23

145 10 0
                                    

SEBAGIAN YANG LAIN DARI HATI

"Pagi ini hatiku bimbang. Lagi."

KABAR dari Arsen setiap harinya sampai ke tangan Aldira. Membuat Aldira yang tidak enak menjadi lebih tidak enak kepada Arsen.

Arsen itu seperti air tenang yang menghanyutkan.

Menghanyutkan perasaan Aldira ke dalam kebingungan. Di saat lelaki lain pasti sudah nyerah apabila ada dalam posisinya. Dia justru terus berjuang.

Sudah beberapa kali akhir ini Aldira menyakiti hati Arsen dengan kedatangan Vigo. Berapa kali sudah Arsen datang ke rumah dan mendapati Aldira yang keluar dengan Vigo.

Hatinya terbuat dari baja?

"Dir, lagi."

Lina menyodorkan sekantong plastik putih ke arah Aldira yang sedang duduk di kasurnya seraya menyisir rambutnya.
"Arsen?" Tanya Aldira meraih kantong plastik itu dan membukanya.

Lina mengangguk dan berjalan duduk di kasur tepat di sebelah Aldira. Aldira mendapati beberapa sariroti sandwich dan sekotak besar susu coklat.

"Arsen suka banget ya sama kamu?"

Aldira hanya tersenyum tipis. "Dia gak pernah bilang suka langsung ke aku, Ma."

Lina mengangguk-anggukan kepalanya. "Lalu?"

"Lewat Nadine."

"Ada ya jaman sekarang. Cowok beraksi bukan hanya berucap," lontar Lina yang melihat Aldira justru memasang ekpresi malu-malu.

Aldira yang tersenyum malu menjawab, "Sayangnya aksinya abstrak, Ma. Gak jelas."

"Abis ini temenin mama ke supermarket di mall ya?" Lina beranjak dari kasur Aldira dan menepuk pelan bahu anaknya itu.

Aldira menatap mata Lina dalam-dalam. "Utang papa, udah--"

Lina tersenyum. "Ada rejeki lebih dari proyek papa yang berhasil. Buruan siap-siap."

***

Hari masih pagi tetapi sudah dekat dengan siang. Matahari sedang berotasi menuju ke puncak siang hari. Aldira berjalan dengan malas di belakang Lina yang sedari tadi memilih barang belanjaan.

"Ma, tinggal ke kasir kan ini?" Tanya Aldira yang mulai bosan.

Lina mengangguk. "Kamu keluar duluan aja. Tunggu mama di depan supermarket."

"Siap." Tangan kanan Aldira hinggap di pelipisnya dengan sikap hormat ke arah Lina.

Lina hanya tersenyum melihat Aldira yang antusias bergerak menjauh. Aldira berjalan ke arah antrian untuk membeli es krim. Tak terlalu ramai. Patut untuk Aldira syukuri.

Beberapa menit sudah Aldira berdiri dan 1 orang lagi dia bisa memesan es krim kesukannya. Mata Aldira tak bisa diam menatap kasir. Ia terus melihat sekitar dan mendapati Vigo yang tak jauh di hadapannya.

Kakinya ingin segera melangkah menghampiri Vigo tetapi usaha antrinya akan diambil oleh orang di belakangnya. Jika ia berteriak pun tidak etis karena ini mall bukan tempat umum yang terbuka.

UNCERTAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang