Ini hari minggu. Seperti biasa kegiatan Ara setelah sholat subuh dan membantu bi Ina adalah lari pagi bersama ketiga sahabatnya.
Biasanya mereka sudah janjian di taman terdekat kompleks rumah Rani, namun hari ini yang sudah menepati janjinya untuk di taman hanya Rani, Ara, dan Sesil. Sepertinya Pelangi tidak datang? Karena biasanya orang yang sudah menunggu pertama atau bisa di bilang terlalu rajin adalah Pelangi.
"Pelangi mana lagi?" tanya Sesil dengan mata melirik-lirik sekeliling kompleks yang cukup ramai.
Ara melihat pada arloji yang menempel di lengan kirinya. "Udah setengah jam nih kita nunggu,"
"Coba deh Ra, lo telepon atau whatsapp atau dm atau mention gitu," Kata Rani dengan nada terburu-buru namun tetap santai.
Ara berdecak "Lo semua kan tau gue kalau olahraga gak pernah bawa hp,"
"Jangan tanya gue, gue juga nggak bawa," ucap Sesil cepat
"Gue juga lupa bawa hape lagi, masalahnya Rama tadi subuh chat gue dia katanya mau nunggu gue di taman depan,"
"Yaudah lo duluan aja Ran," Sesil menyilang kedua tangannya didepan dada. Sebenarnya hatinya sudah kesal dengan perubahan sikap Rani pada sahabatnya namun dia berusaha baik-baik saja.
Setelah mendengar ucapan Sesil, Rani berlari kecil meninggalkan dua sahabatnya, kemudian menengok sedikit kebelakang sembari melambaikan tangan pada Ara dan Sesil.
"Berubah aja semuanya ga usah temenan lagi, pacaran aja sana lo semua!" Gumam Sesil yang terus-menerus mengoceh. Ara yang berada di sampingnya hanya tertawa cengengesan. "Ketawain aja terus!" ucap Sesil menengok kearah Ara "Lo juga pacaran aja sono! Gak usah ngurusin temen-temen yang jomblo!"
Ara semakin menjadi tertawa, dia menghela nafas untuk mengatur nafasnya agar kembali normal. "Gue juga kan jomblo Sesil, lagian lo kok jadi baper alay gini," Ara menarik paksa tangan Sesil "Udah ah, mendingan kita jogging daripada ngedumel nggak jelas kayak lo!"
Mereka. Kini Ara dan Sesil melanjutkan lari paginya tanpa menunggu Pelangi ataupun Rani, hari ini di temani cerahnya pagi serta orang-orang berlalu-lalang disekitaran taman.
Sesil memandangi orang-orang, tanpa sengaja dia melihat sosok seseorang yang sangat dia kenal "Itu bukannya Aldin sama Citra kan?" ucap Sesil sambil menunjuk kearah dua orang itu
"Hah?" Ara tersentak mendengar nama Citra dan Aldin.
"Iyah itu," kata Sesil sambil menunjuk agar penglihatan Ara sama dengannya "Lo lihat nggak sih Ra?"
Padahal baru beberapa minggu kita kenal tapi lo jago bikin gue nyesek.
"Liat nggak Ra?" Namun tidak ada jawaban dari Ara "Ra?" Kedua kali namun sama tetap tidak ada jawaban, akhirnya Sesil lebih memilih menengok kearah Ara dan ternyata orang yang Sesil panggil dari tadi malah melamun "Yeh malah bengong lagi," Sesil menepuk pelan bahu Ara "Ra,"
Ara tersentak kaget "Hm?" dan langsung menengok kearah Sesil "Apa sil? Lo manggil gue?"
"Lo kenapa sih? Gue ngomong dari tadi di kacangin,"
Ara tersenyum tipis "Iyah itukan Citra sama Aldin, emang kenapa Sil?"
"Gak-ja-di.." ucap Sesil dengan penekanan sedikit kesal "Orang merekanya juga udah lanjut jogging lagi,"
Ara hanya manggut-manggut menjawab pertanyaan Sesil.
"My Aldin punya hutang nih sama gue,"
Ara menutup mulutnya dengan kedua tangannya seperti orang kaget "Yaampun Sil," Ara menjauhkan tangannya perlahan dari mulutnya "Sumpah Sil, gue nggak nyangka banget." Ara menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE
Teen Fiction[END] Kamu adalah alasanku tersenyum. "Aku milikmu, tapi aku sendiri tidak bisa memilikimu." -Ara "Kamu milikku, selamanya." -Aldin Copyright, 2016.