GIVE TO GIVE
"Tersenyumlah.
Tetapi jangan ada pikat
yang membuat aku jatuh hati
pada senyumanmu."PAGI kali ini mendung tak seperti biasanya. Walaupun tidak hujan tetapi cuacanya tak mendukung untuk kelas Aldira renang di pelajaran olahraga kali ini. Jangankan renang, olahraga seperti biasa saja tidak bisa. Lapangan indoor sekolahnya sedang dalam perbaikan.
"Olahraga hari ini free, kalian boleh ngapain aja tapi tetep pake baju olahraga ya!" Perintah Rio di depan kelas.
Aldira melirik ke arah kedua sahabatnya. Setidaknya ia sedikit tenang karena Tabita sudah bisa ia ajak bicara. Gadis ini berjalan menghampiri Nadine dan membujuk gadis itu untuk duduk di kursinya. Nadine yang memang sudah tidak emosi sama sekali hanya menurut.
Senyuman Aldira semakin lebar ketika melihat kedua sahabatnya duduk sebangku. Di kursi tepat di hadapan kedua sahabatnya ia memperhatikan keduanya yang canggung.
"Baikan dooongg," ucap Aldira memecah suasana tegang.
Tabita melirik sekilas ke arah Nadine. Ia sangat membenci gadis itu, tetapi apa daya.
"Maafin gue, Bit."
"Hm."
Walaupun tidak sedramatis yang Aldira harapkan, ia tetap senang dan segera mengajak keduanya ke depan kelas.
"Yuk ke depan sama anak yang lain."
Mereka bertiga bergabung dengan teman sekelas yang lain dan siap untuk meramaikan koridor yang jauh dari anak kelas 12. Keuntungan dari jauhnya ruangan kelas 12 adalah mereka bisa ramai tanpa mengganggu kakak kelas yang sedang bertaubat.
"Lo tau gak sih, Gio punya kekuatan" celoteh salah seorang anak yang membuat anak lain langsung merespon.
"Kekuatan apaan coba?"
Bagas yang tadi berceloteh membuktikan ucapannya. Ia menunjukkan jari telunjuknya dan ia tiup. Tak ada yang terjadi.
"Lo pada liat ya."
Bagas mengarahkan tangannya ke arah Gio. Menyuruh lelaki bertubuh gendut itu untuk meniup. Seketika jari telunjuk yang awalnya kaku langsung bergerak.
"Weeeeeee."
"Apaan sih, receh," gumam Nadine saat yang lain heboh tertawa.
Rio membuka mulutnya. "Gas, Gas, lo bawa ukulele lo gak?"
"Tuh." Bagas menunjuk sebuah gitar mini tepat di belakang salah seorang gadis. Dengan sigap Rio mengambilnya.
Rio mulai memetik senar ukulele. "Gio, tunjukin laaah bakat nyanyi lo."
Rio memainkan lagu dangdut yang biasa Gio nyanyikan ketika mengerjakan matematika. Fals sih, tetapi untuk hiburan semua tidak masalah.
"Goyaang, Yo." Salah seorang siswa laki-laki berusul. Membuat semua mendukung Gio untuk menggoyangkan badannya.
"Eaakkk." Serempak mereka tertawa melihat Gio yang asyik saja bernyanyi dengan goyangan tangannya.
Gio itu gendut, seram, wajahnya menyedihkan. Tapi bullyable.
Gio mulai mengatur nafasnya karena keberatan tubuh. Ia mudah lelah didukung oleh teman yang lain. Teman-teman di sekitar Gio bernyanyi melanjutkan lirik lagu yang Gio terakhir nyanyikan.
Aldira menggoyangkan kedua tangannya. Asyik dalam candaan mereka dan terus bernyanyi. Tanpa sadar lengan Aldira terasa disentuh oleh siku sebelahnya. Nadine menyadarkannya jika di sebrang kelasnya Arsen sedang memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCERTAIN
Teen Fiction"Aldira udah ngelewatin banyak masa. Dimana dia mengalah untuk sahabatnya, menunggu lo yang baik ke semua orang, mantannya yang balik. Sekarang waktu lo buat berjuang."