21. Escalate

6.1K 494 61
                                    

Aku cuma minta do'ain aku supaya gak jadi kacang yang lupa kulitnya.
Do'ain juga ya cepet skripsi, sidang, jadi alumni deh! 😹

Part ini aku buat sesuai judul lagu, Escalate - Tsar B 🎼🎶

Enjoy, selamat membaca! 😆

-*-*-*-

"Suka kesal kalau ada yang chat, 'Intro boleh?', gue kira mau nyanyi kan. Tapi lanjutan nya suka bikin gemas, 'Kmu nax mana? Akyu leh kenal gx?' Euwh jijay!" -Alina

-*-*-*-

Alina masih tertidur nyenyak di atas kasurnya. Wajar sih hari libur seperti ini memang waktu nya bersantai. Tapi untuk seorang gadis yang beranjak dewasa, itu mencerminkan bahwa dia orang yang pemalas. Alina memang pemalas dan itu membuat pria ini gemas bukan main.

"Alin bangun, kita lari pagi yuk!" ajak pria itu yang sedang asyik menutup hidung Alina dan berharap gadis itu kehabisan napas sehingga mau tak mau bangkit dari mimpinya menjadi seorang Putri.

Alina gusar dalam tidurnya, dia bergerak-gerak gelisah karena kesulitan untuk bernapas. Alina terbangun dan terkejut, namun hanya sebentar karena dia pikir dia masih di dunia mimpi, "Ah, kenapa kamu muncul terus di mimpi aku? Tapi aku senang sih bukannya bosan." Alina nyengir, masih dalam kondisi setengah sadar.

Pria itu terkekeh geli menyadari jika Alina masih mengaggap dirinya berada di dunia mimpi. Hatinya senang jika memang benar dia selalu ada di mimpi gadis kesayangannya itu, "Hey pemalas, mau sampai kapan kamu berpura-pura bodoh seperti ini?"

Alina yang baru saja berniat untuk menutup matanya kembali terlonjak kaget, "Hah? Ini bukan mimpi ya?" seru nya sembari menepuk pelan kedua pipinya.

"Hm, ayo bangun. Keburu siang nih, aku udah bela-belain dari rumah pagi-pagi sekali buat bangunin kamu."

Alina cemberut merasa pagi malasnya terganggu. "Kerajinan," Tapi setelah itu dia melirik perut pria di hadapannya, "Eh pantas sih kamu rajin, perutmu itu mirip bumil lima bulan." Alina tersenyum mengejek.

"Oh gitu ya? Jadi aku mirip bumil gitu?"

Alina yang merasakan aura negatif dari sang pria, buru-buru menambahkan, "Hehe, iya. Tapi kamu yang terbaik! Tunggu aku di luar ya, ganteng." Alina mengecup bibir pria itu sekilas dan berlari menuju kamar mandi miliknya. Pria itu hanya tersenyum melihat kelakuan kekasih nya.

>>>>>

"Om, capek suer! Duduk dulu ya, Alin gak bakal kuat kalau disuruh lari begini apalagi tiap satu putaran nemuin tukang jajanan," keluh Alina.

Memang mereka kini sedang berada di Taman Kota. Keuntungan berolahraga di sini, walaupun sudah siang, udaranya masih terasa seperti pagi hari. Terutama di Taman Kota ini, rimbun oleh pepohonan. Tapi kerugian nya, seperti kata Alina, selalu ada pusat tempat makan dan pasti akan selalu dilewati jika mereka sedang jogging di sini. Makanan itu musuh terbesar Alina. Mereka terlihat seperti melambaikan tangannya kepada Alina. Benar bukan?

"Kamu manggil aku apa tadi, hm?" Asaf melirik Alina dengan tatapan yang mengancam.

"Apa? Benar kan aku, kamu itu kan om-om. Tau deh 'itu' nya masih keren atau udah layu," ujar Alina tanpa dosa.

"Wah, kamu nantang mau nyobain, Lin? Perlu bukti kalau aku masih keren? Ayo kita pulang sekarang- Adaw!" Asaf meringis melihat tangannya dicubit oleh Alina.

"Kamu ngomong nya asal aja! Belum puas kena omel Abi kemarin? Udah untung juga kamu gak dibunuh," ujar Alina yang terkekeh pelan mengingatnya.

Setelah sebulan mereka resmi berpacaran, Asaf bertemu langsung dengan kedua orang tua Alina. Walaupun tanpa ikrar langsung dari keduanya, namun mereka sepakat bahwa sejak kejadian di mobil itu membuat mereka saling menjaga hati masing-masing. Toh mereka bukan lagi anak remaja yang baru merasa saling memiliki setelah mengucapkan kata 'berpacaran'.

Love Locked Out [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang