15. Rhythm

7.4K 577 83
                                    

Ini part yang sebenarnya paling aku tunggu buat ditulis. Ngantri nya udah dari sebelum bikin sinopsis di otak aku, cuma ngerasa sekarang baru pas buat dikeluarin. Semoga kalian suka ya, 😊

Aku lagi suka lagunya Bruno Mars - That's what i like 🎼🎶

Sedikit terinspirasi sama sebuah chapter karya wavelumosxx 😘

Enjoy, selamat membaca!

-*-*-*-

"When the life give you lemons, just dance!" -Jake Kodish

-*-*-*-

"Teteh, please bukain pintunya, dong! Faris bawa cilor sama seblak nih," ujar adik bungsu Alina membujuk Kakaknya untuk memperbolehkan dia masuk.

"Halah, gausah sok baik! Sumpah, Ris. Teteh gak ngerti Matematika! Kakak kamu kan bukan aku aja. Teteh mau tidur, jangan berisik lagi ya, pintu nya nanti terbang," ujar Alina dari dalam kamarnya.

'Teng teng teng,
Emi ay.ay..aya jalmi euy!'

Suara pedagang mie ayam yang biasanya memang sering berjualan keliling komplek rumah Alina terdengar jelas oleh mereka berdua.

"Kalo mie ayam mau engga? Faris beliin deh pake uang tabungan nih." Faris masih mencoba merayu Alina.

Sial. Ini cobaan berat baginya, kenapa harus mie ayam sih? Tapi dia tetap harus bertahan, daripada malu karena tak mampu mengajarkan perhitungan kepada adiknya, walaupun itu bukan alasan utamanya. "Engga mau!"

"Yaudah Faris bilangin ke Abi, Teteh nya gak mau ngajarin. Tuh, Abi udah pulang!" ancam Faris.

Alina melirik jam di kamarnya, baru pukul empat sore, tak mungkin Ayahnya sudah pulang. Dasar anak kecil, dia pikir gue bisa dikibulin?

"Sana laporin! Doyan nya ngadu aja."

Sesaat terasa hening, adiknya mungkin sudah menyerah merayu kembaran Princess Belle ini. Tapi tak lama kemudian, Alina terkejut ketika ketukan di pintu kamarnya terdengar lebih keras, jelas itu bukan seperti tenaga adiknya. Ditambah lagi dengan suara yang Alina hafal di luar kepala. "ALINA!"

Modar! Itu Ayahnya. Gawat! Uang jajan nya terancam menghilang. Alina membuka pintu kamarnya lebar-lebar dengan lesu dan wajahnya yang kusut, "Maafin Alin, Bi. Iya Alin mau ngajarin Faris, kok," ujar nya sembari menutup mata ketakutan.

Kok sepi? Babeh marah banget ya? Alina memutuskan untuk mengintip dan... tak ada siapapun! Oh, syukurlah. Ia menghela napas lega dan menutup kembali pintunya.

Alina membalikkan badan dan terbelalak melihat Faris sudah berada di istana miliknya dengan tangan kanan yang telah terbungkus oleh sarung tinju dan tangan kiri yang memegang sebuah ponsel. Alina paham sekarang dari mana suara tadi berasal. Damn! Dia benar-benar adik gue!

"Dek, tolong dong jangan di kamar Teteh. AC nya lagi mati, kipasnya juga rusak," ujar Alina memelas.

"Dibuka aja pintunya, selesai kan?"

"Ahelah, sama aja! Coba sini, tugas nya kaya gimana sih?" tanya Alina tak sabaran. Sudah tersusun rencana di otak cemerlang nya itu.

"Ini! Cuma 20 soal kok, paling tentang skala, pecahan sama desimal, oh iya ada pohon akar juga deh kayaknya."

Begituan dibilang cuma? Kalau cuma kenapa minta gue juga yang ngisi coba? "Kamu keluar dulu deh, nanti kalau udah ke isi semua baru aku ajarin," titah Alina lembut padahal hatinya harap-harap cemas.

Love Locked Out [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang