Lisa berlari menuju ruang keamanan, dimana seluruh kuasa akan cctv di setiap sudut gedung ini terpusat di sana. Gadis itu memasukkan pistol di sakunya dan mengkucir rambutnya.
Sandiwara sebentar lagi dimulai.
Ia akan mengelabui para penjaga di dalam. Hal yang mudah, karena mereka semua adalah pecinta wanita, yang suka membandingkan wanita dengan taruhan konyol. Dan apa yang akan Lisa lakukan pada mereka, itu adalah hukumannya karena telah memainkan wanita.
Gadis itu mengetuk pintu ruang keamanan. Namun setelah menunggu bermenit-menit, pintu di hadapannya tak kunjung terbuka.
"Fine. Kurasa aku yang harus memulainya." Lisa mendobrak pintu itu sekuat tenaga. Dengan segera ia mengangkat pistolnya dan mengarahkannya pada dua oknum di dalam.
Matanya melebar sesaat sebuah pistol ikut tertodong tepat di depannya. Namun todongan itu melemah seketika, menyadari bahwa sang gadis yang datang padanya.
"Jungkook?"
Suara gadis itu mendadak mengecil. Laksana kaca yang jatuh lalu pecah berkeping-keping, seperti itulah kerinduannya.
Jungkook menghancurkan jarak di antara keduanya, lelaki itu menarik Lisa ke dalam pelukannya. Lengannya yang melingkar di tubuh Lisa terasa begitu hebat dan penuh tekanan.
Lisa bahkan dapat merasakan hembusan nafas yang menggelitik lehernya, pria itu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Lisa.
Pelupuk mata Lisa tak mampu membendung butiran bening yang sebentar lagi akan merembes mengenai pipinya.
***
Samar-samar gadis itu mendengar percakapan antara Bosnya dan pria yang ia todong tadi, Lucian. Ia mengintip dari celah pintu.
"Aku tidak tahu kau bisa berkelahi," ucap Lisa pada Jungkook di sampingnya.
"Jangan meremehkanku."
"Yah, maaf. Kukira kau akan tumbang dengan sekali jotosan."
"Yany benar saja, Lisa. Aku ini lebih kuat darimu."
"Oh ya? Awas saja nanti saat pulang, kita akan berduel!"
"Yah, tapi orang-orang akan memanggilku pengecut karena melawan seorang wanita."
Jari telunjuk Lisa menyentuh kening Jungkook, lantas mendorongnya. "Mereka tidak tahu kemampuanku."
Lisa kembali fokus pada percakapan Lucian dan bosnya.
Namun lagi-lagi Jungkook mengalihkan perhatiannya. "Jadi kalau aku menang apa imbalannya?" tanya Jungkook.
"Terserah kau saja."
"Sungguh?"
"Iya."
"Kupegang janjimu itu. Awas saja kalau kau mundur, Lisa."
Lisa mengerutkan alisnya. "Kenapa? Memangnya apa yang kau mau?"
Jungkook tersenyum miring. "Lihat saja nanti."
"Okay, sekarang bukan waktunya untuk bermesraan. Kalian jangan lupa rencana kita," ucap Taehyung di seberang pintu.
Taehyung segera mengisi peluru dan beranjak dari jongkoknya. Ia mendobrak pintu ruangan itu dengan kakinya, lalu menodongnya pada Hyoyeon.
Hyoyeon dengan sergap juga menodongkan pistolnya pada Taehyung. Lisa dan Jungkook akhirnya memasuki ruangan. Mereka berdua ikut menodongkan senjata mereka pada Hyoyeon.
"Eric!"
"Aish dimana penjaganya?!"
"Mereka sudah kuhabisi," ucap Jungkook bangga serta tersenyum menang.
"Tidak mungkin."
"Sekarang, Miss Hyoyeon. Kami memberimu dua pilihan. Mati di tangan kami atau mati di tanganmu sendiri."
"Kau pikir aku akan sebodoh itu memilih salah satunya?" tanya Hyoyeon lantas tersenyum licik. Hyoyeon membuka kaca yang melindungi sebuah tombol merah.
"Jangan bergerak!" seru Taehyung. "Sedikit saja, kau akan kehilangan nyawamu."
Namun tiba-tiba, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Lucian berdiri di depan Hyoyeon dengan merentangkan kedua tangannya, melindungi wanita itu dari serangan apapun. "Jangan, tolong. Tolong, jangan tembak dia."
"Lucian, minggir!" teriak Lisa. "Aku akan membunuhnya!"
Lucian menggeleng pelan dan tersenyum. "Lisa, mana mungkin seorang kakak tega melihat adiknya dibunuh di depan matanya?"
"Bicara apa kau ini, Lucian! Kemarilah! Aku tinggal menghabisi jalang ini dan kita akan pulang dengan damai."
Lucian sekali lagi tersenyum lembut. "Aku ingin membawa adikku pulang. Tolong, jangan sakiti dia."
Jungkook menaikkan salah satu alisnya. "Apa kau sedang bermimpi, Pak?" tanyanya.
"Aku pun berharap ini mimpi," ucap Lucian masih dengan senyuman yang membingkai apik di wajahnya.
Di belakang pria itu, Hyoyeon menundukkan kepalanya. Entah apa yang wanita itu pikirkan, yang penting Lisa tidak akan semudah itu percaya padanya.
"Jelaskan. Sekarang," ucap Lisa tegas.
"Turunkan senjata kalian dulu."
Lisa melempar pistolnya ke lantai. "Sudah." Begitu juga dengan kedua pemuda itu, Jungkook dan Taehyung.
Lucian menghela nafas. "Dia adalah adik dari ibu yang berbeda. Sejak kecil kami dilatih ilmu bela diri. Aku sebagai anak tertua dipilih menjadi penerus ayah kami."
"Tapi ibu Hyoyeon tidak setuju. Karena itu, dia membawa Hyoyeon pergi dari rumah, karena merasa ayah hanya menyayangi ibuku dan juga aku."
"Tapi aku tidak pernah tahu, kalau aku akan bertemu dia di sini."
Taehyung menganga. "Apa aku baru saja mendengar cerita bergenre drama?"
"Oh shut up, Taehyung." Jungkook menatap datar sahabatnya itu.
Jungkook mengingatkan, "Wanita itu harus bertanggung jawab atas perbuatannya."
"Biar aku yang menghukumnya. Aku akan membawanya ke kampung halaman kami. Aku akan mengajarinya nilai-nilai moral."
Jungkook menatap pria itu, mencari kebohongan di matanya. Sementara Lisa menatap sengit Hyoyeon.
"Kami akan membawanya," ucap Taehyung tiba-tiba.
"Apa?"
"Taehyung!"
Tidak menggubris keduanya, Taehyung melanjutkan kata-katanya. "Dengan satu syarat, dia harus diborgol selama perjalanan pulang. Setelah sampai, terserah mau kau apakan wanita itu."
"Deal."
***
SUMPAH SUMPAH SUMPAH GUE UDAH LUPA ALURNYA GIMANA MAAPIN BANGET KALO AUTHOR BANYAK SALAH.
eMaNG BaNyaK sALAH sI 😒😂
DIMAAPIN KAN DIMAAPIN😘
KALO ADA YANG MENJANGGAL DARI CERITA SEGERA BERITAHU! DEMI NAMA BAIK AUTHOR! 😣👍
HEH APASIH AKU😑
YASUDAH POKONYA MIAN GOMEN SORRY AFWAN MAAF😫🙏
kok aku baru nyadar ya ceritanya aneh :')))))
KAMU SEDANG MEMBACA
Fugitive
Fanfiction[ WRITTEN IN INDONESIA ] Lisa hanya ingin kehidupannya kembali sederhana. Namun ia terlanjur masuk ke dunia Jeon Jungkook. Tentang Jungkook, dia bukan orang biasa dan dia tidak lemah. Masalah semakin rumit dengan Lisa yang tidak bisa berhenti menci...