutama Jisoo. Pria itu--Lucian--memutuskan untuk memberitahu Yanika tentang putrinya. Ia tahu ini pasti berat untuk wanita tersebut. Tapi mau bagaimana lagi, sekeras apapun kau menyembunyikan sesuatu, akan tercium baunya. Lebih baik mengatakannya dari awal bukan di akhir, daripada dituduh berdusta.
Kalau akhirnya Lisa hanya akan mengakhiri hidupnya, lebih baik Lucian memberikan chip berisi kenangan-kenangan gadis tersebut. Dia sangat merindukan Lisa. Walaupun Lisa bukanlah putri kandungnya, tapi ia telah menganggapnya sedemikian.
"Aku akan bercerita suatu kisah padamu. Kisah sepasang kekasih." Yanika mengerutkan dahinya, ia menghela nafas panjang. Lucian pun melanjutkan. "Orang-orang mengenal mereka dengan nama Lisa dan Jungkook, yang tak bisa bersatu karena demi melindungi martabat keluarganya, dan membahagiakan kedua orangtua mereka."
Pelan-pelan tapi pasti, pria itu melantunkan kronologi yang ia tahu. Yanika yang mendengarnya hanya mengubah raut wajahnya dari terkejut, sedih, takut, dan lainnya. Dia diam mendengarkan. Hingga kisah berakhir pada Lisa yang mengakhiri hidupnya. Wanita tersebut menangis tersedu. Tak dapat menahan tangisan kehilangan putri satu-satunya.
"Selama ini kenapa kau tidak memberitahuku?" tanyanya dengan sesegukan. Hidungnya memerah senada dengan guratan di matanya.
"Bagaimana bisa, kau, membiarkan keduanya dilanda kesedihan."
Lucian hanya diam.
"Lalu kenapa kau berani merubah hidup putriku?!"
Yanika menjitak kepalanya, seperti yang pernah ia lakukan dulu, di masa-masa muda mereka. Jika sekarang bukan waktunya berduka, Lucian sudah pasti menyengir seperti anak bodoh.
"Aku.. aku akan memberitahukannya pada ayah Jungkook."
Lucian nyaris lupa. "Aku melewatkan sesuatu. Mengenai suamimu, dia terjerat kasus pembunuhan. Rahasianya terkuak, Yanika. Dia di penjara untuk seumur hidupnya, tidak ada uang tebusan, karena hampir seluruh kekayaannya adalah uang panas. Kini kau bisa hidup damai tanpanya."
Yanika tak peduli dengan nasib suaminya. Buliran air matanya tetap tak bisa berhenti memikirkan anak emasnya.
Lucian melanjutkan. "Tapi kalian masih memiliki ikatan. Aku telah menyewa pengacara di hari pengadilan nanti."
"Lalu dengan siapa aku akan hidup? Tujuan kenapa aku ingin pisah dengannya karena aku ingin hidup damai bersama putriku. Tapi kini Lalice-ku telah tiada. Dan.."
Wanita itu tak sanggup melanjutkan ucapannya. Berita kematian putrinya benar-benar menghujam perasaannya seperti pedang raja yang menghunus buah semangka. Sakit tapi tidak berdarah, seperti yang dikatakan orang-orang.
"Kau bisa menikah denganku."
***
Sirene menyala, para tentara mengambil peralatannya. Jungkook telah menjadi bagian dari mereka, ia ikut serta mengambil senjata. Misi apalagi kali ini? Dimana ia akan menemukan Lisa? Dirinya beruntung memiliki sahabat macam Taehyung, sangat setia. Kini Taehyung berdiri disampingnya. Para tentara akan segera menaiki jeep yang mengantar mereka pada tempat kejadian.
Jenderal akan memberitahu misi serta formasi yang telah dirancang.
Mengagumkan, lawan mereka tidak lain adalah para gadis. Diberitakan bahwa mereka (para gadis tersebut) mencuri uranium, itu adalah suatu unsur kimia yang memiliki nomor atom 92 dalam tabel periodik. Itu adalah bahan nuklir.
Mereka membentuk barisan usai sampai disana. Senjata telah siap di genggaman. Seperti yang kau lihat di film-film action, bagaimana mereka beraksi. Setelah itu mereka berpencar.
Jungkook dan Taehyung bersama dua tentara lainnya menempelkan tubuh mereka pada dinding didekat pintu, lalu saat sang tersangka keluar dari gedung tersebut, mereka akan segera menangkapnya dari belakang.
Decitan pintu terdengar. Pintu tersebut terbuka. Namun tak ada seorangpun keluar. Mereka menunggu dengan hati yang berdetak kencang. Walaupun ini bukanlah misi pertama mereka, tetap saja hal itu selalu terjadi setiap menjalankan misi.
Bunyi nyaring terdengar saat sebuah benda terlempar dari dalam bangunan. "Apa itu?" tanya salah satu tentara bernama Woobin. Ia mendekat pada benda tersebut karena rasa penasaran.
"ITU GRANAT! MENJAUHLAH DARI SANA!"
Jungkook dan Taehyung berlari menjauh dari sana, begitu juga dengan tentara yang lainnya. Woobin pun juga, ironis dia tidak terselamatkan karena dirinya yang paling dekat. Kaki Taehyung terluka, sedangkan Jungkook selamat walau ada sebesit luka di pipinya saat wajahnya terbentur oleh tanah.
Dua gadis dengan jubah hitam keluar dari bangunan tersebut. Salah satunya bersurai hitam pekat dengan rambut yang menjutai lurus dan poni yang menutupi alisnya dan kacamata hitam, sedang yang satunya menggunakan tudung hitam. Gadis yang bersurai hitam membawa sebuah koper kecil, yang bertudung membawa dua pistol. Satu di genggamannya, satu ia tempatkan di pinggulnya.
Di belakang mereka terdapat dua lelaki sedang memegang pistol pula. Sementara di atas sana helikopter membantu mereka. Keempatnya memakai earphone yang terhubung dengan Hyoyeon, sang ketua yang mengawasi mereka dari helikopter dan menunjukkan mereka jalan keluar serta rencana selanjutnya.
"Are we not friends?" tanya salah satu dari mereka pada para tentara, bergurau.
"Of course not. We're stealing the show and leave them all defenseless," ucap lelaki yang satunya santai.
"Let's get it activated, guys." Gadis bertudung tersebut menyunggingkan senyumannya.
"The name's Catastrophe!" Namaku adalah bencana.
Jungkook kenal suara tersebut. Suara yang tinggal didalam hatinya. Perkiraan Jungkook tidak mungkin salah. Lelaki tersebut bangun dan mengejar mereka berempat. Dua lelaki dibelakang dan gadis bertudung baru saja akan menyerang Jungkook, tapi perhatian mereka teralihkan oleh tentara lain yang balik menyerang.
Jungkook dengan sigap mencuri koper kecil dari genggaman gadis bersurai hitam pekat.
Gadis tersebut membalikkan badannya terkejut. Tapi ia menyeringai saat mengetahui siapa yang merampas benda tersebut darinya. Ia menekan tombol di tangkai kacamata. Kacamata yang semula berlensa hitam kini berubah menjadi bening.
"Lisa?"
Suaranya seperti hilang karena tidak percaya apa yang ia lihat.Jantungnya serasa lepas saat tahu dihadapannya adalah Lisa. Gadis yang ia cari.
Lisa tersenyum lembut padanya. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Jungkook.
BUG!
Karena lengah, tangan wanita itu meninju wajah Jungkook. Tidak begitu keras, namun cukup untuk membuat pria itu meringis kesakitan. Ia merampas kembali koper yang berada di genggamannya, dan melengsang kabur.
***
TBC
Hp ku rusak :') kudu otokeh
btw wae cerita ini sedikit sekali momennya. wae tidak manhi manhi :"(
wae cerita ini membosankan :( bomat lah :DDDDDDDD
kalo ada salah ntar aku edit
comment juseyo <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Fugitive
Fanfiction[ WRITTEN IN INDONESIA ] Lisa hanya ingin kehidupannya kembali sederhana. Namun ia terlanjur masuk ke dunia Jeon Jungkook. Tentang Jungkook, dia bukan orang biasa dan dia tidak lemah. Masalah semakin rumit dengan Lisa yang tidak bisa berhenti menci...