"Yay. Akhirnya ujian selesai juga." Teriak Anita senang.
"Ga terasa kita udah mau kelas sebelas yah." Kata Savia sambil tersenyum menatap teman-temannya.
Saat ini mereka sedang duduk lapangan sekolah. Semua penduduk sekolah sudah berpulangan tapi tidak dengan keempat orang ini.
Mereka lebih memilih berkumpul dan bercerita sebentar. Mengingat kenangan yang mereka lalui satu tahun ini. Di sekolah ini.
"Padahal baru kemarin liat Jason sama Savia musuhan. Eh, sekarang malah udah pacaran." Sindir Tifanny sambil melihat Savia yang sudah menutup wajahnya malu.
"Dan baru aja gue ngerasa berteman sama Ferdinan. Tapi dia malah pergi secepat itu." Kata Angeline mengingat temannya yang sudah pergi itu.
Savia hanya tersenyum pahit. "Udah dua bulan yah."
Teman-temannya yang lain hanya diam dan menatap langit yang terlihat mendung.
"Cewek-cewek, ada gerangan apa kalian belum pulang?"
Savia dan teman-temannya sontak melihat kearah seseorang yang tadi berbicara.
"Kepo." Jawab Anita ketika melihat siapa yang bertanya.
"Dih, kan nanya doang." Jawab Zelvian. Iya. Itu adalah Zelvian dan lain-lain. Tentu saja tau kan?
"Berantem mulu, kapan jadiannya?" Sindir Angeline yang membuat Anita memukul lengannya kuat.
"Dalam kurung dua." Lanjut Tifanny.
"Iya deh iya. Yang udah pacaran semuanya. Gue mah apa. Cuma butiran pasir yang berada di luasnya laut." Keluh Anita.
"Tenang aja. Tar lo ga bakal jadi butiran pasir lagi." Kata Zelvian sambil membalikkan badannya menghadap arah lain.
"Siaga satu." Kata Jason.
"Ngodenya kuat amat bang." Kata Dian.
"Alay." Kata Leo.
Anita hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah akibat omongan Zelvian yang menurutnya agak lebay itu.
"Ngomong-ngomong. Kalian ngapain disini?" Tanya Dian yang menyadari sesuatu.
"Hanya mengenang." Jawab Tifanny.
Suasana mendadak menjadi hening.
"Eh, ini kita udah liburan kan?" Tanya Leo memecah keheningan yang menyelimuti mereka.
Yang lainnya hanya mengangguk. Leo tersenyum lebar menatap teman-temannya. "Puncak? Tante gue punya salah satu villa di situ."
"SETUJU!"
❤❤❤
"Aku pulang." Ucap Savia sambil membuka pintu.
"Oh udah pulang?" Tanya Savier yang sedang memainkan handphone-nya di sofa ruang tamu.
Savia mengernyitkan alisnya, ia melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.
"Kok lo disini, kak? Ga kerja? Baru jam satu loh ini." Tanya Savia mendudukkan dirinya di sofa sebelah Savier.
"Kan gue bosnya. Suka-suka gue dong mau datang apa ga." Kata Savier sok tanpa mengalihkan wajahnya dari handphone-nya.
Savia hanya menatap kakaknya malas. "Mama mana?"
"Tuh di belakang. Lagi masak."
Savia hanya ber-oh ria. Semenjak kejadian yang ia menjadi gila, mamanya menjadi lebih sering dirumah untuk menjaganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laf Amour
Teen FictionPada awalnya Savia menganggap semua orang akan tetap bersamanya. Tapi semua pikiran itu lenyap. Ketika sahabat masa kecilnya, Jason Maurier. Menghindarinya tanpa berkata apapun. Lalu, Savia berusaha mati-matian agar Jason kembali berteman dengannya...