13

171 16 0
                                    

BIMBANG

"Adakah jatuh cinta tanpa resiko?
Aku pesan 1 paket."

BUKU pelajaran sudah berserakan di depan mata Aldira. Ia menyalin beberapa rumus penting dan membuat sebuah rangkuman di buku khusus pemantapan menuju ujian semester.

Tangan Aldira memegang penggaris. Membagi kertas catatan menjadi 3 kotak dengan sisi kanan lebih lebar daripada sisi kiri. Sisi kanan untuk materi, sisi kiri untuk catatan penting, dan bawah untuk kesimpulan. Tentu kegiatan merangkum itu ia pelajari dari Tabita yang rajin jauh lebih dulu darinya.

Mata Aldira semakin menyipit ketika rangkuman ekonomi hampir selesai ia buat. Tulisannya semakin membesar dan sudah keluar dari garis lurus buku. Ia meregangkan sebentar jari jemarinya dan kembali menulis.

"Selesai!"

Ekspresi Aldira berubah menjadi bahagia. Ia tersenyum puas telah menyelesaikan merangkum 1 pelajaran. Setidaknya dengan ia merangkum seperti tadi, ia sama saja membaca kembali materi awal semester dan memahami inti dari materi itu.

Aldira melirik ke arah handphonenya yang berlayar hitam. Baterainya habis sedari tadi. Berjarak beberapa meter darinya terdapat sebuah charger. Tangannya segera mengambil charger untuk mengecas handphonenya. Matanya menatap layar handphonenya yang menyala dan menunjukkan jam saat itu, 13.50.

"Gue belum sholat."

Aldira segera mengambil air wudhu dan menjalankan sholat dhuhur yang hampir saja ia lewatkan. Wajahnya ia usap pelan dengan handuk khusus wajah dan segera memakai mukenahnya untuk sholat.

Sholat ia jalankan dengan khusu'. Di akhir sholatnya ia menyebut nama kedua orang tuanya, kedua sahabatnya, dan segala urusan duniawi agar ia diselamatkan dunia-akhirat. Mukenahnya ia lepas dan menaruhnya di tempat semula.

"Tidur dulu aja dah."

Jam 5 nanti ia harus berangkat ke cafe tempat kerjanya. Dan sekarang ia memutuskan untuk mengistirahatkan otak dan tubuhnya sejenak dengan tidur setengah jam. Ia men-set alarm untuk setengah jam ke depan.

***

Keringat Aldira ia usap dengan pergelangan tangannya. Udara tidak begitu panas, pengunjung cafe juga tidak begitu ramai. Tetapi rasa gugup baru pertama kali tampil untuk kerja membuat keringatnya beberapa kali menetes di lehernya. Beberapa titik keringat juga muncul di hidungnya.

"Lo grogi, Dir?" Tanya Ricky pada Aldira yang bersiap untuk berganti baju dam segera pulang.

Aldira yang masih sibuk dengan kegiatannya hanya membalas Ricky dengan berdehem.

"Shift lo selesai kapan, Ki?" Tanya Aldira pada Ricky yang sedang membawa nampan di tangannya.

"Bentar."

Ricky segera mengantarkan pesanan kepada pembeli. Bersikap ramah seperti biasa dan menawarkan bantuan di akhir kalimatnya. Masih sama. Lelaki itu kembali menghampiri Aldira.

"Jam 7"--Ricky melihat ke arah jam di tangannya--"Ya sekarang sih."

"Tebengin gue, dong."

UNCERTAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang