YM - 1

14.9K 398 8
                                    

Libur Terakhir.

Itulah yang pertamakali terlintas di kepala Ara. Mungkin dihari terakhir liburnya Ara ingin hangout dengan teman-temannya.

Untung saja hari ini Ara bangun pagi jadi bisa bertemu dengan papanya yang super sibuk dan nggak pernah ada waktu untuk Ara.

Ara segera bangun dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi

***

"Pa?" panggil Ara yang tengah duduk di samping papanya.

Mata Pak Ryan--Papa Ara, hanya fokus membaca koran "Hm?"

"Kenapa sih papa terlalu sibuk sampai nggak ada waktu buat Ara?"

Pak Ryan menyeruput kopi hangatnya lalu menoleh kearah puterinya "Ara kamu ngertikan kalau papa ini banyak kerjaan,"

Mata Ara perih "Papa berubah semenjak nggak ada mama, kalo kayak gini Ara jadi kangen mama." Satu tetes berhasil lolos dari kelopak mata Ara.

Pak Ryan mendaratkan telapak tangan kanannya di puncak kepala Ara lalu mengusapnya pelan "Sst.. Ara gak boleh gituh mama udah tenang disana,"

Ara bersandar dibahu papanya. Dia tidak tahu kenapa hari ini teringat pada mamanya yang biasanya setiap pagi membuatkan sarapan.

Memang mamanya meninggal sudah sekitar satu tahun yang lalu. Namun Ara masih belum terbiasa tanpa mamanya yang di gantikan oleh pembantu di rumahnya

"Ara kan nggak pernah lukain mama sedikit pun karna Ara sayang banget sama mama tapi kenapa tuhan ambil mama secepat ini pa," Isakan Ara mulai terdengar di telinga Pak Ryan.

Pak Ryan menyimpan korannya lalu mencium puncak kepala puterinya "Ara gak boleh egois. Kita sayang mama tapi tuhan lebih sayang mama, Ara kan masih punya papa dan Bi Ina, jadi kalau butuh apa-apa tinggal bilang sama papa atau pun Bi Ina."

Ara memang anak tunggal dan papanya terlalu sibuk bisnis. Jadi wajar saja kalaupun dia suka teringat sosok mamanya dan merasa kesepian tinggal dirumah sebesar ini.

"Yasudah kalau gituh papa berangkat kerja dulu ya"

Ara beserta Pak Ryan langsung bangkit dari sofa "Padahal ini hari libur," kata Ara menundukan kepalanya tidak berani menatap Pak Ryan saat membantahnya.

Karena saat ini Ara juga ingin di mengerti dan di perhatikan seperti dulu sama seperti masih ada mamanya. Namun seperti mustahil bagi Ara karena semenjak kepergian mamanya, Pak Ryan tidak lagi sepenuhnya perhatian kepada Ara.

Tangan kanan Pak Ryan mengusap lembut puncak kepala Ara "Kamu kan sudah dewasa kamu sudah 16 tahun jadi bukan anak kecil yang berumur 3 tahun dan harus diperhatikan. Kamu harus terbiasa mandiri, buang sifat manja kamu itu!" Ucapnya terdengar seperti membentak Ara lalu Pak Ryan mencium puncak kepala puterinya "Assalammualaikum,"

Ara masih menunduk dan menangis dalam diam sampai Pak Ryan tidak terlihat lagi "Waalaikumsalam."

Ara sayang papa walaupun papa gak pernah perduli.

***

14:02

Benar-benar penggabutan bagi Ara yang hanya menonton TV sendirian "Serasa dunia ini cuma gue doang yang hidup."

Ara baru ingat kulkasnya kosong. Itu tandanya Bi Ina belum belanja bulanan.

"BI INA BELANJA BULANAN BIAR ARA AJA YANG KE SUPERMARKET" Teriak Ara

"JANGAN NON, NANTI SAYA DI MARAHI PAPA NON"

Peduli apa papa sama gue.

"UDAH BIBI TENANG AJA, ARA NGGAK AKAN NGOMONG"

Bi Ina masih tetap berteriak melarang majikannya itu tapi kekeuhnya Ara dari pada di rumah mending ia keluar. Ara hanya manja pada papanya dan mamanya ketika masih ada.

Ara hanya mengenakan kaos dengan celana jeans selutut dan sandal. Dia juga memilih untuk naik angkot ketimbang mobil pribadi milik papanya.

Sepertinya Ara mencerna nasihat papanya tadi pagi.

Ini pertamakalinya Ara ke supermarket sendiri biasanya kalau ke supermarket, ia menemani mamanya belanja.


***

Setelah Ara selesai belanja dan keluar dari supermarket dia harus menyebrang jalan agar bisa pulang naik angkot. Tapi tiba-tiba saja motor dari kejauhan melaju cepat. Ara baru menyadari setelah hampir menabraknya namun untung saja pengendara motor itu me-rem mendadak dan terjatuh.

Masih untung Ara tidak jatuh atau terluka, Ara hanya diam dan sempat berteriak histeris.

Karena kejadian itu mereka dikelilingi banyak orang. Cowok di motor itu membangunkan motornya lalu membuka helm dan menunjuk kearah Ara "Lo cari mati ya?!"

Ara masih heran dan tidak mengerti dengan sikap cowok itu yang tiba-tiba marah padahal jelas-jelas itu salahnya sendiri kenapa kebut-kebutan di jalan umum, "Eh lo yang salah, lo yang nyolot. Harusnya lo minta maaf ke gue!"

Cowok itu malah menyilang kedua tangannya di depan dada lalu tersenyum miring "Lo pikir lo siapa?!"

Rese banget nih cowok mentang-mentang ganteng, eh ralat sok ganteng!

"Pakaian lo aja kaya gini, jinjing belanjaan lagi kaya pembantu," Cowok itupun tersenyum terlihat seperti ejekan untuk Ara "Atau mungkin lo beneran pembantu.. Ah kebetulan dirumah gue lagi butuhin"

Ara kaget dengan ucapan cowok itu bisa-bisanya menghina dan merendahkannya. Saking kagetnya Ara menganga matanya membulat.

Cowok itu mendekat pada Ara menaikan satu alisnya "Pembantu!" Lanjutnya

Ara ingin sekali membalasnya tetapi disini banyak orang. Kalau Ara balas itu sama saja bodohnya.

"Ekhmm.." Ara berdeham mendekatkan wajahnya pada si cowok itu "Kalau mau curhat dikantor polisi mas, biar di catat!" Ara segera pergi meninggalkan tempat itu.

Dengan terpaksa Ara harus berjalan dulu kedepan baru naik angkot. Cowok itu masih saja terus memperhatikan punggung Ara.

***

Baru saja sampai rumah, Ara langsung ngoceh-ngoceh.

"Ah anjir! Siapa sih tuh cowok bisa-bisanya dia ngerendahin gue cuma gara-gara style gue!"

Bi Ina yang berjalan menghampiri Ara lalu menanggapinya "Ada apa non? Kenapa marah-marah"

Ara menyodorkan belanjaan pada Bi Ina "Tau ah bi, Ara cape," tanpa berkata-kata, Ara langsung nyelonong pergi ke kamarnya

.-.


Maaf kalau ada kata yg typo, hehe

Ini cerita pertama aku, semoga kalian suka❤

YANG @RIRI_F27 ITU GA BISA DIBUKA JADI MOVE KE @RIRIFITRIA_JK

YOU'RE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang