Sudah seminggu sejak Ferdinan meninggalkan dunia. Sejak itu jugalah Savia menjadi kehilangan semangat hidupnya. Ia selalu berfikir bahwa penyebab Ferdinan bunuh diri adalah kesalahannya.
Ia bahkan sudah seminggu tidak hadir kesekolah. Ia hanya berada di kamarnya, merenung. Bahkan untuk makan saja ia harus di suapi.
Bahkan, Hany dan Savier tidak tahu harus bagaimana lagi agar anak dan adik perempuan mereka itu kembali seperti semula.
Jason yang merupakan pacar Savia bahkan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Yang ia lakukan saat ini adalah selalu bersama Savia. Untuk mengiburnya.
Dan disini lah Jason, menangis bersama Savia di kamarnya.
Setelah pulang dari sekolah, ia langsung melesat pergi ke rumah Savia. Rutinitas ini sudah ia jalani semenjak seminggu yang lalu.
Ketika sampai, ia melihat Hany di ruang tamu terlihat lelah. Ia menutup wajahnya dengan tangannya. Jason melihat bahu wanita itu bergetar. Menangis.
"Tante?"
Hany langsung mendongakan kepalanya dan segera menghapus air matanya.
"Oh, Jason? Kamu datang lagi?"
"Apa maksud tante?"
Hany berdiri lalu mengenggam tangan Jason. "Kamu tau. Keadaan Savia saat ini. Tante ga maksa kamu untuk selalu ada disini. Kamu boleh ninggalin dia. Tante ga bakal marah."
Jason tersenyum miris. Lalu memeluk Hany. "Jason ga akan ninggalin Savia, tante. Apapun keadaan Savia. Jason bakal sama dia terus. Karena Jason yakin Savia bakal kembali seperti dulu."
Hany hanya bisa menangis. Terharu mendengar ucapan Jason. Bahkan ia sudah menyerah dengan keadaan Savia saat ini. Ia sudah membawakan psikiater dari berbagai rumah sakit tetapi tidak ada yang bisa membuat Savia kembali lagi.
"ARGHHHHHH!!!"
Jason terkesiap mendengar teriakan Savia lalu mendengar suara barang pecah. Ia dan Hany segera naik ke atas dan masuk ke kemar Savia.
Hal yang pertama terlihat adalah kamar Savia yang sudah terlihat berantakan. Barang-barang Savia sudah terlempar kesana dan kesini.
"Savia!!" Teriak Hany melihat sikap anaknya yang sudah kelewatan batas menurutnya.
Savia tidak mendengarkan Hany. Ia melemparkan jam alaramnya ke arah kaca lemari, membuat kaca lemari pecah berkeping-keping dan berhambur di tanah.
Lalu, Savia jatuh terduduk. Menangis lagi. Hany yang sudah tidak tahan dengan sikap anaknya ingin menghampirinya tetapi di tahan oleh Jason.
"Tante. Biar Jason yang urus yah? Tante istirahat aja. Tante udah terlalu emosi. Percaya sama Jason yah?" Bujuk Jason.
Hany pun meninggalkan Jason dan Savia. Jason menutup pintu kamar lalu menghampiri Savia dengan berhati-hati.
Hatinya sangat sakit, mendengar Savia menangis. Sakit melihat Savianya seperti ini. Tanpa disadari air mata jatuh di pipi Jason.
Ia memeluk Savia. Yang di peluk hanya diam. Tidak merespon. Masih menangis dan berteriak.
"Savia. Lo kenapa kayak gini? Hm? Kenapa lo buat semua orang khawatir sama lo? Jangan kayak gini, Sav. Plis." Kata Jason lembut masih memeluk Savia.
Savia hanya bergumam tidak jelas. Ia masih menangis tapi tidak berteriak lagi. Ia sedikit tenang.
"Savia. Berapa kali gue bilang? Ferdinan meninggal bukan salah lo. Dia yang memutuskan seperti itu. Plis, Sav. Jangan kayak gini." Kata Jason lagi. Ia menangis dalam diam. Ia tidak tega melihat Savianya seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/80293648-288-k366055.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Laf Amour
Teen FictionPada awalnya Savia menganggap semua orang akan tetap bersamanya. Tapi semua pikiran itu lenyap. Ketika sahabat masa kecilnya, Jason Maurier. Menghindarinya tanpa berkata apapun. Lalu, Savia berusaha mati-matian agar Jason kembali berteman dengannya...