UNCERTAIN
"Wajar gak sih menaruh rasa
pada 2 orang yang berbeda?"VIGO terus mengusap bahu Aldira yang sudah terduduk di sofa ruang tamu dalam rumahnya. Lelaki itu masih tidak tau penyebab Aldira sampai se-drop ini.
"Gue--bantu bokap, Go," ucap Aldira masih sesenggukan. Sesekali ia mengusap air matanya yang masih menetes.
Vigo mengusap bahu Aldira yang terus bergerak naik-turun karena isakan tangisnya. "Cerita pelan-pelan aja."
Aldira menarik nafasnya dan mengeluarkannya perlahan dari mulutnya. "Gue kerja, buat bantu bokap biar gak kebebani sama gue."
"Teruss?"
"Tanpa sepengetahuan bokap."
Ekspresi Vigo berubah serius seraya terus mendengarkan tuturan Aldira.
"Gue ketemu bokap di cafe. Beliau bilang, "Papa merasa gagal mengajarkan anaknya untuk menjaga harga diri" ," jelas Aldira singkat dan membuat Vigo langsung memahami perasaannya.
Masih sama seperti dulu. Aldira selalu nyaman bercerita dengan Vigo.
"Kalo bokap lo diem aja berarti gak sayang. Kalo bokap lo begini berarti dia?"
"Sayang," lanjut Aldira.
Vigo tersenyum dan mengusap rambut Aldira pelan. Membuat Aldira larut dalam kenyamanan yang dulu pernah ia rasakan. Senyuman salah tingkah dari Aldira pun mengembang.
"Assalamualaikum."
Dalam sekejap suasana yang sudah mencair kembali membeku. Membuat terhentinya gerakan tangan Vigo dan memudarnya senyuman Aldira.
"Hai," sapa Arsen yang merasa ialah yang menimbulkan suasana seperti itu.
Aldira bergerak ragu. Pantatnya ia gerakkan menjauh dari Vigo tetapi gerakannya tertangkap oleh Arsen.
Arsen duduk di sofa yang khusus untuk 1 orang. Melihat keduanya yang kini hanya terdiam. Pembicaraan ia mulai dari lelaki di hadapannya.
"Elo?" Ucap Arsen bertanya menyondorkan tangannya untuk bersalaman.
Vigo menerima tangan Arsen. "Vigo."
"Kayak pernah liat," ucap Arsen yang terkesan basa-basi tetapi ingatannya memang berkata seperti itu.
Vigo tersenyum. "Dulu pernah satu sekolah sama lo. Mantan Aldira."
"Oohh." Arsen mengangguk-anggukkan kepalanya dengan tenang. Melirik ke arah Aldira yang hanya terpaku melihat kedua lelaki di hadapannya yang sedang berkomunikasi.
"Elo?" Ucap Vigo balik bertanya dengan jari telunjuknya yang menunjuk ke arah Arsen.
Senyuman hangat Arsen ia perlihatkan. "Gue pawangnya Aldira selama lo gak ada. Suka kalap soalnya."
Vigo tertawa renyah mendengar jawaban Arsen yang berusaha asik.
Tangan Arsen yang membawa sekantong plastik hitam ia kepalkan dengan kuat. Ia tersenyum untuk kesekian kalinya. "Tadinya gue mau ngomong sama Aldira. Eh, ada lo, kapan-kapan aja deh gue ngomongnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCERTAIN
Teen Fiction"Aldira udah ngelewatin banyak masa. Dimana dia mengalah untuk sahabatnya, menunggu lo yang baik ke semua orang, mantannya yang balik. Sekarang waktu lo buat berjuang."