Malam ini Ara sama sekali tidak berniat dandan berlebihan untuk menemui Aldin dan keluarganya, cukup ia poleskan bedak di wajah dan liptint berwarna pink di bagian bibir dalamnya. Ara memang sudah terbiasa berpenampilan natural jika acara itu tidak penting baginya.
Tok.. Tok.. Tok....
Suara ketukan pintu di kamarnya membuat Ara meninggalkan bangku dan meja rias yang berada dikamarnya, Ara membuka pintu dan terdapat Pak Ryan di ambang pintu kamar Ara "Kamu mau kemana sayang malam-malam gini udah rapih?"
"Itu pa, Ara di ajak-" Belum sempat Ara melanjutkan, Pak Ryan sudah terlebih dulu memotong omongan Ara.
"Iyah papa sudah tau, tadi dia sudah minta izin sama papa. Yasudah papa izinkan kamu, tapi ingat! jangan pulang malam-malam." Kata Pak Ryan mengusap puncak kepala Ara.
Ara menempelkan deretan tangannya di ujung alis seperti 'hormat' pada bendera saat upacara "Siap pa," Senyum Ara mengembang saat melihat perubahan pada Pak Ryan, karena Pak Ryan kini lebih memprioritaskan Ara dalam hal apapun termasuk pekerjaan. "Kalau gitu Ara pamit ya pa," Ara menarik tangan kanan Pak Ryan lalu mencium punggung tangan itu "Assalamualaikum," ucap Ara lalu berjalan kearah tangga untuk turun menemui Aldin.
"Waalaikumsalam." Jawab Pak Ryan "Hati-hati nak." Lanjutnya
Aldin sempat melongo saat melihat Ara berjalan kearahnya, sungguh walaupun penampilan Ara natural tapi menurut Aldin ini sudah cukup sempurna karena biasanya di sekolah pun Aldin sama sekali sangat jarang melihat Ara memakai lipstik ataupun semacamnya terkecuali bedak.
Sungguh malam ini bagai bertemu bidadari yang sudah tuhan persiapkan untuknya.
Ara bingung kenapa Aldin menatapnya seperti itu atau ada yang salah dengan penampilannya malam ini, padahal Ara pikir ini cukup natural dan tidak terlalu berlebihan tapi apa menurut Aldin ini norak? Ara mengibaskan tangan kanan di depan wajah Aldin "Aldin kok bengong? Kenapa? gue cantik ya?"
Suara itu berhasil membuyarkan lamunan Aldin "Cantik dari mana? Norak lo!"
Sungguh kenyataan yang keluar dari mulut Aldin malam ini begitu pahit untuk Ara cerna bahkan Aldin sama sekali tidak memujinya.
"Basi," ucap Ara lalu berjalan duluan tanpa memperdulikan Aldin, tapi sepertinya Aldin lebih peka dia juga berjalan mengikuti Ara dibelakang.
Ara dan Aldin sudah berada di depan halaman rumah Ara "Lah, kok mobil bukan motor?"
"Nggak usah aneh! lo kan pasti dandan entar kalau gue bawa motor malah wajah atau rambut lo jadi berantakan," Jeda Aldin sebentar "Takutnya lo malu ketemu keluarga gue dengan penampilan berantakan gara-gara banyak angin atau polusi karena naik motor."
Ara mengabaikan kata-kata Aldin, dia langsung membuka knop mobil dan langsung masuk ke dalam mobil Aldin, begitupun Aldin saat melihat Ara masuk kedalam mobilnya tidak menunggu lama, dia segera masuk dan mulai menghidupkan mesinnya lalu menancap gas.
Selama di perjalanan tidak ada percakapan, suasana menjadi hening.
"Kalau bo-boleh tau.. mmm.. kenapa lo belum pernah pacaran?" tanya Ara to the point tanpa berbasa-basi. Tapi sedaritadi belum ada jawaban dari Aldin "Maaf, kalau gue lancang atau sok care sama lo."
"Karena setiap gue deket sama cewek manapun, pasti cewek itu udah di gebet orang duluan." Jawab Aldin tapi matanya fokus ke depan karena sedang menyetir.
"Itu mungkin lo nya aja yang php!" kata Ara sukses membuat Aldin menoleh kearahnya.
Lalu Aldin menatap ke arah depan lagi "Mungkin bener kata lo, tapi sedikit pun gue nggak pernah ada niat buat phpin cewek, karna tujuan gue pengen ngenal cewek yang gue suka lebih jauh."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE
Fiksi Remaja[END] Kamu adalah alasanku tersenyum. "Aku milikmu, tapi aku sendiri tidak bisa memilikimu." -Ara "Kamu milikku, selamanya." -Aldin Copyright, 2016.