"So, would you?"
Savia menutup mulutnya, menatap Jason dengan mata berkaca-kaca.
"Loh? Kenapa nangis?" Tanya Jason yang panik melihat Savia menjatuhkan air matanya.
Savia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia membersihkan air matanya dengan tisu yang diberikan Jason.
"Lapangan sekolah? Balon? Ini meja sekolah kan? Kursi sekolah juga." Tanya Savia sambil tertawa.
Jason hanya terkekeh sambil menggaruk-garukkan kepalanya tida gatal. Ia sedikit merasa bersalah.
"Gue suka kok." Kata Savia tulus.
Jason menatap Savia. "Serius, jadi lo terima gue?"
Savia bergumam. "Em, kalo itu gimana yah."
Jason langsung menampilkan wajah kecewanya. Savia hanya terkekeh, lalu mengenggam tangan Jason.
"Coba bilang ke gue. Emang ada alasan kenapa gue harus nolak lo?"
"Jadi maksud lo?"
"Menurut lo apa? Dah ah. Mau makan donat gue." Kata Savia melepaskan genggamannya, lalu melanjutkan acara makannya.
Ketika Savia menghadap kearah makanannya, Jason berteriak tanpa suara. Ia bahkan sempat berjoget ria.
Savia yang melihatnya dari ujung mata hanya bisa menahan tawanya.
"Omong-omong. Orang itu tau ga?" Tanya Savia tiba-tiba. Jason yang sedang berjoget pun langsung berhenti dan duduk di hadapan Savia.
"Teman-teman gue?" Tanya Jason.
Savia hanya mengangguk. "Dan teman-teman gue."
"Ga ada yang tau."
Savia membelalakan matanya menatap Jason kaget.
"Jadi lo buat sendirian semua?"
"Ga dong. Di bantu sama Pak Udin."
Savia mengernyit mendengar nama orang yang sedikit familer dan sedikit asing.
"Satpam sekolah kita. Menurut lo kenapa gue bisa masuk ke sekolah dengan seenak jidat kalo bukan bantuan dari Pak Udin?" Kata Jason menatap Savia.
"Lo sama Pak Udin deket?"
"Deket semenjak gue sama dia gabung untuk projek ini." Kata Jason sambil memakan cemilan yang ada.
"Dih. Gila. Sejak kapan lo nyiapin ini?"
"Kemarin. Pas lo mau pergi sama Ferdinan itu, kan gue bilang ada urusan. Nah itu gue ada urusan sama Pak Udin."
"Terus, kenapa baru sekarang nembak gue?"
Jason menatap Savia, lalu membuang mukanya kearah lain.
"Lo tau alasannya."
Savia menggeleng. "Ga tau tuh."
Jason hanya diam. Sedangkan Savia membujuk Jason agar mengatakan alasannya.
"Gue mau lo jadi milik gue. Sebelum Ferdinan ngambil lo dari gue lagi." Kata Jason dengan nada sedikit posesif.
Savia yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Jason hanya memajukan bibirnya beberapa centi.
"Bantuin pakai kalungnya dong." Kata Savia memberikan kalung yang tadi kepada Jason.
Jason mengambilnya lalu berdiri di belakang Savia. Lalu memakaikannya.
"Makasih." Kata Savia dengan senyum yang sangat tulus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Laf Amour
JugendliteraturPada awalnya Savia menganggap semua orang akan tetap bersamanya. Tapi semua pikiran itu lenyap. Ketika sahabat masa kecilnya, Jason Maurier. Menghindarinya tanpa berkata apapun. Lalu, Savia berusaha mati-matian agar Jason kembali berteman dengannya...