Sinar matahari telah menyorot mata indah Ara membuat matanya mengerjap. Ara mengucek dan segera membuka matanya
"Ini aneh," Ara menguap "Padahal tadi gue tidur agak sore tapi kok cuacanya kaya pagi, jam berapa sih," Ara melihat jam bekernya "Jam 7? Tapi ko aneh kenapa cuacanya nggak malam atau jam beker gue error"
"Hah! Jam 7 pagi? Gila gue tidur dari kemaren sore sampai pagi. Anjir! Bukan cewek idaman, tidur gue lama baget. Udah kaya cerita dongeng putri yang di kasih buah apel racun terus tinggal nunggu pangeran datang.."
"Oh iya gue kan kemaren ada janji hangout. Mampus! Gue ga datang"
Dasar Ara. Udah telat bukannya cepat ke kamar Mandi malah ngoceh-ngoceh sama kasur.
***
Sepertinya hari ini Ara ditakdirkan untuk terlambat padahal cuma sepuluh menit tapi karna sekolah ini terlalu ketat jadi setiap murid terlambat sudah pasti ngga boleh ikut pelajaran pertama. Tapi ini pertamakali dia terlambat gara-gara tidurnya kayak mayat.
Ara menyelinap masuk diam-diam dan berjalan pelan agar sampai selamat kebangkunya tanpa ketahuan Pak Reno yang sedang menulis. Namun semua itu sia-sia baru saja Ara empat langkah sudah diberhentikan oleh suara Pak Reno guru kimia kelas XI.
"Kenapa kamu terlambat!" Tanyanya membalikan badan kearah Ara
Ara yang berjalan hampir berhasil harus balik badan dan mau ngga mau harus ngadepin Pak Reno. Palingan dikasih hukuman. "Mmm.. Itu pak sa-saya tadi ke-kejebak macet. Iyah kejebak macet"
Kira-kira masuk akal ngga yah alesan gue.
"Tau sendirilah pak Jakarta kaya apa" Lanjutnya
Pak Reno emang bukan tipe guru yang harus pengertian sama muridnya "Banyak alasan saja! Semua teman kamu tinggal di Jakarta tapi nggak ada yang ngeluh macet kaya kamu"
"Tapi pak ini saya telat juga baru pertama kali,"
"Justru itu nanti jadi kebiasaan kalau diabaikan."
Ara udah kehilangan akal dia memilih diam dan mendengarkan ocehan Pak Reno "Kamu telat dua puluh menit, baiklah bapak kasih hukuman ringan,"
Ara sudah sangat lega terlihat lengkungan dibibirnya
"Lari dua puluh puteran lapangan" Lanjut Pak Reno
Bibir yang tadinya melengkung sekarang jadi mendatar.
Gilaaaaa. Itu sih bukan hukuman ringan!
Ara mengelak. Menggaruk kepalanya yang padahal tidak gatal "Ta-tapi pak lapangan sekolah ini kan luas?"
"Oh kamu ngga mau? Kalau kamu nggak mau silahkan bersihkan semua toilet yang ada disekolah ini." Suara Pak Reno semakin meninggi
Ara mengulurkan kedua tangannya dan telapak tangan menghadap Pak Reno seperti sebuah isyarat tolakan. "Eh jangan-jangan pak. Saya mending lari dua puluh puteran dari pada harus bersihin toilet yang lumayan jumlahnya" Dengan santainya Ara meletakkan tasnya dulu di tempat duduknya lalu keluar kelas menuju lapangan.
Sambil berlari. Dua putaran telah dia lalui "Apes banget hari ini!"
***
Setelah selesai dua puluh putaran Ara tidak langsung ke kelas. Dia lebih memilih ke kantin untuk membeli minum. Karena kalau tidak Ara bisa bisa mati kehausan.
"Cape! Mana kantin jauh lagi,"
Namun Ara tetap berjalan santai tapi tiba-tiba ada yang menabraknya dari belakang. Entah itu sengaja atau tidak yang membuatnya hampir jatuh ke lantai. Tapi untungnya Ara tidak jatuh.
"Sorry" Ucap orang itu
Suara, Ara merasa suara orang itu ngga asing lagi ditelinganya karna sepertinya ia pernah dengar. Tapi siapa?
Ara membalikkan badannya ingin melihat tampang orang itu.
Ternyata setelah melihat wajahnya. Mereka berdua saling tunjuk-menunjuk dan berkata 'Lo' secara bersamaan
.-.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE
Teen Fiction[END] Kamu adalah alasanku tersenyum. "Aku milikmu, tapi aku sendiri tidak bisa memilikimu." -Ara "Kamu milikku, selamanya." -Aldin Copyright, 2016.