Bel pertanda pulang sudah berbunyi. Savia buru-buru memasukkan barang-barangnya yang berserakan di mejanya ke dalam tas ketika melihat Zelvian keluar dari kelas.
"Mau kemana, Vi? Kok buru-buru?" Tanya Tifanny yang melihat Savia yang terlihat terburu-buru.
"Mau nyusul Zelvian. Mau bicara sama dia. Gue duluan yah. Tar bilangin ke Anita sama Angeline." Savia mengambil tasnya lalu melambaikan tangannya ke arah Tifanny dan pergi keluar kelas meninggalkan Tifanny.
Savia berlari dengan sekuat tenaganya menyusul Zelvian yang sudah jauh di depannya. Ketika sudah sampai di dekatnya. Savia langsung memukul bahu Zelvian dengan kuat.
Zelvian menoleh dan tersenyum menatap Savia yang sedang menyambung nafasnya yang hampir hilang gara-gara mengejarnya.
"Woi. Lo bilang mau bicara tapi main kabur aja. Apaan lo. Bikin gue capek ngejar lo aja. Dasar tai kuda." Gerutu Savia melihat Zelvian.
Zelvian hanya tersenyum.
"Ngapa lo senyam-senyum gitu?" Tanya Savia bingung.
"Gapapa. Gue suka aja lo balik kayak dulu."
Savia langsung merasa tidak enak kepada Zelvian akan sikapnya yang sedikit kekanak-kanakan. "Maaf."
"Gapapa. Kalem. Lets talk about it." Ajak Zelvian dan pergi meninggalkan Savia yang mengikutinya dari belakang.
Sesampainya di parkiran. Zelvian memberikannya helm.
"Loh mau kemana? Katanya mau bicara?"
"Yah bicaranya ga disini juga kan? Yakali bicara di tempat parkir. Ga elit banget." Kata Zelvian sambil melihat Savia yang mengangguk-angguk mengerti.
"Ga elit juga tar kalo gue di tolak terus nangis di parkiran. Ga banget." Gumam Zelvian.
"Ha? Lo ada bilang sesuatu?" Tanya Savia.
"Ga. Ga ada. Ayok naik."
Savia pun naik ke motor Zelvian sambil memegang bahunya. Zelvian pun melajukan motornya dengan kecepatan normal.
Setelah beberapa menit, mereka sampai di sebuah taman yang sangat indah dengan danau di depannya.
Zelvian memberhentikan motor dan menyuruh Savia agar turun.
Zelvian berjalan menuju sebuah bangku dekat danau. Yang hanya diikuti Savia dengan diam.
"Duduk disini. Pemandangannya bagus kan?" Tanya Zelvian.
"Iya."
Hening.
"Kita disini mau bicara kan? Ngapa diam aja?" Tanya Zelvian memecahkan keheningan.
"Iya yah."
Lagi-lagi terjadi keheningan.
Savia menarik nafas panjang lalu membuangnya. Ia memantapkan jawabannya.
"Gue juga suka lo."
Apa yang ia jawab benar kan? Lagi pula ia dulu juga merasa menyukai Zelvian. Dulu.
"Yakin? Bukan Jason?"
Sebelum Jason hadir dalam hidupnya.
"Kenapa diem?" Tanya Zelvian.
"Ga. Gue suka sama lo."
Zelvian mengangkat salah satu alisnya lalu menatap Savia intens. Yang ditatap sedari tadi mencoba mengalihkan pandangannya kemana pun asal bukan mata cowok di sebelahnya ini.
"Gue seneng kalo lo jawab itu."
Zelvian berdiri. Savia menatapnya bingung lalu ikut berdiri. Sehingga saat ini mereka berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laf Amour
Teen FictionPada awalnya Savia menganggap semua orang akan tetap bersamanya. Tapi semua pikiran itu lenyap. Ketika sahabat masa kecilnya, Jason Maurier. Menghindarinya tanpa berkata apapun. Lalu, Savia berusaha mati-matian agar Jason kembali berteman dengannya...