Setelah mereka sampai di depan rumah Ara, Aldin mematikan mesin motornya lalu Ara turun dan menyodorkan helm pada pemiliknya. "Makasih, lo udah anterin gue pulang."
"Sama-sama," Ucap Aldin lalu memakai helmnya yang tadi Ara berikan dan menyalakan kembali mesin motornya
"Hati-hati, jangan ngebut kaya tadi." ucap Ara yang membuat mata mereka saling bertubrukan, namun Aldin yang mengalihkan kontak matanya duluan lalu fokus ke depan dan menggas motornya pergi dari sana.
Terlihat lengkungan di bibir Ara
Kenapa lo selalu bikin gue nyaman?
***
06:29
"Pi, kita kan kesekolah ngelewatin rumah temen aku, jadi mampir dulu yuk pi?"
"Nanti kamu telat sayang" Ucap Pak Handoko--Papa Rani yang melirik Rani sekilas dan fokus menyetir.
"Ayolah pi, dia pasti jam segini belum bangun, aku mau ajak dia bareng. Please pi, kali ini aja?" Rani merengek-rengek pada Pak Handoko.
"Buat anak perempuan papi apa sih yang nggak?" Tangan kiri Pak Handoko mengelus puncak kepala puterinya itu sedangkan tangan kanannya fokus memegang stir.
Rani langsung memeluk papinya dari samping "Makasih papi."
Setelah sampai di depan gerbang rumah Ara, Pak satpam membukakan pintu gerbang. Rani dan Pak Handoko langsung memasuki gerbang yang telah dibuka. Setelah itu mereka turun dari mobil. Rani memencet bell yang terletak di sebelah pintu rumah Ara.
Bi Ina yang mendengar bunyi bell itu langsung berjalan membuka pintu "Bi, Ara nya ada nggak?"
"Ada.. Silahkan pak, non masuk," Jawab bi Ina lalu berjalan mengkepalai Rani dan Pak Handoko sampai ke ruang tamu
Rani dan Pak Handoko duduk di sofa ruang tamu.
Rumah ini benar-benar sepi semenjak mamanya Ara meninggal.
Mata Rani mencari-cari sosok Ara di sekeliling ruang tamu "Bi, Ara masih tidur yah? Kok, nggak keliatan?" Tanya Rani yang di jawab senyum oleh Bi Ina
"i-iya non, non Ara masih diatas."
"Kalau gituh saya permisi ke belakang pak, non." Bi Ina berjalan karena ingin menyuguhi tamu majikannya.
"Pi, bentar ya, aku bangunin Ara dulu," Rani melirik Pak Handoko sebentar lalu bangkit dari sofa dan berjalan menaiki anak tangga.
Bahkan setelah sampai di depan kamar Ara, dia tidak mengetuk pintu tapi langsung nyelonong masuk dan untungnya bagi Rani pintu kamar Ara saat ini tidak dikunci.
Rani membuka semua gorden kamar Ara hingga sinar matahari menyorot seluruh ruang kamar "Gilaa.... Lo jam segini masih pelor?" ucap Rani lalu berjalan dari membuka gorden ke samping dekat Ara tidur "Ara bangun!" Rani menggoyahkan tubuh Ara namun Ara tetap tidak bangun dan malah membelakangi Rani
"Bi.. nggak sopan banget banguninnya, udah tau Ara masih ngantuk." kata Ara dengan mata meram
"Ngigo lagi nih orang!" Rani menyilang kedua tangannya di depan dada "Gimana yah caranya supaya cewek pelor ini bangun?"
Terlintas sebuah ide dikepalanya Rani tersenyum jahil "Ra, gue punya tebak-tebakan buat lo, kalau lo bisa jawab, oke deh gue nggak akan gangguin lo tidur. Nggak pa-pa lo jawabnya sambil merem aja,"
"Hm" Ucap Ara dengan mata tertutup pertanda masih setengah tidur
"Ra, kan gue punya dua sodara kembar yang satu namanya si Raman yang satu lagi namanya si Ramin. Nah kalo yang ilang si Raman berarti tinggal?" Ucap Rani dengan tangan kanan yang sudah siap memegang benda.
"si Ramin." Jawab Ara dengan mata tertidur.
Setelah mendengar jawaban Ara, dia menyiram wajah Ara dengan segelas air putih yang berada di nakas meja Ara. Ara yang merasa basah reflek bangun dengan mulut buka tutup buka tutup, lebih tepatnya sih kaget "BOCOR.. BOCOR.." Teriak Ara spontan.
Rani yang melihat reaksi Ara tertawa puas "Nggak ada yang bocor," Ucap Rani mengatur nafasnya yang sudah tertawa "Gue yang siram lo." Rani menaruh gelas itu di tempat asalnya
Wajah Ara berubah jadi mendung, dia mengerucutkan bibirnya lalu memukul Rani dengan bantal "Kenapa lo siram gue?!"
Rani semakin terkekeh "Eh, kan tadi elo yang minta siramin" Ucap Rani yang dihadiahi lemparan bantal oleh Ara namun sebelum bantal itu mendarat di wajah Rani, dia segera berlari keluar dari kamar Ara, dan bantal yang Ara lempar terlambat malah mendarat kena pintu. Sial! Gumamnya.
"MANDI CEPET, GUE TUNGGU DI RUANG TAMU SAMA PAPI. INI UDAH JAM SETENGAH TUJUH NANTI TELAT KE SEKOLAH!" Rani berteriak karena terhalang oleh pintu kemudian berjalan menuruni anak tangga.
"MAHARANI AWAS LO!" Teriak Ara menggeram lebih tepatnya ngamuk.
Setelah sudah siap dan beres dia berjalan keluar kamar menuruni anak tangga lalu ke ruang tamu menghampiri Rani.
Ara sempat kaget ternyata Rani kesini beneran bawa papinya. "Eh, ada om Handoko," Ara menarik tangan Pak Handoko lalu mencium punggung tangannya
"Udah yuk, kita berangkat," Rani bangkit dari sofa di ikuti Pak Handoko "Ayo Ara!" Rani merangkul Ara dan berjalan bersama sampai ke mobilnya
"Ran, lo duduk di depan aja. Gue ngga pa-pa di belakang sendiri"
"Lo serius?" Ucap Rani yang di jawab anggukan Ara
"Oke deh." Rani membuka pintu depan, di ikuti Ara yang membuka pintu belakang. Karna Pak Handoko yang mengemudi dan Rani duduk di depan sebelah Pak Handoko sedangkan Ara meminta untuk duduk di belakang
Pak Handoko perhatian banget sama Rani.
Ara mengalihkan pandangannya ke luar kaca
.-.
TBC
2017

KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE
Teen Fiction[END] Kamu adalah alasanku tersenyum. "Aku milikmu, tapi aku sendiri tidak bisa memilikimu." -Ara "Kamu milikku, selamanya." -Aldin Copyright, 2016.