2. Storm

13.3K 901 200
                                    

Aku buat part ini sambil dengerin lagu Distance - Christina Perri feat. Jason Mraz 🎼🎶

Selamat membaca, semoga berkenan 😘

-*-*-*-

"Nyaliku tak pernah ciut oleh jarak. Cintaku tak mungkin sepayah itu.
Tapi ketakutanku itu jika ada yang lebih mampu memperhatikanmu sedangkan aku tak bisa berbuat apa-apa."

-*-*-*-

'Aku bukan nya gak pernah berusaha untuk tetap tinggal di sini, Al. Tapi kamu juga tahu kan, berat rasanya tinggal sendiri tanpa orang tua. Malu juga kalau masih minta dikirim uang sedangkan aku juga kerja di sini. Jadi memang lebih baik aku nyusul ke sana, Al.'

'Iya aku tahu kok. Aku ngerti.'

'Aku tahu ini pasti berat banget buat kamu, buat hubungan kita. Tapi yang perlu kamu ingat, apapun yang terjadi kita harus tetap mempertahankan hubungan ini. Aku udah nyaman banget sama kamu.'

'Kamu janji?'

'Iya, aku janji. Udah dong jangan cemberut melulu. Kamu kan jadi makin jelek.'

Alina tersenyum miris mengingat janjinya dan Gavin. Belahan hatinya yang kini tinggal di Sukabumi. Memang tidak terlalu jauh jarak antara Tangerang dan Sukabumi. Alina bisa saja berkunjung ke sana, tetapi jelas bermasalah untuk jenis manusia yang memiliki ayah super posesif nan otoriter seperti dirinya.

Seperti halnya untuk anak muda masa kini, begitu menyenangkan travelling atau backpacker ke mana-mana. Tapi apalah daya seorang Alina yang sulit mendapatkan restu dari sang Raja. Eh maksudnya, Ayahnya.

Alina tahu ayahnya begitu khawatir dengan pergaulan di era dunia yang sudah berubah menjadi kotak alias era gadget di mana-mana.
Beberapa kota besar juga sudah seperti menikmati budaya berangkat pagi dari rumah alim, malamnya menikmati musik goncreng memekakkan telinga dan mengkonsumsi alkohol bahkan tidak sedikit pula yang menjadikan seks bebas atau one night stand sebagai dessert utama mereka. Giliran bunting, emak bapaknya yang jantungan.

Tapi tetap saja cara sang ayah tak sepenuhnya dapat dibenarkan, dengan diproteksi seperti ini justru anak itu akan semakin sulit bersosialisasi. Dari mana coba kamu mendapatkan teman jika untuk berkumpul bersama teman saja dipersulit? Begitulah yang sering terpikirkan oleh Alina.

Tapi aspirasi nya tak kunjung disuarakan kepada sang ayah. Siapa yang berani bilang seperti itu jika melihat wajah ayahnya saja sudah tertekuk dan aura nya seperti kucing buas?

"Alina. Bukain pintu nya, Nak. Ayahmu pulang," teriak Ibunya dari arah dapur kepada Alina yang sedang duduk santai menikmati pemandangan Zayn yang sedang bernyanyi untuknya. Oh lupakan imajinasi itu, Zayn hanya bernyanyi di TV.

"Yes, Mom!" Alina berlari untuk menyambut raja di hatinya. Ya, ayahnya akan selalu menjadi raja apapun dan bagaimana pun posesif nya terhadap Alina. Bukankah begitu seharusnya? Parent always be number two! Yes, number two after your God, of course.

"Wa'alaikum salam, Beh. Bawa kue kan pasti? Hehe." Ya begitulah Alina. Tidak pernah jauh hidupnya dari makanan.

"Assalamualaikum. Abi salam aja belum, udah dijawab. Kamu itu udah gede masih aja kelakuannya seperti si Faris. Orang tua pulang bukannya dipijitin malah ditagih makanan."

"Ya kalau aku udah besar artinya bebas dong, beh, main ke mana-mana. Kan enak ma-" Ucapannya terhenti ketika melihat ayahnya yang sudah mendelik tajam kearahnya. "hehe, kan babeh yang bilang aku udah gede. Pacaran juga boleh dong berarti, iya kan?" Alina nyengir dan memasang wajah bodohnya demi menghindari macan siap melahirkan seperti ini.

Love Locked Out [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang