12

174 17 1
                                    

I'm Not Sure

"Hati dan logika
adalah musuh abadi."

MATAHARI menyinari bumi dengan hangat di pagi menjelang siang. Membuat Aldira yang lapar semakin lapar karena udara yang mendukung. 5 menit lagi pelajaran matematika usai dan ia akan merasa bebas.

"Bit, habis ini ke kantin ya."

"Laper lo?"

"Banget."

Pak Wibowo masih terus menjelaskan rumus yang sudah menjalar kemana-mana. Ia seakan tidak peduli dengan bel istirahat yang sebentar lagi akan berdering memotong penjelasannya.

Kring

Tepat seperti dugaan Aldira, bel istirahat berdering dengan kencangnya. Menyadarkan cacing-cacing di perut setiap siswa untuk meminta makanan kepada masing-masing majikan.

"Matriks itu memang gitu. Kalau kita pakai cara yang ini ...."

Pak Wibowo masih melanjutkan penjelasannya. Membuat lengan Aldira menyenggol Tabita dan matanya mengode ke arah Nadine.

"Bel barusan bukan fatamorgana kan, Bit?" Bisik Aldira bertanya pada Tabita.

"Emang belnya bunyi?" Goda Tabita pada Aldira yang memandangnya serius.

Jari telunjuk Aldira bermain di depan wajah Tabita. "Demi apa lo?"

Tabita hanya memandang Pak Wibowo dengan penuh perhatian. Aldira memutuskan untuk bertanya pada teman di belakangnya.

"Sstt," jawab seseorang itu yang membuat Aldira kesal.

Ia menatap ke arah Nadine. Berharap sahabatnya yang satu itu menjawabnya dengan serius. "Lo denger bel istirahat gak si?"

Pertanyaan Aldira ia lontarkan terlalu keras. Membuat hampir seisi kelas menatap ke arahnya. Bahkan Pak Wibowo menatapnya tajam.

"Baiklah saya akhiri penjelasan saya. Assalamualaikum."

Pak Wibowo meninggalkan kelas dengan tatapannya yang sinis pada Aldira.

"Eh emang gue keras ya?"
"Gue bilangnya keras ya?"
"Din?"
"Bit?"

Nadine dan Tabita hanya tertawa menatap sahabatnya yang bingung setengah mati.

"Seenggaknya gue berterimakasih sama lo menyadarkan beliau," ucap salah seorang teman Aldira yang lain.

Aldira segera melupakan kejadian itu dan mengajak kedua sahabatnya ke kantin detik itu juga. Di koridor menuju kantin ia melihat Arsen disana. Berjalan seorang diri ke arah yang berlawanan dengan Aldira dan kawan-kawan.

Tangan Nadine mencegah Aldira yang ingin berjalan terlebih dahulu. "Jangan keburu dong jalannya."

"Gue mau bilang makasih ke Arsen buat coklat ...."

"Coklat?" Sambung Tabita bertanya.

Aldira mengangguk ragu.

UNCERTAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang