KENYATAAN
"Sambil menyelam minum air.
Sambil melupakannya aku mengenalmu."KELAS masih sepi dari siswa-siswi. Aldira dan Nadine termasuk bagian dari siswi yang datang cukup awal di pagi hari. Keduanya sibuk berbincang sementara siswa-siswi yang lain sibuk mengerjakan tugas.
"Gue kemarin nyamperin dia di parkiran," cerita Aldira pada Nadine yang sedang memperhatikannya dengan seksama.
"Terus terus?"
"Mukanya pucet gitu. Ya gue tanya lah, lo sakit? Eh dia malah ngece gue di akhir."
"Dia gak mau buat lo khawatir, Dir"--Nadine mencolek dagu Aldira--"Cieilah udah jatuh cinta lagi nih."
"Gue gak suka ah lo gitu, Din."
"Iya iyaaa. Terus kemarin lo tinggal gitu aja?"
Belum sempat Aldira menjawab pertanyaan Nadine, Tabita datang. Dan sudah menjadi kebiasaan dia mengusir Nadine dari kursinya. Nadine hanya diam dan menurut untuk kembali ke kursinya.
"Cerita apaan kalian? Nggibah gue ya?"
"Iya dong," jawab Aldira asal dan terfokus pada handphonenya. Ia ingin bercerita pada Tabita tetapi guru mata pelajaran sejarah sudah masuk ke dalam kelasnya.
"Pagi."
Seorang wanita paruh baya membuat seluruh pasang mata melihat ke arahnya. Membalas salamnya dan memperhatikan.
"Kalian buka buku halaman 164 sampai 183. Satu jam buat baca, satu jam kita ulangan."
"Lo buu, loo," seru anak-anak protes dengan kompak.
"Kalau begitu satu jam ulangan, satu jam kosong," tawar guru sejarah yang menjadi pertimbangan para murid.
"Pilihan pertama deh bu," jawab Rio mewakili yang lain.
***
Aldira tidak melihat Arsen hari ini di kantin. Entah mengapa ia sedang bertiga dengan kedua sahabatnya tetapi masih saja terasa sepi. Seperti suasana kantin terasa tidak lengkap.
Ia sesekali melihat ke golongan lelaki dengan salah seorang di antaranya yang berdiri dan bersandar di meja kantin.
"Itu golongannya Arsen, kan?" Batin Aldira mengerutkan dahinya dan terus memakan roti sandwich dan sekotak susu coklat.
"Lo liatin apaan sih, Dir?" Tanya Tabita pada Aldira yang sibuk sendiri dan tak fokus memakan makanannya.
Nadine menyenggol lengan Aldira. "Makan ya makan. Gak usah sambil menyelam minum air."
Aldira menatap sekitarnya. "Gak, aneh aja kok gak liat Arsen."
Tabita mempercepat kunyahan makanan dan menelannya. "Kata temennya tadi sih dia di UKS ngambil obat."
"Kok lo tau?"
"Lah temennya kan satu sekbid sama gue, Dir, di osis. Jadi, ya deket lah sering tuker info."
"Tuker info?" Aldira mengangguk seakan-akan ia paham walaupun topik di pikirannya kini hanya ada satu, Arsen yang tidak muncul di depan matanya.
Mata Aldira kembali menatap rotinya yang masih utuh. Kembali fokus memakan roti dan sesekali mengecek handphonenya.
Entah apa yang membuat kepala Aldira terasa ingin mendongak dan melihat ke sekitarnya. Ia mendongakkan kepala, menatap lurus ke depan dan sedikit serong ke kiri. Ia menemukan Arsen yang sudah ada disana. Bersama dengan gerombolannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCERTAIN
Teen Fiction"Aldira udah ngelewatin banyak masa. Dimana dia mengalah untuk sahabatnya, menunggu lo yang baik ke semua orang, mantannya yang balik. Sekarang waktu lo buat berjuang."