Terimakasih banyak buat yang mau memberikan vote dan comment nya 😚
(Eh gak boleh nyosor-nyosor yak bukan muhrim, maaf lupa belbi. Bhakk)Part ini aku dedikasikan untuk kalian semua. Hmm aku sambil dengerin lagunya Alessia Cara - Wild Things khusus buat part ini 🎼🎶
Selamat membaca, semoga bertahan! Eh, berkenan maksudnya 😆
-*-*-*-
"Kalau kamu mempunyai keluarga yang mencintaimu, beberapa orang teman baik, makanan di meja dan atap diatas kepalamu,
Maka kamu lebih kaya dari yang kamu kira."-*-*-*-
Alina menyesali jika hari ini dia terbebas dari sikap protektif Sofyan. Awalnya dia bahagia memang, bahkan karena terlalu senang dia menjelma menjadi mahasiswi teladan tanpa adanya kata terlambat. Namun dia tak pernah menyangka jika beberapa pria yang menyebut diri mereka adalah penakluk wanita bergantian mengganggu dirinya.
"Alin, gue gak kalah keren sama Sofyan, kan? Ayolah, kenapa harus dia sih? Lo jadi cewek gue aja, Al."
"Putusin aja si Sofyan, Al. Lo butuh cowok tajir? Lo liat gue, kurang tajir apalagi coba?"
"Gue berani jamin lo bisa puas lahir batin kalau lo mau jadi pacar gue."
Dan masih banyak lagi kata-kata mereka yang membuat Alina muak. Tetapi keberuntungan sedang tidak berpihak kepada Alina. Hari ini, suka tidak suka dia harus berada di kampus hingga petang. Ketua UKM basket memberitahunya untuk melakukan training center sebagai persiapan pertandingan minggu depan, yang berarti latihan kali ini akan benar-benar menguras tenaga.
Alina bukan lagi gadis yang seratus persen polos. Polos sama bodoh itu beda tipis dan Alina bukan lagi wanita yang seperti itu. Alina muak mendengar kata-kata mereka karena Alina paham jika pria-pria berengsek itu hanya tertarik dengan tubuhnya.
Badannya memang langsing, persis seperti gitar Spanyol. Ditambah dengan beberapa bagian yang memang seharusnya menonjol terlihat sangat pas tanpa berlebihan. Dulu, tak begitu terlihat karena Alina selalu menggunakan pakaian yang serba longgar. Tapi kini, tanpa pakaian seksi pun pria-pria dengan otak penuh dada ayam itu pasti akan semakin sering meneguk ludah jika melihatnya.
Jadi, tak ada tempat ternyaman baginya selain di dalam perpustakaan. Setidaknya satu jam lagi, sampai Sofyan datang untuk berlatih juga.
Hari ini memang Sofyan tak ada jam perkuliahan, dia juga perlu menemani ayahnya bertemu dengan beberapa klien yang bergerak di bidang properti.
Namun sejak tadi Sofyan berkali-kali mengirimkan pesan yang isinya tentang apakah Alina tetap aman tanpa dirinya?Alina yang tak ingin membuat Sofyan khawatir, mengatakan jika dia baik-baik saja, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Walaupun tentu saja kenyataan nya tidak sepenuhnya benar."Ugh! Gue benci buku-buku di sini. Isinya pelajaran semua. Bahasanya berat. Apa engga ada novel, gitu? Mana gak boleh bawa makanan pula!" Alina menggerutu dengan volume yang diperkecil.
Satu notifikasi muncul dari Tinder. Ah, Alina bahkan sudah lupa jika aplikasi itu terpasang di android miliknya.
'Alina, are you there? '
Astaga! Pria ini... pria yang berwajah seperti pangeran Arab.
Baru saja Alina akan menjawabnya, notifikasi baru muncul memberitahukan jika daya baterai nya hanya tersisa 15% lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Locked Out [END]
ChickLit------------------------------------------------- BEBERAPA PART DI PRIVATE, DISARANKAN UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU ------------------------------------------------- Bagiku, hidup hanya perlu dijalani saja seperti air hujan dalam gumpalan awan. Ber...