YM - END

5.7K 114 14
                                    

"Operasinya berjalan dengan lancar," Kata Dokter

Semua yang menunggu jelas sangat lega ketika mendengar kabar baik dan buruk tersebut.

***

Aldin pergi ke toko bunga lalu mengambil beberapa tangkai bunga mawar putih dan memberikannya pada pelayan toko bunga itu "Mba, tolong rangkai sebagus mungkin,"

"Baik mas, silahkan tunggu di kasir." Jawab pelayan itu dengan ramah

***

"Sesil lama banget sih tidurnya, udah tiga hari setelah operasi apa lo gak bosen tidur terus?" Kata Pelangi dengan wajah lemas "Gue janji kalau lo sadar gue akan terus damai sama Rani,"

"Iya Sil, lo kapan sih sadar? Gue bosen tiap hari lihat lo bareng selang infus terus."

Seseorang membuka pintu lalu masuk ke ruangan tersebut dan menaruh bunga di nakas meja "Hai Sil," ucapnya sekedar menyapa.

"Tangan Sesil gerak!" Teriak Pelangi reflek.

"Eh iya," Rani cepat-cepat keluar dan memanggil dokter.

"Kok gelap?" Kata Sesil yang mungkin sudah sadarkan diri.

"Sabar ya Sil, perban lo belum dibuka." Kata Pelangi yang tetap tenang.

***

"GUE GAK NYANGKA LO SETEGA INI SAMA GUE RA," Teriak Arick di tempat sepi untuk mengurangi kesedihannya.

"Kak Arick," Panggil seseorang dari belakang lalu Arick diam dan menengok kearah sumber suara.

Orang itu berjalan lalu berdiri di sebelah Arick "GUE SAYANG KAK ARICK TAPI DIA GAK PERNAH RESPON GUE SAMA SEKALI DAN GUE RELA KAK ARICK KEMBALI SAMA ARA,"

"Lo telat sama kesadaran lo Cell."

"IYAH GUE TAU GUE EGOIS, GUE MINTA MAAF TERUTAMA SAMA LO RA," Tubuh Marcella seketika lemas "Gue.. gue minta maaf Ra," Marcella duduk tidak kuat menompang tubuhnya sendiri karena rasa bersalahnya "Maafin gue Ra,"

Arick duduk menyamai wajahnya dengan Marcella "Gak ada yang perlu lo sesali Cell semuanya udah terlambat." Arick pelan-pelan mengusap airmata Marcella.

"Gue nyesel kak, gue nyesel." Arick berusaha tersenyum dan bersedia menyiapkan pundak untuknya.

***

Pelan-pelan dokter membuka perban yang ada di mata Sesil.

Setelah terbuka Sesil membuka matanya perlahan-lahan "Sesil apa kamu bisa melihat saya?" Tanya dokter tersebut

Sesil mengangguk iya "Alhamdulillah, operasi ini benar-benar sempurna,"

"Sil ini gue Sil Rani, lo lihat gue kan?" Sesil mengangguk. Namun dia merasa aneh kenapa semua orang bertanya seperti itu

"Kalau gitu saya permisi dulu," Kata dokter itu lalu pergi dari ruang rawat Sesil.

Kenapa disini cuma ada Rani, Pelangi dan Aldin? Kenapa dia disini. Sesil sungguh bingung dan merasa aneh, selama dia terbaring tidur di rumah sakit, apa ada berita yang menyangkut dirinya?

"Ara kemana?" Tanya Sesil dan semua tidak ada yang berani menjawab "Kenapa semuanya pada diem? Ara dimana?" Aldin memberikan sebuah surat pada Sesil "Apa ini?"

"Masih disegel lo baca sendiri," Jawab Aldin

Sesil apa kabar? Maafin gue ya udah bohongin lo, oh iya.. gue titip mata gue ya di tubuh lo. Gue tau gue lemah gue gak sekuat lo, pasti saat lo baca ini mungkin gue udah gak ada disamping lo lagi..

Airmata yang Sesil tahan akhirnya jatuh mengenai pipinya

Satu hal lagi tolong jangan biarin Rani sama Pelangi diem dieman lagi karena gue gak suka lihat good girls pecah. Gue juga titip papa gue ya tolong bilangin jangan sedih terus gue udah bahagia kok disini. Akhirnya gue bisa nyusul mama, gue bahagia Sil.

Sesil tertawa miris diselingi dengan airmatanya

Gue selalu berdo'a semoga lo bahagia sama Aldin, mungkin setelah ini gue gak bisa lihat keanehan lo lagi, mungkin gue gak bisa denger teriakan lo lagi, mungkin gue gak bisa lihat kalian ketawa lagi dan mungkin gue gak akan bisa dan gak akan pernah bisa ada disamping kalian lagi. Gue bahagia pernah kenal kalian, gue bahagia punya sahabat sebaik kalian.

"Ara," Sesil menangis tersendu-sendu "Ara dimana?" Sesil menarik lengan kedua sahabatnya, mereka tidak ada yang mau menjawab, lalu Sesil menarik kerah baju Aldin "Anter gue ke tempat Ara atau gue bakal cari tau sendiri."

Aldin dan yang lainnya mengantar Sesil ke tempat Ara.

***

Setelah tiba tubuh Sesil terasa lemas dia duduk disamping pemakaman Ara "Lo jahat Ra, gue sayang lo, lo kenapa relain nyawa lo buat gue? Lo bodoh Ra, banyak orang yang sayang sama lo! Banyak yang mengharapkan lo! Kalau tau gue buta dan pendonornya lo, gue akan nolak Ra. Gue pengen lo hidup lebih lama lagi bareng kita.."

Aldin berjongkok di samping Sesil sambil mengelus puncak kepalanya dan di sandarkan di bahu Aldin "Bukan cuma lo aja Sil yang ngerasa kehilangan, kita semua juga sama tapi apa boleh buat rencana tuhan selalu menjadi yang terbaik." Sesil masih menangis tanpa menjawab sekatapun "Saat terakhir gue sama Ara dia nitipin lo sama gue dan gue udah janji akan coba sayang sama lo,"

Saat mendengar itu Sesil sedikit menjauh dari bahu Aldin "Gue emang suka sama lo tapi maaf gue gak bisa terima lo buat deket sama gue karena sesuatu bukan tulus sayang sama gue." Sesil tersenyum lalu mengulurkan jari kelingkingnya "Lagipula, kita masih bisa jadi sahabat kan?"

Aldin sempat diam, kemudian tersenyum, dia memeluk jari kelingking Sesil dengan jari kelingking miliknya "Sahabat."

Terimakasih Cereliara, biarpun lo gak ada di dunia ini tapi gue bisa pastiin hati gue tetap milik lo.

------
END
------

.
.

Terimakasih untuk semua yang selalu membaca cerita pertamaku dari awal sampai akhir, maaf jika akhir cerita ini tidak sesuai harapan kalian. Once again, thankyou so much for all readers💕

YOU'RE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang