Sudah satu jam ini Ara maupun Sesil belum sadarkan diri. Rani dan Pelangi sedang menunggu diruangan Sesil "Om boleh gak saya gantian sama Arick buat jenguk Ara kedalam?" Pak Ryan sudah tidak bisa berkata-kata lagi dia hanya mengangguk.
Kemudian Aldin masuk kedalam "Rick, gue boleh.." Aldin belum selesai berbicara Arick sudah bangun dari tempat duduknya dan mengangguk lalu keluar dari ruangan tersebut
Kini hanya tinggal Aldin dan Ara. Sepi rasanya, hanya terdengar suara mesin pendeteksi jantung dan melihat alat-alat medis lainnya "Ra, gue bener-bener nyesel, gue minta maaf, gue pengen lo kembali," Suara isakan mulai terdengar ditelinganya "Lo butuh apa Ra? Darah? Demi lo sembuh gue siap jadi pendonor darah lo, lo butuh berapa kantong? 5 kantong atau lebih gue rela Ra asalkan lo kembali," Aldin mengelus-elus puncak kepala Ara "Gue bener-bener sayang sama lo Ra," Aldin menunduk di punggung tangan Ara.
"A..al..din.." Panggil Ara dengan suara samar-samar.
Aldin menengok kearah Ara "Lo sadar Ra?" Ara hanya tersenyum menanggapinya. Aldin langsung keluar ruangan dan berteriak mencari dokter dan suster.
Pak Ryan kaget melihat Aldin terlihat panik saat berteriak "Ara kenapa? Anak saya kenapa Aldin?"
"Ara udah sadar om," Jawabnya sumringah
"Alhamdulillah.. terimakasih yaallah," Pak Ryan cepat-cepat masuk kedalam diikuti oleh Arick.
"Kamu jangan dulu banyak ger-"
"Dok," Ara memotong obrolannya "Gi-gimana kea-daan teman saya?"
"Teman kamu tidak apa-apa tapi dia masih belum sadarkan diri,"
"Ara mana yang sakit nak?" Suara papanya membuat Ara tersenyum simpul.
Meskipun tubunya merasa sakit tapi Ara tidak mau memperlihatkan itu, dia berusaha tersenyum agar orang-orang yang ada di dekatnya selalu berfikir positif.
Lemas, itulah yang sedang Ara rasakan.
"Pak Ryan saya perlu bicara mengenai perkembangan puteri bapak," Pak Ryan mengangguk lalu mereka berdua berjalan keluar ruangan meninggalkan Arick dan Aldin bersama Ara.
"Kak Arick," Panggil Ara dengan suara kecil "Gue mau minta maaf karena sering nyakitin hati kakak,"
"Nggak Ra, gue yang harusnya minta maaf karena gue terlalu egois buat maksa lo jadi pacar gue,"
Ara tersenyum lega karena orang yang dia sayang ada di sampingnya, tapi tidak dengan sahabatnya "Al, gue mau minta maaf karena udah suka sama lo,"
Aldin berusaha tegar saat mendengar suara lembutnya Ara "Gue yang bego Ra, gue juga suka sama lo." Dia tersenyum sinis "Andai gue gak biarin lo pergi, pasti lo gak akan disini,"
Mendengar itu sebenarnya Arick sedikit panas dan kesal namun dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini "Sepenuhnya bukan salah lo!" Jawab Ara tersenyum simpul "Gimana keadaan Sesil?"
"Sesil menderita kelainan pada mata akibat benturan keras yang mengenai sarafnya," Jelas Arick tanpa berfikir panjang.
"Maksud kak Arick Sesil buta?" Arick mengangguk.
Wajah Ara berubah jadi pucat, air mata mulai membasahi pipinya, Ara berusaha ingin bangun tapi di cegah oleh Aldin "Lo mau kemana Ra? Percuma lo kesana Sesil belum sadar," Sakit di kepalanya mulai terasa dan Ara kembali berbaring.
"Gue boleh minta sesuatu gak sama kalian?"
"Apa?" Jawab Arick
"Apapun?" Tanya Ara sekali lagi
"Apapun itu kalau gue masih mampu gue pasti turutin mau lo Ra," Jawab Aldin dengan mantap tapi berbeda dengan hatinya yang mempunyai firasat tidak enak.
.-.
TBC
Oktober 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE
Teen Fiction[END] Kamu adalah alasanku tersenyum. "Aku milikmu, tapi aku sendiri tidak bisa memilikimu." -Ara "Kamu milikku, selamanya." -Aldin Copyright, 2016.