EX
"Tugasnya mantan cuman 1.
Bikin gagal move on."UJIAN akhir semester berjalan dengan baik. Hari Sabtu nanti, hasil belajar akan dibagikan. Aldira tersenyum puas dengan hasil kerja kerasnya yang menurut dia akan membuahkan hasil yang baik. Hampir semua pelajaran Aldira kerjakan dengan mudah. Bikin rangkuman itu emang cara terbaik untuk anak IPS.
Mata Aldira seperti mencari-cari seseorang ketika ia keluar dari ruang ujian. Tangannya meraih tasnya yang selama ujian wajib ditaruh di depan ruang ujian. Ia mencari handphone yang ada dalam saku tas sebelah kanan.
"Kok gak ada?"
Aldira membulatkan matanya sempurna. Menanyakan kepada teman-teman seruang ujian di sekitarnya mengenai keberadaan handphonenya. Tetapi tak ada yang mengetahui.
"Masa' diambil orang?" Gerutu Aldira pada dirinya sendiri.
Ekspresi wajah Aldira berubah ketika ada seorang lelaki yang berjongkok di sampingnya dengan tangan lelaki itu yang merogoh ke bawah loker sepatu.
"Nih," ucap lelaki itu seraya memberikan handphone yang Aldira cari.
Aldira tersenyum malu pada Arsen, lelaki itu. Tangannya menerima handphone kepemilikannya dan segera mengucapkan terima kasih.
"Jangan ceroboh." Arsen menepuk puncak kepala Aldira dan berjalan pergi.
Senyuman Aldira masih menghiasi wajahnya selama sepersekian menit. Dan luntur ketika melihat Nadine yang menutupi pandangannya terhadap punggung Arsen yang semakin menjauh.
"Dir."
"Hm?" Aldira menjawab dengan menyibukkan dirinya. Memasukkan papan dada ujian dan tempat pensil ke dalam tasnya.
"Lo masih marah? Gue ujian ga tenang, Dir. Mikirin lo yang marah gini sama--"
Aldira melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Nadine. Dan ketika Nadine berusaha mengikuti langkah kakinya, Aldira masih saja menyibukkan diri dengan memakai tasnya.
"Dir."
"Hm?"
"Maafin gue." Ucapan Nadine terdengar sangat lirih. Tanpa Aldira lihat, ia sudah bisa merasakan Nadine yang menahan tangis.
Aldira melirik sekilas ke arah Nadine dan kembali fokus pada jalannya. "Jangan nangis."
Ucapan Aldira yang hanya 2 kata membuat Nadine mulai memunculkan semangatnya. Ia menatap wajah Aldira dari samping dengan lekat. "Lo maafin gue kan, Dir?"
Aldira masih berjalan dan membelokkan arah jalannya di belokan koridor.
"Dir?"
"Gue maafin."
"Dir, makasih banyak. Gue tau lo itu sahabat terbaik yang pernah gue kenal. Gue gak akan ngekhianati lo, Di--"
Aldira menatap lekat-lekat ke arah Nadine yang sudah memasang ekspresi puas. "Tapi gue gak bisa ngelupain."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCERTAIN
Teen Fiction"Aldira udah ngelewatin banyak masa. Dimana dia mengalah untuk sahabatnya, menunggu lo yang baik ke semua orang, mantannya yang balik. Sekarang waktu lo buat berjuang."