31. Love Locked Out (END)

11.3K 504 48
                                    

Seorang wanita dengan pakaian yang fashionable khas supermodel sedang duduk santai di salah satu kedai makanan Turki. Dia sedang menunggu pria yang ia cintai, karena sebentar lagi jam pulang kekasihnya. Semenjak menikah, sang pria lebih peduli dengan waktu mereka. Ia memilih untuk lebih cepat pulang dan jika ada pekerjaan yang tersisa akan dibawanya ke rumah. Semata-mata agar dia tak merasa bosan.

Wanita yang berprofesi sebagai model itu memang sengaja mengurangi jam terbangnya dan harus merelakan beberapa Brand yang berhubungan dengan kesan seksi. Dia hanya menerima Brand fashion dengan model yang normal, kosmetik dan hal-hal selain pakaian dalam. Dia menyadari jika tubuhnya sudah milik suaminya, tak pantas lagi diumbar-umbar. Suaminya tentu sangat menyetujui keputusan wanita itu.

Ia melirik ponsel yang menampilkan aneka jajanan khas tanah air hingga membuat perutnya merasa lapar kembali. Otak sang model seperti sudah di setting program menginginkan makanan itu. Bahkan Kebab yang dia pesan entah ke berapa kalinya tak mampu menahan keinginannya.

Akhirnya ia menyerah. Jarinya bergerak mencari kontak sang suami dan men-dial nomor kontak 'My Hubby' di layar ponsel, "Mas, aku mau Cimol, Cilok, Cilor, Cireng, sama Cincau, masa? Cariin dong, laper nih!" rajuk Alina manja dengan seseorang yang sangat dicintai olehnya di sebrang telepon.

"Alin, Sayang. Kamu kalau mau minta beliin makanan itu yang logis, dong! Di sini mana ada yang jualan begituan, Lin."

Wanita itu -Adora Adelina atau Alina- pun cemberut walaupun dia tahu pria itu tak bisa melihatnya. "Tapi Alin pengen itu, Mas! Katanya cinta, tapi istrinya cuma minta makanan murah begitu aja pelit banget."

Alina bisa mendengar suaminya itu menarik napas lelah, "Bukan aku gak mau beliin, Skattie*. Tapi mau nyari ke mana coba? Ini Newyork, Cantik. Berpikir logis lah. Bagaimana kalau Taco, Grilled Chicken atau Burrito aja? Kemarin kan kamu mau itu, Lin."

Alina bukan tidak tahu kalau permintaannya mustahil, tapi dia benar-benar ingin. Entah kenapa, dia kesal jika tidak dituruti. Egonya sering menang akhir-akhir ini. "No, thank's. I hate you, Boo*!"

Suaminya itu justru terkekeh. Tiga hari yang lalu, Alina mengatakan hal yang sama tapi dalam lima belas menit, wanita labil itu mendorong pintu ruangan nya dan memaksa untuk diberi kepuasan. Poor but that was heaven for him.

Entah mengapa setitik air mata turun di pipi Alina yang mendengar dia tertawa kecil. Alina merasa seperti tidak dihargai, hingga tanpa sadar isakannya terdengar sampai di telinga suaminya, Asaf.

Asaf yang mendengar Alina menangis jadi kelimpungan sendiri, Alina sensitif akhir-akhir ini. Dia sebenarnya tak tahu apa salahnya tapi dia khawatir dengan istrinya. "Skattie, what happened on you? Tell me. Am i do wrong?"

Baru saja Alina akan menjawab, tapi suara seorang pria dari arah belakang mengejutkannya. "Sorry, Adelin. Maaf membuatmu kaget, apa bekas makanan ini punyamu?" Pria itu terkekeh melihat banyaknya bungkus kebab di meja Alina.

"O-oh, it's okay, Jake. Buruknya ini semua memang milikku." Alina tergagap, hingga kini sang pria masih menjadi idolanya. Padahal sudah sering bertemu, tapi tetap saja kelemahannya yang mudah terpesona dengan pria rahang dipenuhi bulu-bulu halus memang sulit hilang.

"Haha, bagaimana kabar suamimu? Dia benar-benar melewatkan masa di mana kamu makan 'besar', Adelin." Sang pria -Jake Kodish- tertawa karena ucapannya sendiri.

Alina yang merasa diingatkan oleh tingkah menyebalkan Asaf pun cemberut, "Aku berpikir ulang untuk menikah lagi. Dia tidak benar-benar mencintaiku."

Jake tertawa terbahak-bahak mendengar Alina yang terlihat kesal dengan suaminya. "Aku tahu cara menghilangkan badmood mu, mari kita cari jajanan pinggir jalan seperti Burrito, misalnya. Apa kau masih lapar?"

Love Locked Out [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang