WHY?
"Gue mau cerita. Tapi lo masih jadi bahu sandaran orang lain:)"
BAHAGIA adalah kata yang menggambarkan perasaan Aldira pagi ini. Setelah hampir satu minggu ia tidak melihat Arsen di sekolah, kini Arsen kembali bersekolah. Ia menyapa hampir seluruh temannya. Belum sempat menyapa Aldira, bel sudah berbunyi sehingga ia harus terpaksa berlari di koridor menuju kelasnya.
"Liat lo aja cukup," batin Aldira.
Aldira segera berlari menuju kelasnya dan duduk di kursinya dengan tenang. Jika ia ber-negative thinking tentu ia sedang ada dalam masa bad mood saat ini. Tapi pikirannya berusaha ia netralkan sejernih mungkin mengenai Arsen yang tidak menyapanya.
Pandangan Aldira saat ini tertuju pada Tabita yang membenamkan wajahnya di meja. Tabita memakai jaket. Aldira tadi pagi sedikit kesiangan sehingga hampir telat untuk sekolah. Hal itu juga menyebabkan ia baru tahu Tabita yang saat ini seperti orang sakit.
"Lo sakit, Bit?" Tanya Aldira perhatian disusul dengan tatapan Nadine yang menanyakan keadaan Tabita. Aldira membalas pertanyaan Nadine dengan menaikkan bahunya.
"Hmh," jawab Tabita merasa terganggu dengan sentuhan tangan Aldira.
Seorang guru dengan kumis yang menghiasi wajahnya mulai memasuki kelas. Aldira segera membangunkan Tabita agar tidak kena marah guru itu. Tetapi Tabita tak merespon.
"Bit, udah ada guru," ucap Aldira dengan volume suara yang sedikit kelepasan. Tetapi sanggup membangunkan Tabita.
"Kamu sakit?" Tanya guru yang berdiri di depan kelas dengan perhatian. Di luar dugaan Aldira.
Tabita hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. Telapak tangan Aldira menyentuh dahi Tabita dengan lembut. "Lo demam, Bit?"
Tabita masih saja menggelengkan kepalanya dengan lemas.
"Cepat lepas jaketnya!"
Ternyata tak jauh dari yang Aldira perkirakan. Pak Jono tetap Pak Jono.
***
Tangan Aldira telah bebas dari tumpukan buku yang membebani tangannya. Ia ditunjuk untuk mengembalikan buku pelajaran yang dipinjam oleh satu kelas ke perpustakaan. Sendirian.
Aldira menandatangani buku peminjaman untuk tanda buku telah kembali dengan cepat. Ia ingin segera ke kamar mandi.
Kring kring
Bel berbunyi 2 kali pertanda mulai memasuki waktu istirahat kedua. Aldira yang merasa urusannya dengan perpustakaan sudah selesai segera beranjak keluar perpustakaan dan segera ke kamar mandi.
Ia berjalan cepat menghindari beberapa orang yang menghalangi jalannya. Matanya dari jauh menatap Tabita yang seorang diri berjalan ke arah lapangan basket.
"Pengen nyamperin Tabita, tapi kebelet, gak kuat," gumam Aldira tidak jelas dan segera berbelok memasuki kamar mandi.
Di dalam kamar mandi ia berpikir mengapa Tabita yang sedang sakit harus bela-belain menonton pertandingan basket antar kelas yang tak begitu penting. Dengan segera Aldira menyelesaikan urusan kamar mandinya dan mencuci tangan.
Kakinya melangkah keluar dari ambang pintu kamar mandi dan mengelapkan telapak sepatunya pada keset. Aldira berjalan semakin cepat tetapi harus terhenti karena Nadine dari arah yang berbeda menghalangi Aldira.
"Lo dari mana, Dir?" Tanya Nadine masih menggenggam pergelangan tangan Aldira.
Aldira melihat ke arah lapangan basket dan mengalihkan pandangannya ke Nadine. "Kamar mandi. Lo abis dari lapangan kan?" Tanya Aldira khawatir dengan Tabita yang pergi begitu saja dengan kondisi yang gak memungkinkan.
Nadine mengangguk. Ia melepaskan genggamannya yang membuat Aldira berjalan melewati Nadine. Tetapi tangan Nadine kembali melingkari pergelangan tangan Aldira.
"Apa sih, Din? Gue lagi khawatir, mau nyamperin Tabita."
Nadine hanya bisa terdiam dan menatap mata Aldira dalam agar mengerti maksudnya. Tetapi Aldira justru bersikap sedikit kasar dengan melepas genggaman tangan Nadine dengan kasar dan segera berlari ke lapangan basket.
Aldira mencari-cari wujud Tabita di antara banyaknya penonton yang melihat. Tetapi Aldira tak menemukan Tabita di kursi penonton. Ia justru menemukan beberapa pemain yang bergerumbul di pinggir lapangan.
Mata Aldira harus menangkap pemandangan di mana Tabita tergeletak di pinggir lapangan dengan bola yang tak jauh darinya. Perkiraan Aldira adalah Tabita terkena lemparan bola dan karena kondisinya lagi gak fit membuat dia tumbang.
Langkah kaki Aldira harus terhenti ketika melihat Arsen yang juga merupakan pemain dalam pertandingan basket kali ini berjalan mendekati Tabita. Kedua tangan Arsen dengan kuatnya mengangkat tubuh Tabita dan menyuruh teman-temannya melanjutkan pertandingan.
"Lo lanjutin, gue bawa ini cewek ke UKS," teriak Arsen pada teman-temannya yang tertangkap oleh telinga Aldira.
Aldira berada di kawasan lapangan outdoor sekolahnya. Tetapi ia cukup jauh dari posisi Tabita-Arsen yang berada di pinggir lapangan sisi yang lain.
Mata Aldira hanya mengerjap beberapa kali. Pandangannya mengikuti ke arah Arsen membawa Tabita pergi.
Tabita sahabatnya, tetapi Aldira cemburu.
"Baik ke semua orang ya."
***
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCERTAIN
Teen Fiction"Aldira udah ngelewatin banyak masa. Dimana dia mengalah untuk sahabatnya, menunggu lo yang baik ke semua orang, mantannya yang balik. Sekarang waktu lo buat berjuang."